Selasa, 31 Januari 2012

Janji Pemulihan Tuhan


Jumat, 3 Februari 2012
Bacaan Alkitab: Amos 9:11-15
Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala” (Am 9:11)


Janji Pemulihan Tuhan


Bangsa Israel dan Yehuda adalah bangsa pilihan Tuhan. Tuhan telah menunjukkan banyak hal-hal ajaib kepada bangsa Israel dan Yehuda, bahkan mengirimkan nabi-nabi yang menyampaikan suara Tuhan kepada mereka. Namun sayangnya, bangsa Israel dan Yehuda tidak juga bertobat atas dosa-dosa yang mereka lakukan sehingga akhirnya mereka dibuang ke Ayur dan ke Babel. Dalam masa pembuangan itulah mereka pun akhirnya sadar akan dosa-dosa dan kesalahan mereka.

Tuhan melalui nabi Amos menyampaikan janji pemulihan yang akan Tuhan lakukan jika bangsa Israel dan Yehuda bertobat dan berbalik dari segala dosa-dosa mereka. Tuhan menjanjikan walaupun pondok Daud (gambaran bangsa Israel dan Yehuda) telah roboh, tetapi pada hari Tuhan memulihkan mereka, Tuhan akan menutup dinding yang telah pecah dan mendirikan kembali pondok Daud walaupun sudah berbentuk reruntuhan (ay. 11). Tuhan menjanjikan bahwa Ia akan membangun kembali pondok Daud yang telah runtuh itu seperti dahulu kala, berdiri megah dan melambangkan kehadiran Tuhan ditengah-tengah umatNya. Dengan kembali pulihnya pondok Daud, maka umat Tuhan akan dapat menguasai apa yang menjadi haknya (ay. 12). Itulah mengapa ketika Ezra dan Nehemia kembali ke Yerusalem dari Babel, mereka memfokuskan diri untuk membangun Bait Allah terlebih dahulu. Hal ini sangatlah penting karena Bait Allah merupakan lambang kehadiran Allah di tengah-tengah bangsa Yahudi.

Selain itu, Tuhan juga berjanji akan memulihkan kondisi perekonomian mereka ketika mereka sungguh-sungguh bertobat. Tuhan menjanjikan hasil tanaman yang melimpah, bahkan proses menabur dan menuai saling susul-menyusul. Ini dapat berarti bahwa frekuensi menanam akan jauh lebih banyak dan dampaknya adalah kuantitas dari hasil panen pun akan meningkat. Selalin itu, lahan-lahan baru akan dibuka di tempat-tempat yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya, misalnya di gunung-gunung, dan lahan-lahan tersebut pun akan menghasilkan dalam jumlah yang besar (ay. 13).

Akibat dari pemulihan ekonomi ini, kota-kota akan berkembang dengan pesat, kota-kota yang dahulu ditinggalkan kini akan didiami dan ditempati. Para penduduknya akan hidup dengan menikmati hasil bumi yang luar biasa. Standar kehidupan akan naik, mereka akan membuat kebun anggur dan kebun buah serta memakan hasil dari kebun tersebut (ay. 14). Hal ini pun dapat berarti bahwa ketika Tuhan memulihkan suatu bangsa, maka Ia akan memulihkan dengan total dan sempurna. Janji pemulihan Tuhan tidak pernah setengah-setengah kepada umatNya, sama seperti janji Tuhan bahwa pemulihan Tuhan itu seperti Tuhan sedang menanam tanaman dan tanaman itu tidak akan tercabut lagi (ay. 15).

Mungkinkah ada di antara kita yang saat ini masih belum bertobat dari dosa-dosa kita, sehingga kita pun tidak dapat merasakan pemulihan dari Tuhan? Tuhan berkata bahwa jika umatNya mau merendahkan diri, berdoa, mencari wajah Tuhan, dan berbalik dari segala dosa-dosa dan kejahatannya, maka Tuhan akan mendengar dari surga, mengampuni dosa mereka, serta memulihkan mereka (2 Taw 7:14). Bagian kita adalah merendahkan diri, mengaku dosa-dosa kita, berdoa mencari Tuhan dan berbalik dari segala dosa-dosa kita. Selanjutnya, bagian Tuhan adalah memulihkan kehidupan kita. Pemulihan dari Tuhan berarti kehidupan yang jauh lebih baik daripada kehidupan sebelum kita bertobat. Selagi masih ada kesempatan, maukah kita bertobat agar hidup kita dipulihkan Tuhan?


Bacaan Alkitab: Amos 9:11-15
9:11 "Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala,
9:12 supaya mereka menguasai sisa-sisa bangsa Edom dan segala bangsa yang Kusebut milik-Ku," demikianlah firman TUHAN yang melakukan hal ini.
9:13 "Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah firman TUHAN, "bahwa pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran.
9:14 Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya.
9:15 Maka Aku akan menanam mereka di tanah mereka, dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah Kuberikan kepada mereka," firman TUHAN, Allahmu.

Memperbanyak Mezbah vs Mengingat Tuhan


Kamis, 2 Februari 2012
Bacaan Alkitab: Hosea 8:11-14
Sungguh, Efraim telah memperbanyak mezbah; mezbah-mezbah itu menjadikan mereka berdosa.” (Hos 8:11)


Memperbanyak Mezbah vs Mengingat Tuhan


Saya melihat di saat-saat ini, sejumlah gereja berkembang dengan sangat pesat. Mereka membuka gereja-gereja baru di banyak tempat. Khususnya di Jakarta dan mungkin di kota-kota besar lainnya di Indonesia, gereja-gereja tersebut banyak dibuka di ruko-ruko atau di pusat perbelanjaan seperti di mal atau plaza. Di daerah tempat tinggal saya, ada satu mal yang dari 5 lantainya, ada 3 lantai yang disewa oleh beberapa gereja. Bahkan di rumah susun tempat saya tinggal, ada cabang-cabang gereja yang membuka jadwal-jadwal ibadah, dan masing-masing memasang poster atau banner, bahkan ada yang sampai menyebarkan pamflet ke penghuni rumah susun tempat saya tinggal.

Saya senang melihat gereja berkembang sedemikian pesat, yang artinya gereja pun dapat menjangkau banyak jiwa lagi. Tetapi ketika saya membaca Alkitab, saya menemukan satu peringatan yang disampaikan Tuhan melalui perantaraan Nabi Hosea kepada bangsa Israel, khususnya suku Efraim. Dalam ayat 11 dikatakan bahwa walaupun Efraim telah memperbanyak mezbah, tetapi mezbah-mezbah itu justru menjadikan mereka berdosa. Ada apa dengan membangun banyak mezbah? Mengapa Tuhan justru mengatakan bahwa mezbah-mezbah yang dibangun itu membuat Efraim berdosa?

Jawabannya tentu dapat kita lihat pada ayat-ayat selanjutnya. Secara implisit, dapat terlihat bahwa walaupun Efraim membangun banyak mezbah, sesungguhnya mereka hanya membangun mezbah-mezbah belaka dan melupakan Tuhan itu sendiri. Mereka terlalu terfokus bagaimana membangun banyak mezbah tetapi lupa mengingat Tuhan yang mereka sembah. Efraim memang membangun banyak mezbah, tetapi mereka melupakan pengajaran Firman Tuhan (ay. 12). Efraim mencintai korban-korban sembelihan, tetapi karena keseluruhan ibadah yang mereka lakukan itu tidak bertujuan untuk menyenangkan hati Tuhan, akibatnya Tuhan justru akan menghukum Efraim (ay. 13).

