Rabu, 12 April 2017

Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 10): Baptisan yang Harus Diterima Tuhan Yesus



Kamis, 13 April 2017
Bacaan Alkitab: Lukas 12:49-50
Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! (Luk 12:50)


Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 10): Baptisan yang Harus Diterima Tuhan Yesus


Ketika mendengar kata baptisan, konotasi kita hari ini pada umumnya akan bermakna positif, yaitu sebagai salah satu sakramen atau upacara keagamaan dalam Kekristenan. Tetapi, makna baptisan juga pernah memiliki konotasi yang tidak positif. Tidak positif di sini bukan berati negatif, tetapi merupakan suatu beban yang harus ditanggung oleh seseorang.

Dalam ucapan-Nya, Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang untuk melemparkan api ke bumi (ay. 49a). Apa maksudnya ini? Api bisa berbicara tentang sesuatu yang membakar atau memberi semangat. Dalam hal ini Roh Kudus juga digambarkan sebagai api atau nyala api (Kis 2:3). Api juga bisa berbicara tentang kehadiran Tuhan (Kel 3:1-5). Api juga bisa bicara tentang proses pemurnian, untuk memisahkan mana barang berkualitas tinggi dan barang yang berkualitas rendah (1 Kor 3:12-13). Namun api juga berbicara tentang hukuman Tuhan (Mat 3:12, Mat 7:19, Mat 13:40-50, Mat 18:8, Mat 25:41, dsb).

Kira-kira, makna api yang mana yang dimaksud Tuhan dalam ayat ini? Saya sendiri berpendapat bahwa api di sini lebih berbicara tentang permurnian dan penyucian yang dilakukan oleh Injil Kristus dan kehidupan Tuhan Yesus Kristus. Ingat bahwa umat Perjanjian Baru yang telah mengenal kebenaran Injil akan dihakimi menurut standar hidup Tuhan Yesus, dalam hal ini, seberapa kita telah melakukan kehendak Bapa di Surga (Mat 7:21-23), karena Tuhan Yesus telah melakukan kehendak Bapa di Surga dengan taat dan sempurna (Yoh 4:34, Flp 2:8).

Dalam hal ini, Tuhan Yesus berkata bahwa Ia mengharapkan agar api itu telah menyala (ay. 49b). Artinya Tuhan Yesus sedang berjuang untuk melakukan kehendak Bapa dengan sempurna, supaya hidup-Nya bisa menjadi pokok keselamatan bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibr 5:9). Di situlah api Tuhan mulai menyala dan akan semakin menyala menjelang kedatangan-Nya kembali.

Di sisi lain, untuk menjadi pokok keselamatan tersebut, Tuhan Yesus harus diuji. Disinilah Tuhan Yesus berkata bahwa Ia harus menerima baptisan (ay. 50a). Baptisan di sini menggambarkan proses pergumulan dan penderitaan yang harus Ia alami. Tuhan Yesus tidak akan bisa menjadi Juruselamat jika ia tidak diuji dengan ujian kehidupan sama seperti manusia lainnya. Jika Tuhan Yesus tidak bisa berbuat dosa, maka iblis tidak perlu mencobai Tuhan Yesus karena Tuhan Yesus pasti menang. Kenyataannya, Tuhan Yesus dijadikan sama seperti manusia (hanya Rohnya yang dari Allah, tetapi tubuhnya juga memiliki keinginan-keinginan daging sama seperti kita), sehingga ia juga memiliki potensi untuk jatuh ke dalam dosa. Hanya karena ketaatan-Nya kepada Allah maka Ia mampu memilih yang benar dan memilih untuk tidak melakukan dosa dalam hidup-Nya.

Penderitaan Tuhan Yesus yang akan ia alami sungguh sangat membuat Tuhan Yesus gelisah. Ia merasa susah hati sebelum hal itu berlangsung (ay. 50b). Ini digambarkan ketika Tuhan Yesus berdoa dan bergumul di Taman Getsemani sebelum penderitaan-Nya, dimana peluhnya pun menjadi seperti titik-titik darah yang menetes di tanah (Luk 22:44). Namun puji Tuhan, akhirnya Tuhan Yesus mampu melewati itu semua dengan sempurna hingga Ia boleh menjadi Juruselamat bagi semua orang yang mau percaya kepada-Nya.

Dalam hal ini, kita diajarkan Tuhan mengenai makna baptisan selanjutnya. Jika di awal kita telah membahas bahwa baptisan berbicara tentang pertobatan, maka di sini baptisan juga bicara tentang penderitaan, atau dalam bahasa yang lebih umum lagi: ujian iman. Orang tidak dapat dikatakan menang jika ia tidak mau ikut perlombaan. Orang tidak dapat dikatakan pintar jika tidak diuji dengan ulangan atau ujian. Ujian tersebutlah yang membuktikan apakah seseorang pantas dikatakan sebagai orang yang pintar atau tidak. Setelah orang tersebut mengikuti ujian, barulah nilainya akan terlihat, apakah memang benar-benar berkualitas tinggi, atau hanya berkualitas rendah. Ujian tersebut yang membuktikan apakah seseorang memang benar-benar berkompeten, atau hanya orang yang suka membual dan meninggikan dirinya sendiri, padahal dirinya sebenarnya tidak bermutu.



Bacaan Alkitab: Lukas 12:49-50
12:49 "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!
12:50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.