Senin, 01 Agustus 2022

Makna Keterhilangan (14): Menyadari Keterhilangan

 Senin, 01 Agustus 2022

Bacaan Alkitab: Lukas 15:21

Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. (Luk 15:21)



Makna Keterhilangan (14): Menyadari Keterhilangan



Jika kita mau jujur, sebenarnya si anak bungsu dapat saja memanfaatkan keadaan yang ia alami ketika ia berjumpa kembali dengan ayahnya atau bapanya. Dalam ayat sebelumnya, kita dapat melihat bahwa sang ayah menyambut kembalinya sang anak dengan penuh sukacita. Jika anak bungsu tersebut adalah seseorang yang memiliki karakter kurang baik, maka ia dapat saja memanfaatkan kondisi ayahnya itu untuk meminta sesuatu yang akan menguntungkan dirinya. Misalnya saja, ia dapat meminta ayahnya untuk memberikan modal lagi kepadanya sebagai imbalan kembalinya dirinya ke rumah ayahnya.

Namun demikian, Alkitab tidak menulis seperti itu. Dalam ayat 21 dituliskan bahwa si anak bungsu berkata kepada ayahnya, “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa” (ay. 21a). Hal ini menunjukkan bahwa si anak bungsu ini benar-benar 100% bertobat. Jika ia hanya 50% bertobat, ia mungkin akan kembali ke rumah ayahnya, tetapi ketika melihat respon ayahnya yang sama sekali tidak marah kepadanya, ia mungkin akan merubah sikapnya. Namun perkataan si anak bungsu yang berkata bahwa ia telah berdosa, tidak hanya berdosa kepada ayahnya, tetapi juga kepada surga, menunjukkan penyesalan dan pertobatan yang sungguh-sungguh.

Dalam penyesalannya itu, si anak bungsu bahkan menyadari keadaanya yang sebenarnya. Ia sadar bahwa ia sudah tidak layak lagi dianggap sebagai anak oleh ayahnya (ay. 21a). Hal ini sejajar dengan ucapan si anak bungsu sebelumnya, yang pada intinya ingin kembali ke rumah ayahnya hanya sekedar untuk mencari makan sebagai orang upahannya (Luk 15:19). Kalimat yang keluar dari mulutnya ini benar-benar menunjukkan bahwa si anak bungsu telah sadar dari keterhilangannya, dan menyadari semua konsekuensi yang mungkin ia akan terima ketika ia kembali. Namun yang penting bagi si anak bungsu itu adalah ia boleh bertemu dengan ayahnya kembali. Ia baru dapat mengerti bahwa berada di rumah ayahnya, bahkan dengan status sebagai orang upahan, itu pun jauh lebih baik daripada memiliki banyak harta di negeri yang jauh. Ia mulai menyadari bahwa keterhilangan memiliki makna yang lebih luas, termasuk tidak berada di tempat yang seharusnya.

Hal ini adalah sikap pertobatan yang benar. Pertobatan yang benar dimulai dengan kesadaran dari dalam diri kita sendiri bahwa kita sedang terhilang. Memang terkadang kita perlu suara dari luar seperti ajakan dari hamba Tuhan pada saat Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) untuk menyadarkan keterhilangan kita. Tetapi, jika tidak didasari oleh pertobatan dari dalam dan kesadaran bahwa diri kita sesungguhnya sedang terhilang, maka meskipun kita 100 kali hadir di KKR dan maju ke depan, hal tersebut bisa saja tidak berdampak pada pertobatan kita. 

Hal ini bukan berarti saya mengecilkan peran KKR dan ibadah-ibadah semacamnya. Akan tetapi ibadah hanya akan berdampak jika ibadah tersebut menyadarkan jemaat yang datang untuk melihat bahwa diri kita mungkin sedang terhilang. Jika KKR hanya menyampaikan janji-janji berkat Tuhan dan hanya mengajak orang untuk maju ke depan tanpa membuka kesadaran jemaat bahwa mereka adalah orang terhilang, itu sama saja diibaratkan sebagai mengobati luka dalam hanya dengan menempelkan plester, tetapi tidak meminum obat yang diperlukan untuk menyembuhkan luka dalam. 

Keterhilangan adalah sesuatu yang abstrak, dan seringkalai diabaikan oleh para pembicara di mimbar gereja saat ini. Seringkali dikatakan bahwa Allah sanggup menemukan domba-domba-Nya yang terhilang. Khotbah-khotbah semacam ini membuat banyak orang Kristen tidak bertobat secara proporsional. Mereka dapat berpikir, “Ah, saya tetap di dalam dosa saja pasti dikasihi Tuhan dan pasti ditemukan serta diselamatkan oleh Tuhan”. Padahal hal ini sangat salah.

Contoh dari anak bungsu yang terhilang menunjukkan dengan jelas bahwa harus ada usaha dari manusia yang terhilang untuk bertobat dan kembali kepada jalan yang benar. Sang Bapa tentu saja akan menerima dengan tangan terbuka kepada setiap anak-Nya yang menyadari keterhilangannya dan mau bertobat. Akan tetapi, bagi mereka yang tidak pernah memperkarakan apakah mereka saat ini sedang terhilang di hadapan Bapa atau tidak, mereka tidak akan pernah mengerti makna pertobatan yang sesungguhnya. Ketika mereka ada di hadapan pengadilan Allah, baru mereka gemetar karena selama ini mereka sebenarnya terhilang, tetapi tidak pernah menyadarinya.



Bacaan Alkitab: Lukas 15:21

15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.