Saya rasa kita semua juga harus waspada dan hati-hati dalam menyikapi hal ini. Tidak salah membuka banyak cabang gereja atau banyak tempat kelompok sel atau pos PI, tetapi yang menjadi fokus gereja seharusnya bukan hanya kuantitas cabang gereja atau kuantitas jadwal ibadah saja. Gereja juga harus tetap fokus terhadap kualitas kerohanian jemaat dan hamba-hamba Tuhan. Jangan sampai Gereja membuka banyak cabang tetapi hamba-hamba Tuhan yang melayani di cabang-cabang tersebut adalah hamba-hamba Tuhan yang “asal jadi”. Walaupun kuantitas memang penting, tetapi kualitas rohani jauh lebih penting di hadapan Tuhan.

Salah satu faktor mengapa Tuhan akhirnya menghukum Efraim walaupun mereka telah mendirikan banyak mezbah dan mempersembahkan begitu banyak korban bakaran bagi Tuhan adalah karena Efraim tidak mengingat Tuhan lagi. Mereka lebih fokus melakukan program-program dan proyek-proyek pembangunan yang besar, bukan agar nama Tuhan dipermuliakan, tetapi agar nama mereka sendiri menjadi terkenal. Demikian juga peringatan yang disampaikan Tuhan untuk gereja-gereja di akhir zaman ini. Memang penting membangun banyak gereja sehingga banyak orang akan dapat beribadah, tetapi yang lebih penting lagi adalah melakukan apa yang Tuhan mau kita lakukan. Kita tidak dapat hanya membuat proyek-proyek besar yang sesungguhnya Tuhan tidak ingin kita lakukan, namun karena ambisi pribadi kita justru hal itulah yang kita lakukan. Saatnya kita kembali mengingat Tuhan dalam melakukan segala sesuatu, apalagi menyangkut jemaat dan gereja Tuhan. Segala kemuliaan hanyalah dari Tuhan, oleh Tuhan, dan kepada Tuhan, sampai selama-lamanya (Rm 11:36)



Bacaan Alkitab: Hosea 8:11-14
8:11 Sungguh, Efraim telah memperbanyak mezbah; mezbah-mezbah itu menjadikan mereka berdosa.
8:12 Sekalipun Kutuliskan baginya banyak pengajaran-Ku, itu akan dianggap mereka sebagai sesuatu yang asing.
8:13 Mereka mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan memakannya; tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus kembali ke Mesir!
8:14 Israel telah melupakan Pembuatnya dan telah mendirikan istana-istana; Yehuda telah memperbanyak kota-kota yang berkubu; tetapi Aku akan melepas api ke dalam kota-kota mereka, sehingga puri mereka dimakan habis.


Senin, 30 Januari 2012

Melayani karena Telah Disembuhkan


Rabu, 1 Februari 2012
Bacaan Alkitab: Lukas 8:1-3
dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit ... Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.” (Luk 8:2-3)


Melayani karena Telah Disembuhkan


Salah seorang hamba Tuhan pernah berkata bahwa “Seseorang yang merasa telah banyak diampuni dosanya, pasti akan lebih melayani Tuhan. Sedangkan seseorang yang merasa sedikit diampuni dosanya, pasti akan lebih sedikit melayani Tuhan”. Setelah saya renungkan, memang pendapat hamba Tuhan tersebut ada benarnya. Jika kita perhatikan, orang-orang yang kehidupannya dahulu sangat jahat, begitu orang tersebut bertobat, ia akan melayani Tuhan lebih lagi dibandingkan dengan orang-orang yang sejak dulu sudah mengenal Tuhan. Salah satu contoh nyata yang disebutkan dalam Alkitab adalah Paulus, yang dulu adalah orang yang menganiaya jemaat Tuhan. Ketika Paulus bertobat, ia menjadi salah satu rasul dan pemberita Injil yang militan, yang menyampaikan Firman Tuhan ke banyak bangsa-bangsa lain di luar bangsa Yahudi. Bahkan dalam pelayanannya, ia pun sampai lima kali disesah orang Yahudi, tiga kali didera, satu kali dilempari batu, tiga kali mengalami karam kapal, dan banyak penderitaan lainnya (2 Kor 11:23-28).

Kitab Injil Lukas juga mengatakan bahwa selain kedua belas murid Yesus yang mengikuti Yesus berjalan dari kota ke kota untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah (ay. 1), juga terdapat beberapa orang perempuan yang mengikuti Tuhan Yesus dalam pelayananNya (ay. 2a). Dalam budaya patriakal yang dianut orang Yahudi, sangat jarang nama wanita yang disebutkan dalam Alkitab, sehingga ketika ada wanita yang sampai disebutkan dalam Alkitab, itu berarti wanita tersebut adalah wanita yang spesial.

Beberapa nama wanita yang disebutkan di dalam bacaan Alkitab kita hari ini yaitu Maria Magdalena yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, dan Susana (ay. 2b & 3a). Dari ketiga nama di atas, nama Maria Magdalena adalah nama yang cukup familiar bagi kita semua. Sebagai orang yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Maria Magdalena menjadi salah satu orang yang terus mendampingi Tuhan Yesus hingga saat kematian bahkan hingga saat kebangkitannya. Maria Magdalena hadir pada saat Yesus mati di kayu Salib (Mat 27:56), hadir pada saat prosesi pemakanam Yesus (Mrk 15:47), tinggal duduk di depan kubur tempat Yesus dimakamkan (Mat 27:61), membeli rempah-rempah untuk meminyaki Yesus (Mrk 16:1), dan menjadi orang pertama yang pergi ke kubur Yesus pada hari setelah Sabat dan menemukan kubur tersebut sudah dalam keadaan kosong (Mat 28:1). Maria Magdalena merupakan orang pertama yang berinisiatif untuk mengunjungi kubur Yesus pada hari setelah hari Sabat. Inisiatif ini jauh melebihi murid-murid Yesus, dimana murid-murid Yesus sendiri, termasuk Petrus, baru pergi ke kubur Yesus setelah mendengar kabar dari Maria Magdalena (Luk 24:12).

Hal yang terlebih dashyat lagi adalah bahwa Yesus menampakkan diri secara khusus kepada Maria Magdalena (Yoh 20:11-18). Tentunya hal tersebut menunjukkan betapa Yesus sangat memandang Maria Magdalena sebagai salah seorang yang spesial baginya. Ini tentunya terkait tentang bagaimana Maria Magdalena melayani Yesus secara luar biasa setelah ia disembuhkan dari ketujuh roh jahat. Maria Magdalena melayani Yesus sebagai ucapan syukurnya kepada Tuhan Yesus yang telah menyembuhkan dan menyelamatkannya.

Satu pertanyaan yang menggelitik kita pada hari ini, sudahkah kita melayani Tuhan dengan giat sebagai ucapan syukur kita karena kita telah diselamatkan? Jika kita merasa bahwa diri kita telah banyak menerima anugerah dan kasih karunia Tuhan, tentunya kita akan mengucap syukur dengan cara melayani Tuhan dengan apapun yang kita punya. Jadi, sudahkah saat ini kita melayani Tuhan dengan giat dan dengan penuh sukacita? Jika belum, maka barangkali kita belum merasa banyak diampuni oleh Tuhan. Orang yang sedikit diampuni juga akan sedikit pula berbuat kasih (Luk 7:47).


Bacaan Alkitab: Lukas 8:1-3
8:1 Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia,
8:2 dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,
8:3 Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.


I’m Single and Very Happy


Selasa, 31 Januari 2012
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 7:25-29
Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;” (1 Kor 7:29)


I’m Single and Very Happy


Saya teringat akan salah seorang teman wanita saya. Saat ini ia berusia lebih dari 30 tahun dan belum menikah. Saya tidak tahu persis apa alasan ia belum menikah juga, apakah karena fokus pada pekerjaannya, ataukah memang belum menemukan jodoh yang diinginkannya. Tapi satu hal yang saya dapat menceritakan adalah bahwa ia sungguh menikmati hidup melajangnya dan mengisi waktunya dengan melayani Tuhan secara luar biasa. Ia melayani Tuhan sebagai choir, singer, dan banyak pelayanan lainnya. Saya dapat mengatakan satu hal tentang diri teman saya itu, yaitu bahwa ia telah mengisi hidupnya dengan melakukan hal-hal yang berguna dengan melayani Tuhan.

Saya rasa hal seperti inilah yang ada dalam pikiran Paulus ketika ia menulis surat kepada jemaat di Korintus ini. Memang Paulus dengan tegas mengatakan bahwa apa yang ia tulis terkait sikap yang harus diambil oleh para gadis adalah merupakan pendapatnya sendiri, bukan perintah dari Tuhan ( ay. 25). Tetapi kita pun tetap harus menghormati ajaran Paulus tersebut sebagai kata-kata yang diilhamkan Tuhan kepada Paulus. Paulus mengungkapkan pendapatnya mengingat waktu yang darurat yang akan terjadi dan dialami manusia. Intinya, Paulus mengharapkan agar setiap orang percaya berada tetap dalam keadaannya (ay. 26). Keadaan yang dimaksud Paulus di sini terutama adalah kondisi orang percaya, apakah masih melajang atau sudah menikah. Paulus menekankan bahwa bagi orang percaya yang masih melajang, hendaknya tidak mencari pasangan. Sedangkan bagi orang percaya yang sudah menikah, apapun iman dari pasangannya, hendaknya tidak mengusahakan perceraian (ay. 27).

Memang apa yang disampaikan Paulus terkesan kejam. Karena jika seluruh orang percaya yang belum menikah tidak mencari pasangan maka tidak akan ada keluarga Kristen yang terbentuk. Tetapi tentu saja kita harus mencari tahu konteks dari maksud tulisan Paulus tersebut. Paulus mengatakan demikian adalah karena Paulus ingin bahwa orang hidup dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah (1 Kor 7:17). Artinya adalah bahwa dengan hidup dalam keadaan ketika orang tersebut mengenal Tuhan, ia akan memfokuskan diri untuk hidup bagi Tuhan. Orang yang melajang tentunya mendapatkan banyak keuntungan yaitu memiliki lebih banyak waktu untuk melayani Tuhan, berbeda dengan orang yang telah menikah yang akan lebih memfokuskan waktu dan perhatiannya kepada isteri dan keluarganya (1 Kor 7:34).

Namun demikian, Paulus kembali menegaskan bahwa pilihan apapun yang diambil orang percaya, baik kawin ataupun tidak kawin, tidak salah di hadapan Tuhan sepanjang dilakukan dengan dasar yang jelas. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa orang yang kawin pun tidak berdosa di hadapan Tuhan, apalagi orang yang tidak kawin (ay. 28). Yang menjadi masalah adalah waktu yang semakin singkat. Waktu yang dimaksud tentunya adalah waktu kedatangan Tuhan yang kedua kali. Paulus menginginkan agar orang percaya yang telah menikah pun harus memiliki sikap dan perilaku seperti orang-orang yang tidak menikah (ay. 29). Dengan demikian, setiap orang percaya dapat memfokuskan diri untuk menyenangkan hati Tuhan dan siap sedia menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kali.

Mungkin ada beberapa di antara kita yang belum menikah. Tidak menjadi masalah jika kita belum menikah. Tidak menjadi masalah pula jika kita ternyata telah menikah. Masalahnya adalah apakah kita dapat menyiapkan diri kita untuk menyenangkan hati Tuhan? Menikah atau tidak menikah, yang penting prinsip kita adalah melakukan yang terbaik seperti melakukan untuk Tuhan (Kol 3:23). Jikalaupun ada di antara kita yang belum menikah, barangkali hal  tersebut terjadi karena Tuhan masih ingin kita melayani Tuhan dengan sepenuh waktu kita, karena jika kita telah menikah nanti, waktu kita akan tersita untuk keluarga kita. Nikmatilah waktu lajang kita, sehingga kita pun bisa berkata “I’m single and very happy, and I’m serving the Lord with my single time”.


Bacaan Alkitab: 1 Korintus 7:25-29
7:25 Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah.
7:26 Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.
7:27 Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!
7:28 Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
7:29 Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;


Jumat, 27 Januari 2012

Dari Hamba Menjadi Saudara


Senin, 30 Januari 2012
Bacaan Alkitab: Filemon 1:8-16
Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.” (Fil 1:15-16)


Dari Hamba Menjadi Saudara


Surat Filemon merupakan surat Paulus yang bersifat pribadi, yang ditujukan kepada Filemon, saudara kekasih Paulus dan teman sekerja Paulus dalam pelayanan (Fil 1:1). Bisa dibilang Filemon adalah anak didik Paulus yang telah juga mengambil bagian dalam pelayanan kepada Tuhan. Oleh karena itu, Filemon tentunya menganggap Paulus sebagai bapak rohaninya, dan tentu saja sebagai anak rohani Paulus, Filemon pasti akan menuruti apa yang dikatakan oleh Paulus.

Walaupun demikian, Paulus tidak menggunakan haknya untuk memerintahkan Filemon melakukan sesuatu yang Paulus inginkan (ay. 8). Sebaliknya, Paulus meminta Filemon untuk melakukan apa yang Paulus inginkan (ay. 9). Paulus yang saat itu sudah tua dan sedang dipenjarakan akibat memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain, meminta (atau mungkin lebih tepatnya memohon) kepada Filemon terkait anak rohaninya yang bernama Onesimus (ay. 10).

Berdasarkan literatur yang saya baca, Onesimus dulunya adalah hamba dari Filemon. Namun pada suatu waktu Onesimus lari atau kabur dari Filemon, dan di dalam masa-masa pelariannya itulah Onesimus akhirnya bertemu dengan Paulus, bertobat, dan ikut mengambil bagian dalam pelayanan Paulus. Bahkan ada kemungkinan Onesimus pun melayani Paulus dalam segala pelayanannya dan di penjara (ay. 13). Onesimus yang telah terbiasa menjadi hamba Filemon, tentunya akan menjadi hamba yang cakap dalam melayani kebutuhan Paulus selama dalam penjara.

Surat Filemon ini ditulis karena Paulus ingin mengembalikan Onesimus kepada Filemon (ay. 12). Mungkin memang dahulu Onesimus ini tidak berguna bagi Filemon, bahkan dengan pelariannya barangkali Filemon pun sudah tidak mau lagi menerima Onesimus di rumahnya. Tetapi Paulus meyakinkan Filemon bahwa saat ini Onesimus sudah jauh berbeda dengan Onesimus yang dulu. Saat ini Onesimus sudah jauh berubah dan justru akan berguna bagi Filemon, baik dalam hal-hal yang umum maupun dalam hal membantu dalam pelayanan dan memberitakan Injil kepada orang lain (ay. 11).

Sebenarnya, Paulus sendiri berada dalam dilema, karena kehadiran Onesimus sangat membantu Paulus selama ia dalam penjara (ay. 13), tetapi Paulus sadar bahwa Onesimus akan jauh lebih berguna bagi Filemon ketimbang ia terus berada di sisi Paulus. Inilah gambaran hamba Tuhan yang tidak egois. Paulus lebih mementingkan pelayanan Filemon daripada pelayanannya sendiri sehingga akhirnya pun Paulus memutuskan untuk memulangkan Onesimus agar dapat lebih berguna di tempat Filemon.

Walaupun demikian, Paulus tidak mau memaksa Filemon untuk menerima Onesimus kembali. Paulus ingin agar Filemon menerima Onesimus dengan sukarela dan sukacita, bukan dengan paksaan (ay. 14). Paulus pun mengatakan kepada Filemon, bahwa mungkin ini memang rencana Tuhan untuk memisahkan sementara agar Onesimus dapat lebih berguna bagi Filemon ketimbang dulu (ay. 15). Dan andaikata pun Filemon mau menerima kembali Onesimus, Paulus ingin agar Filemon tidak lagi menganggap Onesimus sebagai hamba, tetapi sebagai saudara kekasih di dalam Tuhan.

Barangkali kita pun pernah mengalami hal yang sama seperti ini. Karena ada sedikit perselisihan, akhirnya ada saudara seiman kita (atau bahkan mungkin diri kita sendiri) yang pergi melarikan diri. Sejak saat itu kita mungkin menganggap orang itu sebagai orang yang “salah”. Tetapi melalui kisah Filemon dan Onesimus yang kita baca hari ini, kita kembali diingatkan bahwa di hadapan Tuhan semua adalah sama. Kita adalah saudara di dalam Tuhan, dan jika ada masalah atau perselisihan di antara saudara seiman, tentunya harus diselesaikan secara damai dan sesuai dengan Firman Tuhan. Ingat, di antara kita tidak ada tuan dan hamba, semua adalah saudara di dalam Tuhan.


Bacaan Alkitab: Filemon 1:8-16
1:8 Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan,
1:9 tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus,
1:10 mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus
1:11 -- dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku.
1:12 Dia kusuruh kembali kepadamu -- dia, yaitu buah hatiku --.
1:13 Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil,
1:14 tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela.
1:15 Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya,
1:16 bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.

Anjing dan Babi


Minggu, 29 Januari 2012
Bacaan Alkitab: 2 Petrus 2:20-22
Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.” (2 Ptr 2:22)


Anjing dan Babi


Dalam Alkitab kita, hewan anjing dan babi digambarkan sebagai hewan yang kotor. Barangkali anjing zaman dulu belum seperti anjing di zaman modern ini, dimana banyak orang yang menganggap anjing sebagai hewan peliharaan yang menggemaskan. Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, Rasul Petrus membahas tentang orang-orang yang dulunya sudah pernah percaya kepada Tuhan namun kemudian kembali lagi ke dalam kehidupan lamanya. Dalam ayat 20 dikatakan bahwa orang-orang seperti itu justru akan memiliki keadaan yang lebih buruk dari sebelumnya.

Lebih ekstrim lagi dikatakan bahwa daripada seseorang yang dulu tidak percaya Tuhan kemudian percaya kepada Tuhan Yesus, namun akhirnya kembali murtad dan kembali ke kehidupan lamanya, adalah lebih baik orang tersebut tidak pernah mengenal tentang jalan kebenaran tersebut (ay. 21). Rasul Petrus dengan tegas mengatakan bahwa lebih baik mereka tidak pernah mengenal kebenaran daripada mengenal namun akhirnya kembali ke kehidupan lamanya.

Hal ini sejalan dengan ajaran Tuhan Yesus dalam Injil Matius 12:43-45. Ketika suatu rumah telah dibersihkan dari roh jahat, maka jika rumah tersebut masih kosong tanpa ditempati, maka roh jahat tersebut akan kembali dan mengajak tujuh roh jahat lainnya untuk menempati rumah tersebut. Apa yang dapat kita pelajari dari hal tersebut? Jika kita telah bertobat dari kehidupan lama kita, tidak hanya cukup bagi kita untuk bertobat, tetapi yang lebih penting lagi adalah mengajak Tuhan untuk turut campur dalam kehidupan kita. Dengan demikian rumah yang merupakan gambaran dari hati atau kehidupan kita tidak akan kosong dan roh jahat  itu tidak dapat kembali ke dalam kehidupan kita.

Kembali lagi ke bacaan Alkitab kita di kitab 2 Petrus, orang percaya yang akhirnya kembali ke kehidupan lamanya digambarkan sebagai "Anjing yang kembali lagi ke muntahnya” dan “babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya” (ay. 22). Saya sempat bertanya dan merenung dalam hati, mengapa anjing dan babi yang menjadi contoh ya? Setelah saya renungkan, ternyata ada beberapa prinsip praktis yang ada dalam peribahasa tersebut.

Pertama, walaupun saya tidak pernah memelihara anjing dan babi, tetapi menurut saya anjing dan babi memang memiliki kodrat untuk kembali ke muntah atau mandi kembali ke dalam kubangannya. Itu adalah naluri atau insting dari hewan. Jadi, jika kita telah mengaku sebagai anak-anak Tuhan, tentunya kita tidak boleh memiliki sikap seperti anjing dan babi tadi. Kita harus fokus meninggalkan masa lalu kita dan menatap ke masa depan.

Kedua, walaupun anjing dan babi tersebut memiliki kodrat untuk kembali ke muntah dan kubangannya, tetapi jika tidak ada kubangan, maka saya yakin bahwa babi apapun tidak akan mungkin kembali ke kubangannya. Jadi, intinya menurut saya adalah bagaimana kita dapat membuang kubangan-kubangan yang menggoda kita untuk kembali ke kehidupan lama kita. Kubangan ini dapat berarti banyak hal dalam kehidupan kita yang telah lalu yang menggoda kita untuk kembali jatuh ke kehidupan lama kita. Jadi kuncinya adalah satu, yaitu menghilangkan kubangan-kubangan yang mengganggu dalam kehidupan kita.

Kita mungkin merasa bahwa kita adalah orang-orang yang masuk dalam kelompok “anjing” dan “babi” itu. Tetapi saya yakin bahwa anjing dan babi dapat berubah menjadi jinak dan tidak kembali ke kubangan jika dan hanya jika lingkungannya mendukung. Babi yang dipelihara orang di perkotaan pastilah tidak akan kembali ke kubangannya karena tidak ada kubangan babi di kota. Sementara itu, babi yang hidup di desa, walaupun pemiliknya telah menjadikan babi tersebut menjadi hewan peliharaan di rumah, tetapi begitu si babi menemukan kubangan di desa tersebut, babi itu pasti langsung kembali ke kubangannya. Pilihan ada di kita, apakah kita mau menjadi “anjing” dan “babi”, ataukah kita mau menjadi orang-orang kesayangan Tuhan? Kuncinya adalah: jangan melihat ke belakang (Flp 3:13) dan jangan membuka celah/kesempatan kepada Iblis (Ef 4:27).


Bacaan Alkitab: 2 Petrus 2:20-22
2:20 Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula.
2:21 Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka.
2:22 Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya."




Makanan Rohani


Sabtu, 28 Januari 2012
Bacaan Alkitab: Matius 4:1-4
Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat 4:4)


Makanan Rohani


Setiap orang pasti perlu makan setiap harinya. Bahkan, kebanyakan di antara kita minimal harus tiga kali makan pada pagi, siang, dan malam hari. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika cobaan pertama yang Iblis lakukan kepada Yesus adalah mencobai dalam hal makanan. Ya, cobaan apa lagi yang paling baik untuk dilakukan Iblis terhadap Yesus ketika Yesus telah berpuasa tidak makan selama 40 hari dan 40 malam di padang gurun (ay. 1-2). Bayangkan jika kita tidak makan sesuatu apapun selama satu hari saja, pastilah kita sudah merasa sangat lapar, dan pasti pikiran kita tidak akan dapat fokus dan pasti pekerjaan kita akan terganggu. Bayangkan jika kita berada dalam posisi Tuhan Yesus, dimana kondisi kita sangat lapar dan mungkin saja sudah tidak dapat berpikir jernih.

Saya rasa, pada kondisi seperti itu, Iblis datang kepada Yesus pada saat yang tepat. Iblis tidak meminta Tuhan Yesus untuk menyembahnya, bukan itu, tetapi Iblis meminta Tuhan Yesus untuk memerintahkan batu-batu ini menjadi roti (ay. 3). Ya, itulah cobaan pertama yang dilakukan Iblis kepada Yesus. Saya berpikir, jika saya berada dalam posisi Tuhan Yesus, mungkin tanpa pikir panjang saya akan mengubah batu menjadi roti. Atau jika saya mau, bisa saja saya meminta malaikat untuk datang dan membawakan makanan kepada saya. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan Yesus jika Ia mau melakukannya.

Jawaban Tuhan Yesus di ayat 4 sesungguhnya memiliki makna yang dalam. Tidak hanya menolak tawaran Iblis, Yesus juga mengutip ayat Firman Tuhan di dalam Perjanjian Lama yaitu di Ulangan 8:3. Walaupun demikian, kebenaran yang terkandung pada jawaban Yesus patut kita renungkan pada hari ini. Dalam jawabanNya, Yesus mengatakan bahwa manusia tidak hanya hidup dari roti (makanan jasmani) saja, tetapi juga dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (makanan rohani). Dengan kata lain, makanan jasmani itu berguna bagi tubuh jasmani, sedangkan makanan rohani bermanfaat untuk tubuh rohani kita.

Sebagaimana kita memerlukan makanan jasmani setiap hari, demikian juga kita memerlukan makanan rohani yaitu Firman Tuhan setiap hari pula. Kita tidak dapat merapel makanan jasmani kita, misalkan jatah tiga hari kita makan sekaligus kemudian kita tidak makan selama tiga hari ke depan. Sama seperti itu, kita pun butuh Firman Tuhan setiap hari, bahkan mungkin sebaiknya kita mengkonsumsi makanan rohani kita sebanyak tiga kali sehari, sama dengan makanan jasmani yang kita makan setiap harinya.

Memang ketika kita memutuskan untuk membaca Firman Tuhan secara rutin setiap harinya, kita kadang-kadang mendapatkan Firman Tuhan yang gampang dimengerti atau sesuai dengan kondisi kita saat membacanya. Namun seringkali Firman yang kita baca justru sulit untuk dimengerti. Jikalaupun kita dapat mengertinya, seringkali apa yang kita baca belum tentu cocok dengan kondisi yang kita alami. Terkait dengan hal itu, menurut pendapat saya kita harus memperlakukan Firman Tuhan seperti makanan jasmani kita. Pernahkah kita mengingat apa yang kita makan seminggu yang lalu? Tentu kebanyakan di antara kita akan menjawab tidak. Namun walaupun kita tidak ingat akan makanan yang kita makan seminggu yang lalu, tapi makanan tersebut pastilah memberikan tenaga dan membuat kita masih hidup hingga hari ini.

Jika tubuh kita memerlukan makanan jasmani setiap harinya, sudahkah kita memenuhi kebutuhan tubuh rohani atau jiwa kita? Jangan sampai jiwa kita kering karena kita tidak pernah memberikan makanan rohani kepada jiwa kita tersebut. Tidak ada kata terlambat, mulailah dari sekarang. Pasti tidak akan sulit untuk membaca satu pasal Alkitab setiap harinya. Kita bisa membaca Alkitab secara urut dari awal sampai akhir, kita bisa mendengarkan siaran di radio atau televisi, atau kita juga dapat membaca Firman Tuhan melalui sarana renungan harian yang bisa kita dapatkan dengan mudah. Apapun pilihan kita, mari kita berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan makanan rohani jiwa kita. Baca Firman Tuhan, renungkan, dan aplikasikan dalam kehidupan kita, niscaya kita akan menjadi orang-orang yang sehat secara rohani.


Bacaan Alkitab: Matius 4:1-4
4:1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
4:2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

Rabu, 25 Januari 2012

Tetap Bersukacita dalam Kondisi Apapun


Jumat, 27 Januari 2012
Bacaan Alkitab: Habakuk 3:17-19
Namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Hab 3:18)


Tetap Bersukacita dalam Kondisi Apapun


Pernahkah kita mengalami sesuatu masalah atau pergumulan yang sangat berat, hingga rasa-rasanya kita sudah tidak mampu lagi untuk menjalani hidup ini? Bagaimana perasaan kita saat itu? Lalu apakah yang kita lakukan? Ketika kita membawa pergumulan atau masalah tersebut kepada Tuhan, apakah kita masih dapat mengucap syukur kepada Tuhan?

Seringkali masalah atau pergumulan hidup membuat kita tidak dapat lagi mengucap syukur kepada Tuhan. Hal tersebut juga dapat terjadi bukan hanya kepada kita, tetapi juga dapat dialami oleh para hamba-hamba Tuhan yang cukup terkenal. Tidak ada orang yang tidak memiliki masalah atau pergumulan. Semua orang pasti pernah mengalami permasalahan yang sulit dan menekan hidupnya. Tetapi justru ketika menghadapi masalah itulah terlihat bagaimana iman dari orang yang mengalami masalah tersebut. Orang yang memiliki iman pasti masih dapat mengucap syukur kepada Tuhan, sementara orang yang kurang beriman pastilah juga kurang dapat mengucap syukur kepada Tuhan. Orang yang tidak punya iman justru akan menyalahkan dan mengutuk Tuhan atas masalah yang ia hadapi.

Bacaan Alkitab kita pada hari ini menulis tentang kondisi ekstrim yang mungkin dialami oleh semua orang. Pada saat kitab Habakuk ini ditulis, kebanyakan masyarakat yang tinggal di Kanaan hidup dari kegiatan agraris, yaitu bercocok tanam dan berternak. Jadi, bayangkan ayat 17 sebagai suatu kondisi dimana seluruh tanaman yang sedang ditanam tiba-tiba habis begitu saja. Pohon ara, pohon anggur, pohon zaitun tidak berbuah, serta hasil ladang pada saat itu tidak menghasilkan apapun, entah karena hama, banjir, atau justru karena kekeringan. Jika semua tanaman saja tidak menghasilkan, tentu saja tidak ada bahan makanan bagi ternak-ternak. Kambing dan domba yang membutuhkan banyak rumput terhalau dari kandang, apalagi lembu dan sapi yang membutuhkan lebih banyak rumput daripada kambing dan domba. Jika diibaratkan dengan peribahasa, hal tersebut sama saja dengan sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Bagaimana jika kita berada di dalam kondisi seperti itu? Nabi Habakuk sendiri berkata bahwa ia akan tetap bersorak-sorak dan bersukacita di dalam Tuhan (ay. 18). Bagaimana mungkin seseorang yang berada dalam kondisi seperti itu masih dapat bersukacita? Saya sendiri juga masih meragukan apakah saya dapat tetap bersukacita seperti itu ketika menghadapi sejumlah masalah dalam kehidupan saya.

Salah satu kunci untuk tetap bersukacita ketika masalah datang adalah mencari hal yang dapat kita jadikan alasan untuk bersyukur. Mungkin saja semua kekayaan kita habis, tetapi kita tetap masih dapat bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesehatan. Mungkin juga kita akhirnya mengalami sakit penyakit yang parah, tetapi kita tetap masih dapat bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kita untuk tetap hidup. Contohlah Ayub yang dalam ujian kehidupan yang dialami, masih tetap dapat berkata “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan” (Ayb 1:21). Alkitab dua kali mengatakan bahwa dalam ujian yang dihadapi, ketika Ayub kehilangan seluruh kekayaannya, anak-anaknya, bahkan ketika ia menderita penyakit, Ayub tidak berdosa dengan bibirnya (Ayb 1:22 & 2:10).

Kita harus percaya bahwa Allah itu adalah Allah yang selalu memberikan kekuatan kepada kita bahkan ketika kita menghadapi hal-hal yang sulit sekalipun (ay. 19). Ketika kita mengalami masalah yang begitu berat, di situ kita harus sadar bahwa kita tidak mungkin mengatasi masalah sendirian dengan kekuatan kita. Kita membutuhkan Tuhan untuk menyelesaikan masalah kita. Seringkali kita melihat masalah begitu besar hingga kita tidak melihat Tuhan yang jauh lebih besar dari masalah kita, bahkan lebih besar dari apapun yang dapat kita bayangkan (Ef 3:20). Jadi, masihkah kita meragukan Tuhan ketika kita menghadapi masalah? Bukankah masalah itu seharusnya tidak dapat merampas sukacita yang telah diberikan Tuhan kepada kita?


Bacaan Alkitab: Habakuk 3:17-19
3:17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
3:18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
3:19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).

Bagaimana Seharusnya Perempuan Berdandan


Kamis, 26 Januari 2012
Bacaan Alkitab: 1 Timotius 2:9-10
Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana ...” (1 Tim 2:9a)


Bagaimana Seharusnya Perempuan Berdandan


Pernahkah kita melihat penampilan artis-artis atau selebritis ketika mereka tampil di atas panggung atau sedang bermain film? Tentu mereka terlihat cantik bukan? Tetapi pernahkah kita melihat mereka pada saat bangun tidur atau pada saat tidak memakai make-up? Apakah mereka memang benar-benar cantik atau hanya cantik karena polesan bedak dan lipstik?

Seringkali manusia, terutama kaum hawa, sangat mementingkan penampilan fisik mereka. Masalahnya, di Indonesia ini, banyak wanita yang melihat penampilan orang lain yang kelihatannya lebih baik atau lebih menarik dan ingin menjadi sama dengan mereka. Contohnya saja, orang Indonesia yang memiliki rambut hitam justru mengecat rambutnya dengan warna coklat dan pirang. Padahal orang luar negeri yang berambut pirang justru sangat menginginkan mereka berambut hitam. Produk pemutih kulit sangat laku di Indonesia, karena orang-orang yang berkulit lebih gelap ingin memiliki kulit yang lebih putih. Padahal, orang bule yang berkulit putih justru senang berjemur di pantai agar kulit mereka menjadi lebih hitam. Dan banyak lagi hal lain yang dapat dijadikan contoh betapa banyak orang yang lebih suka memperbaiki penampilan fisik mereka.

Paulus dalam suratnya kepada Timotius sekitar dua ribu tahun yang lalu, menasehatkan para perempuan untuk berdandan dengan pantas, sopan, dan sederhana (ay. 9a). Ketiga prinsip tersebut yaitu pantas, sopan, dan sederhana menjadi kunci bagaimana seorang perempuan berdandan. Tidak salah seorang perempuan berdandan, tetapi harus juga memperhatikan kepantasan. Jangan sampai misalnya seseorang datang ke Gereja hanya menggunakan piyama. Selain itu, dalam berdandan juga harus memperhatikan kesopanan. Jangan sampai misalnya seseorang yang menjadi worship leader memakai pakaian yang minim atau memakai rok mini. Terakhir, mengenai keserhanaan, Paulus dengan jelas menekankan beberapa contoh praktis dandanan perempuan yang sederhana: tidak berkepang-kepang (dalam konteks ini berarti tidak memakai dandanan atau perhiasan yang berlebihan pada rambut), dan tidak memakai aksesoris atau pakaian yang mahal-mahal (ay. 9b).

Apa yang disampaikan Paulus dalam Alkitab tersebut tentunya masih relevan sampai saat ini, bahkan sebetulnya tidak hanya bagi kaum perempuan, tetapi juga bagi kaum pria. Kita semua tidak boleh hanya fokus terhadap dandanan yang terllihat dari luar atau dandanan jasmani saja. Kita semua perlu mendandani diri kita masing-masing agar ketika beribadah, Tuhan dapat melihat kita beribadah sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Tuhan (Rm 12:1).

Tuhan ingin agar kita sebagai anak-anakNya tidak hanya mementingkan penampilan luar saja. Tetapi justru Tuhan ingin kita berdandan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menyenangkan hati Tuhan (ay. 10). Ingat, Tuhan kita bukanlah Tuhan yang melihat apa yang dilakukan orang di luar saja, tetapi Tuhan kita adalah Tuhan yang melihat hati (1 Sam 6:17). Ia tahu motivasi kita ketika kita melayani, apakah untuk memuliakan Tuhan atau hanya untuk mencari kesenangan pribadi saja. Sudahkah kita mendandani diri kita agar kita tampil menarik di hadapan Tuhan? Ingatlah bahwa kita semua adalah mempelai perempuan Kristus. Kita pun harus selalu siap sedia menyambut kedatangan Kristus sebagai mempelai pria kita.


Bacaan Alkitab: 1 Timotius 2:9-10
2:9 Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal,
2:10 tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.

Senin, 23 Januari 2012

Peringatan kepada Orang-orang Kaya


Rabu, 25 Januari 2012
Bacaan Alkitab: Yakobus 5:1-6
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka [Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi] ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Mat 23:3)


Peringatan kepada Orang-orang Kaya


Saya rasa tidak ada seorangpun di antara kita yang tidak ingin menjadi orang yang kaya, sukses dan berhasil. Seingat saya, tidak ada buku di toko buku yang mengajarkan dan mengajak pembacanya untuk menjadi miskin dan gagal. Semua orang ingin kaya, bahkan beberapa orang rela melakukan apa saja demi menjadi kaya. Mereka mencuri, merampok, melakukan korupsi agar menjadi kaya, bahkan ada juga yang sampai meminta kekayaan dari Iblis dengan mendatangi tempat-tempat pesugihan. Alkitab sendiri tidak melarang anak-anak Tuhan menjadi kaya, tetapi Alkitab memberi peringatan kepada orang-orang kaya, yang salah satunya akan kita pelajari pada hari ini.

Ketika saya membaca bacaan Alkitab kita pada hari ini, saya tertegun, mengapa sampai Tuhan melalui Yakobus yang menulis kitab ini mengatakan kepada orang kaya untuk menangis dan meratap atas sengsara yang akan menimpa mereka (ay. 1)? Apakah menjadi orang kaya adalah sesuatu dosa di hadapan Tuhan? Tentu saja tidak. Tuhan tentu juga ingin memberkati kita dan membuat kita berhasil. Tetapi yang Tuhan tidak sukai adalah ketika orang kaya tersebut lebih terfokus kepada kekayaannya daripada Tuhan. Orang-orang yang seperti itu, kekayaannya sudah busuk (ay. 2), dan bahkan emas dan perak yang dikumpulkannya pun akan menjadi berkarat (ay. 3). Orang-orang yang seperti ini tentu lebih memilih mengumpulkan harta di dunia daripada mengumpulkan harta di surga (Mat 6:19-20).

Terlebih lagi, Yakobus mengecam orang-orang kaya yang menjadi kaya dengan menginjak-injak orang lain, termasuk orang-orang di bawahnya dan orang-orang miskin. Mereka menahan upah dari buruh-buruh yang bekerja pada mereka (ay. 4). Jika ditarik ke konteks saat ini, mungkin saja mereka memberikan upah yang tidak memadai atau dibawah standar kepada para pekerja mereka. Tentunya orang yang dibayar dengan tidak memadai akan berkata negatif kepada orang yang mempekerjakan mereka bukan? Tuhan berkata bahwa Tuhan mendengar setiap keluhan orang-orang yang dizalimi, orang-orang yang dibayar dengan tidak pantas, dan orang-orang yang ditahan upahnya.

Yakobus juga mengecam orang-orang kaya yang berfoya-foya di tengah kondisi orang lain yang memprihatinkan (ay. 5). Kita patut memperhatikan hal ini, terutama kondisi di bangsa ini dimana orang bisa mengadakan pesta pernikahan hingga memakan biaya hingga bermiliar-miliar namun tidak pernah membantu orang-orang miskin yang ada di sekitarnya. Ingatlah akan cerita tentang orang kaya yang berpakaian serba ungu dan Lazarus, sang pengemis dalam Alkitab, bagaimana pada hari penghakiman, orang kaya tersebut akhirnya masuk ke dalam neraka karena ia hidup berfoya-foya tanpa memperhatikan orang-orang miskin di sekitarnya (Luk 16:19-31).

Tidak ada yang salah dengan menjadi kaya, yang salah adalah ketika hati kita terfokus pada kekayaan itu sendiri dan bukan kepada Tuhan yang memberikan kekayaan kepada kita. Mungkin saja kita pun tetap beribadah kepada Tuhan, tetapi hati kita lebih terfokus kepada berkat-berkat dari Tuhan dan bukan kepada Tuhan yang memberi berkat tersebut. Alkitab mengatakan bahwa di mana harta kita berada, di situ juga hati kita berada (Luk 12:34). Oleh karena itu, jika Tuhan memberkati kita sehingga kita menjadi orang yang kaya dan berhasil, kita juga perlu menempatkan kekayaan kita itu dalam kerajaan surga, sehingga hati kita pun tetap terfokus kepada hal-hal yang surgawi dan bukan hal-hal duniawi. Jadilah orang kaya di dunia, dan juga orang kaya di surga. Muliakanlah Tuhan dengan harta kita dan kekayaan kita (Ams 3:9a).


Bacaan Alkitab: Yakobus 5:1-6
5:1 Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!
5:2 Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat!
5:3 Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.
5:4 Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu.
5:5 Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan.
5:6 Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.

Menguji Integritas


Selasa, 24 Januari 2012
Bacaan Alkitab: Matius 23:1-4
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka [Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi] ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Mat 23:3)


Menguji Integritas


Suatu hari ketika bensin di motor saya akan habis, saya pun mengisi bensin di sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang mengklaim bahwa takaran di sana adalah takaran yang pas. Lokasi SPBU tersebut terletak di tempat yang strategis di daerah tempat saya tinggal. Memang beberapa tahun yang lalu saya pernah mengisi bensin di situ namun hasilnya mengecewakan karena saya merasa bahwa takarannya kurang pas, oleh karena itu saya tidak pernah mengisi bensin di SPBU itu lagi selama beberapa tahun. Tetapi ketika saat itu bensin motor saya memang sangat kritis dan saya melihat bahwa SPBU tersebut sudah berani memasang logo yang menyatakan bahwa takarannya pasti pas, tentunya saya berharap bahwa SPBU tersebut memang sudah benar-benar pas.

Apa yang tejadi, ternyata saat itu cukup banyak sepeda motor yang mengisi bensin di sana. Saat itu saya berpikir tentu SPBU ini sudah menjadi lebih baik lagi sampai-sampai cukup banyak motor yang mengisi bensin di sana. Tetapi ternyata saya tertipu. Setelah saya perhatikan lagi, banyak motor yang mengisi di sana meminta kuitansi tertentu dari petugas SPBU tersebut. Setelah saya perhatikan, mereka umumnya mengisi bensin sebesar Rp10.000,00 namun mengambil kuitansi yang bertuliskan Rp15.000,00. Saya berpikir, wah ini  tentunya tidak benar. Ternyata walaupun SPBU tersebut mengklaim bahwa takarannya sudah pasti pas, namun dalam kenyataannya tidak seperti itu. Ternyata integritas memang sudah sulit ditemukan sekarang ini terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.

Bicara tentang integritas, ada banyak yang membuat definisi tentang integritas itu sendiri. Tetapi menurut saya, secara sederhana integritas berarti melakukan apa yang kita katakan dan mengatakan apa yang kita lakukan. Dengan kata lain, ada kesatuan (integrity) antara perkataan dan perbuatan kita. Contoh paling sederhana dalam kasus SPBU di atas, seharusnya jika SPBU tersebut mengklaim bahwa takarannya sudah pasti pas, SPBU itu tidak mungkin membuat kuitansi dengan jumlah yang tidak seharusnya. Saya berpendapat, bahwa jika SPBU tersebut berani memberi kuitansi Rp15.000,00 kepada pembeli yang mengisi Rp10.000,00, tentunya saya tidak dapat menjamin bahwa ketika saya mengisi Rp10.000,00, saya akan mendapatkan bensin senilai Rp10.000,00. Bagaimana saya bisa percaya lagi dengan SPBU tersebut ketika saya sudah meragukan integritas dari SPBU tersebut?

Sama seperti Tuhan Yesus yang mengkritik sikap dari ahli-ahli Taurat dan orang Farisi di zamanNya. Mereka ini adalah orang-orang yang berprofesi sebagai imam dan pelayan-pelayan Tuhan (ay. 2). Seharusnya mereka pun menjadi teladan bagi umat atau bangsa Israel dalam segala hal, terutama dalam hal-hal rohani seperti ibadah dan ajaran-ajaran mereka. Tetapi kenyataannya, Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya dan kepada orang banyak untuk melakukan apa yang ahli-ahli Taurat dan orang Farisi ajarkan kepada mereka, tapi jangan menuruti perbuatan-perbuatan ahli Taurat dan orang Farisi tersebut (ay. 3). Dengan kata lain, tidak ada integritas antara perkataan dan perbuatan dari ahli Taurat dan orang Farisi tersebut.

Apa yang Yesus kritik dari sikap ahli Taurat dan orang Farisi tersebut adalah bahwa mereka meletakkan beban berat kepada bangsa Israel, tetapi mereka sendiri tidak mau menanggung beban tersebut (ay. 4). Mereka membuat begitu banyak peraturan-peraturan yang njelimet, namun sebenarnya peraturan-peraturan tersebut tidak ada hubungannya dengan ajaran Musa atau ajaran Yahudi. Mereka membuat peraturan-peraturan baru demi keuntungan mereka sendiri. Mereka memberatkan kehidupan umat dan bangsa Israel demi kesenangan diri mereka sendiri.

Saya akui memang susah mencari orang-orang yang berintegritas belakangan ini. Saya sendiripun masih dalam tahap belajar dan terus belajar untuk menjadi orang yang memiliki integritas dalam kehidupan saya. Saya merasa bahwa sebagai penulis renungan, hidup saya pun harus sesuai dengan apa yang saya tulis. Jangan sampai saya menulis sesuatu yang tidak bisa saya lakukan. Tuhan nanti akan menghakimi saya berdasarkan apa yang saya tulis dan apa yang saya lakukan. Tetapi terlepas dari semuanya itu, Tuhan kita menghendaki anak-anakNya memiliki integritas dalam kehidupannya. Tuhan ingin agar kita tidak hanya menjadi pendengar Firman ataupun pemberita Firman, tetapi Tuhan ingin agar kita semua menajdi pelaku-pelaku Firman Tuhan (Yak 1:22). Jadi, marilah hari ini kita mengambil komitmen untuk memiliki hidup yang berintegritas dalam Firman Tuhan, sehingga hidup kita tersebut menjadi kesaksian yang hidup bagi siapa saja yang melihatnya.


Bacaan Alkitab: Matius 23:1-4
23:1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:
23:2 "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.
23:3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
23:4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

Tahun Naga


Senin, 23 Januari 2012
Bacaan Alkitab: Wahyu 12:7-9
Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.” (Why 12:9)


Tahun Naga


Hari ini adalah Tahun Baru Cina atau Imlek bagi mereka yang merayakannya. Dalam suasana Imlek ini, hampir seluruh pusat perbelanjaan terutama yang berada di kota-kota besar seperti Jakarta penuh dengan suasana merah yang meriah. Ada lampion di mana-mana, ada barongsai, dan juga ada amplop-amplop angpao yang biasanya digantung di pohon-pohon. Tidak ada salahnya memang menyambut Tahun Baru Cina dimana saat ini menurut perhitungan Cina kita akan memasuki Tahun Naga Air. Di beberapa tempat, malah banyak pernak-pernik berbentuk atau bergambar naga yang dijual dalam rangka menyambut Tahun Baru Cina ini.

Saya sendiri mencoba mencari apakah yang dikatakan Alkitab tentang Naga? Tentunya saya di sini bukan mencampuradukkan antara ajaran Alkitab dengan tradisi Cina. Tetapi saya akan lebih berfokus kepada apa yang dikatakan Alkitab. Ketika saya membaca Alkitab, sebagian besar kata “naga” merujuk ke hal-hal yang negatif, yaitu kepada Iblis. Saya sendiri masih belum mengerti mengapa Alkitab selalu merujuk “naga” kepada hal-hal yang negatif, tetapi tradisi Cina sendiri lebih melihat “naga” sebagai hal yang positif, penuh dengan kekuatan dan kekuasaan.

Saya sendiri mencoba melihat beberapa ayat di Alkitab yang menyebut tentang naga, yaitu dalam bacaan Alkitab kita hari ini. Dikatakan bahwa muncullah peperangan di surga, dimana Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga dan malaikat-malaikat dari naga tersebut (ay. 7), dan akhirnya naga dan malaikat-malaikat dari naga tersebut tidak dapat bertahan dan tidak mendapat tempat di surga lagi (ay. 8). Saya penasaran, apa yang dimaksud dengan naga dalam ayat 7 ini? Dalam ayat 3 dan 4 dari pasal ini disebutkan bahwa muncul seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota, dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Naga itu ingin menelan anak dari perempuan yang akan melahirkan. Lebih lanjut lagi, jika kita baca di ayat 9, naga besar itu merupakan gambaran dari Iblis atau Satan, yang tujuannya menyesatkan seluruh dunia.

Ketika kalah dalam peperangan melawan Mikhael dan malaikat-malaikat Tuhan, akhirnya Iblis beserta malaikat-malaikatnya dilemparkan ke bawah, yaitu ke bumi dengan tujuan untuk menyesatkan seluruh dunia. Oleh karena itu, tanpa berpikir negatif tentang tradisi Cina yang menyatakan bahwa naga adalah gambaran kekuatan dan kekuasaan, kita pun perlu waspada menyambut Tahun Naga Air ini. Bisa jadi itu adalah gambaran dari apa yang akan terjadi di tahun 2012 ini. Naga atau Iblis akan muncul dan menyesatkan orang-orang yang tidak waspada dan tidak berjaga-jaga.

Saya sendiri bukan ahli dalam menafsirkan kitab Wahyu atau terkait ajaran tentang akhir zaman. Tetapi kita perlu waspada karena seringkali Iblis mencoba memberi gambaran yang palsu mengenai dirinya. Iblis yang digambarkan sebagai naga dalam Alkitab, kemudian mencoba menjadikan naga sebagai gambaran dari sesuatu yang baik. Bisa jadi melalui shio dalam tradisi Cina dimana naga digambarkan sebagai makhluk yang kuat dan berkuasa, atau melalui film-film yang menggambarkan naga sebagai sosok yang baik. Kita patut waspada karena Iblis pun dapat menyamar menjadi malaikat terang (2 Kor 11:14).

Walaupun demikian, saya berpendapat tidak ada salahnya kita menyambut Tahun Baru Cina ini dengan penuh sukacita, sepanjang memang apa yang kita lakukan itu tidak bertentangan dengan Firman Tuhan. Tradisi seperti makan bersama ketika Imlek, memberi angpao, dan sebagainya rasa-rasanya bukan sesuatu yang salah. Kita perlu tetap optimis menyambut tahun ini, kita perlu tetap mengandalkan Tuhan dalam menyambut tahun yang dikatakan orang sebagai “Tahun Naga” ini, agar jangan sampai kita lebih terfokus kepada “Naga” tapi bukan kepada Tuhan. Akan lebih bahaya lagi jika fokus kita justru kepada “Naga” yang adalah “Iblis”. Justru di saat memasuki tahun ini, kita harus lebih dekat dan berfokus kepada Tuhan, yang nantinya akan mengalahkan “Naga” alias Iblis itu (Why 20:2).


Bacaan Alkitab: Wahyu 12:7-9
12:7 Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu  dibantu oleh malaikat-malaikatnya,
12:8 tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga.
12:9 Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.

Menjadi Orang yang Berhasil Dimanapun Berada


Minggu, 22 Januari 2012
Bacaan Alkitab: Kejadian 39:21-23
Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil.” (Kej 39:23)


Menjadi Orang yang Berhasil Dimanapun Berada


Saya memperhatikan tren belakangan ini, seringkali bahwa seseorang yang telah sukses di suatu posisi tertentu, belum tentu dapat sukses di posisi atau di tempat lain. Sebagai contoh, sejumlah pemain sepakbola yang cukup sukses di klub lamanya, ketika pindah ke klub baru ternyata mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan akhirnya justru tampil buruk. Atau sejumlah orang yang terlihat hebat di posisi tertentu di sebuah perusahaan atau instansi, ketika dimutasi ke bagian yang sulit atau ke daerah terpencil, justru tidak dapat bersinar lagi.

Tetapi lain halnya dengan Yusuf. Yusuf adalah orang yang berasal dari keluarga Yakub yang kaya raya. Ia adalah anak kesayangan Yakub, dan tentu saja ia mendapatkan fasilitas yang luar biasa mewah dari Yakub. Tetapi hal itu seakan berubah ketika saudara-saudara Yusuf menangkapnya dan menjualnya sebagai budak. Dari anak kesayangan orang kaya menjadi budak, suatu kondisi yang sangat jauh sekali. Tetapi Yusuf pun berhasil mengatasinya saat menjadi budak di rumah Potifar, kepala pengawal Firaun. Yusuf pun akhirnya selalu berhasil dalam mengerjakan segala sesuatu di rumah Potifar tersebut sehingga Potifar pun mengangkat Yusuf sebagai kepala atas segala sesuatu di rumahnya (Kej 39:1-6).

Tapi setelah sepertinya semua berjalan sesuai dengan rencana, terjadi sesuatu yang akhirnya membuat hidup Yusuf berantakan. Karena tidak mau menuruti ajakan isteri Potifar, akhirnya Yusuf pun dijebloskan ke dalam penjara. Baru saja kondisi Yusuf berangsur-angsur membaik, ia akhirnya harus jatuh lebih dalam lagi dari sebelumnya. Jika sebelumnya ia hanya menjadi budak, sekarang ia pun harus menjadi tahanan di penjara. Tetapi ternyata itu bukanlah akhir dari kisah hidup Yusuf. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan senantiasa menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setiaNya kepada Yusuf. Bahkan Yusuf menjadi kesayangan bagi kepala penjara itu (ay. 21).

Menjadi kesayangan kepala penjara tentunya bukan dalam konteks negatif, melainkan lebih ke arah positif. Tentunya kepala penjara melihat bahwa Yusuf dapat dipercaya dan memiliki hikmat dari Tuhan dalam segala hal, sehingga kepala penjara pun akhirnya mempercayakan semua tahan dalam penjara itu kepada Yusuf (ay. 22). Bayangkan, adakah pernah terjadi seorang kepala penjara mempercayakan tahanan-tahanannya kepada seorang tahanan lain? Saya rasa tidak pernah ada kisah di dunia ini yang menyerupai kisah Yusuf. Yusuf mampu mengemban tugas sebagai kepala penjara walau sebenarnya ia berstatus sebagai tahanan. Bahkan bagian selanjutnya dari ayat 22 dan 23 menyebutkan bahwa segala pekerjaan kepala penjara tersebut sudah diurus oleh Yusuf. Kepala penjara tersebut tidak mencampuri apa yang sudah dipercayakannya kepada Yusuf. Yusuf mampu mengemban tugas dan kepercayaan yang sudah diberikan kepala penjara kepadanya.

Bukankah luar biasa apa yang dilakukan Yusuf? Ia memiliki jiwa kepemimpinan yang luar biasa dari Tuhan. Ia memiliki hikmat yang luar biasa dari Tuhan juga. Begitulah seharusnya orang yang mengandalkan Tuhan. Tidak peduli dimanapun ia ditempatkan, ia akan selalu bersinar dan berhasil. Kunci keberhasilan Yusuf dan juga kita adalah meminta penyertaan Tuhan senantiasa. Dengan penyertaan Tuhan, tidak masalah kita ditempatkan di mana, selama ada Tuhan di sisi kita, kita pasti kan menjadi orang-orang yang berhasil. Kita akan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya dan apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mzm 1:3).


Bacaan Alkitab: Kejadian 39:21-23
39:21 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.
39:22 Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya.
39:23 Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil.