Minggu, 4 Maret 2018
Bacaan
Alkitab: Matius 21:28-32
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu
masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan
kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut
cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu
melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya
kepadanya." (Mat 21:31b-32)
Pornos dan Moichos (8): Bisa Mendahului Masuk ke dalam Kerajaan Surga
Perikop yang akan kita bahas dalam
renungan kita hari ini mungkin lebih dikenal dengan perumpamaan 2 orang anak.
Dikisahkan bahwa ada seorang bapa yang memiliki 2 orang anak laki-laki, yaitu
yang sulung dan yang bungsu. Sang bapa menyuruh anak sulungnya untuk pergi dan
bekerja di dalam kebun anggur. Anak yang pertama menjawab “Ya Bapa”, tetapi ia
tidak pergi (ay. 28). Selanjutnya sang Bapa pun berkata kepada anaknya yang
bungsu dengan kalimat yang sama, tetapi anak yang bungsu menjawab bahwa ia
tidak mau pergi. Namun demikian si bungsu kemudian menyesal dan akhirnya pergi
juga (ay. 29). Dari perumpamaan tersebut, Tuhan Yesus kemudian bertanya kepada
orang yang mendengarkan-Nya (termasuk imam-imam kepala dan tua-tua bangsa
Yahudi yang datang kepada-Nya (Mat 21:23), selain orang banyak yang sudah ada
di situ), siapakah dari kedua anak tersebut yang melakukan kehendak ayahnya
(ay. 30a).
Mereka pun serempak menjawab dengan
jawaban yang sama, yaitu yang terakhir (ay. 30b), yaitu si anak bungsu yang
walaupun berkata “tidak” tetapi pada akhirnya ia mau juga melakukan kehendak
ayahnya. Jelas di sini semua orang sepakat bahwa tindakan nyata lebih baik
daripada sekedar perkataan yang hanya menjadi wacana. Tentu selama ini kita
berpikir bahwa makna perumpamaan tersebut hanya berhenti sampai di situ. Tetapi
ternyata Tuhan Yesus tidak berhenti sampai di situ. Tuhan Yesus melanjutkan
ucapan-Nya bahwa sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan
sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah (ay. 30c).
Lho, mengapa Tuhan Yesus tiba-tiba
berkata seperti itu? Jika kita cermat membaca ayat-ayat sebelumnya dan juga
sesudahnya, maka kita akan mengerti bahwa yang dimaksud dengan anak sulung
adalah orang Israel/Yahudi, khususnya mereka yang mengaku sebagai pemimpin
Yahudi, seperti para imam, ahli Taurat, dan orang Farisi/Saduki. Tuhan Yesus
hendak menyatakan bahwa mereka adalah seperti anak sulung, yaitu mereka yang
sebenarnya “terpilih” untuk mendapatkan hak istimewa (karena dalam budaya Yahudi anak sulung menerima warisan 2
bagian sementara adik-adiknya masing-masing hanya menerima 1 bagian). Hal
istimewa itu adalah kesempatan untuk mengenal Allah yang benar, memperoleh
hukum langsung dari Allah, dan kesempatan untuk menjadi bangsa yang akan
melahirkan Mesias.
Bangsa Israel sungguh mendapatkan
kesempatan yang luar biasa dalam rencana penyelamatan Allah bagi manusia.
Sayangnya, mereka menjadi sombong dan terjebak pada suatu rutinitas keagamaan
yang hampa dan kosong. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan perumpamaan yang
demikian. Bangsa Israel/Yahudi diibaratkan sebagai anak sulung yang seharusnya
lebih dewasa (karena lebih lama mengenal ayahnya dibandingkan dengan anak
bungsu) tetapi ternyata mereka tidak mengerti apa kehendak ayahnya. Ketika sang
ayah berkata kepada anak sulung itu, anak sulung hanya berkata “ya” tetapi
tidak mau melakukannya. Ini menunjukkan bagaimana orang Israel/Yahudi tidak
pernah menunjukkan hidup seperti anak sulung yang seharusnya ditunjukkan,
sebagai calon penerus pekerjaan ayahnya atau calon penerima warisan ayahnya
(yang berupa kebun anggur).
Sebagai dampak dari tidak dilakukannya
kehendak ayahnya, kemudian sang ayah berpaling kepada anak bungsu. Anak bungsu
pada umumnya bersifat lebih cuek dan lebih bandel. Hal ini tentu karena umur
mereka lebih sedikit daripada anak sulung, dan tentu lebih sedikit waktu untuk
belajar mengenal kehendak ayahnya. Dalam perumpamaan yang lain, ditunjukkan
adanya anak bungsu yang meminta bagian warisan lalu pergi meninggalkan ayahnya
(Luk 15:11-32). Hal yang sama nyaris ditunjukkan oleh si anak bungsu dalam
perumpamaan ini, dimana ia menjawab “tidak mau” ketika ayahnya memintanya untuk
pergi dan bekerja di kebun anggur. Akan tetapi ternyata kemudian si anak bungsu
menyesal dan pergi juga ke kebun anggur untuk bekerja di sana walaupun
sebelumnya ia berkata “tidak mau”.
Jadi dalam hal ini kita harus menyadari
bahwa anak yang menyenangkan hati ayahnya adalah ia yang melakukan kehendak
ayahnya, bukan hanya sekedar perkataan di mulut semata. Semua orang yang
mendengar khotbah Tuhan Yesus pada waktu itu juga menyetujui bahwa anak yang
melakukan kehendak ayahnya adalah yang terakhir. Ini tentu menjadi peringatan
keras kepada mereka yang mengaku lebih dahulu mengenal Tuhan tetapi tidak mau
berubah dan bertobat. Bertobat di sini dapat diartikan sebagai menyadari
kesalahannya dan kemudian melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa kita. Anak
yang sulung tidak bertobat meskipun berkata “ya” karena ia tidak mau melakukan
ucapannya. Anak yang bungsu, jika ia berkata “tidak” dan kemudian menyesal, itu
bukanlah pertobatan sampai jika ia mau melakukan kehendak ayahnya. Jika ia
hanya menyesal dengan ucapannya, lalu kembali tidur lagi tanpa pergi ke ladang,
itu bukanlah pertobatan. Jadi jelas bahwa pertobatan adalah hal yang sangat
pribadi, dimana mungkin hanya kita sendiri dan Tuhan yang tahu apakah kita
benar-benar bertobat atau hanya ucapan
pertobatan di mulut saya.
Saya pun baru menyadari bahwa dalam
perikop ini ternyata ada kata perempuan sundal, yang dalam bahasa aslinya
menggunakan kata pornai (πόρναι) dari
akar kata porné (πόρνη). Kata porné adalah kata feminim dari kata pornos. Itulah sebabnya dalam Alkitab,
kata porné seluruhnya diterjemahkan sebagai perempuan sundal
atau pelacur dan tidak digunakan untuk merujuk kepada gender laki-laki. Kata porné sendiri
dapat bermakna a woman who sells her body for sexual uses (seorang perempuan yang
menjual tubuhnya untuk keperluan seksual) atau any woman indulging in unlawful sexual intercourse, whether for gain or
for lust (Setiap perempuan yang melakukan hubungan seksual yang tidak sah,
baik untuk mendapatkan sesuatu atau hanya untuk nafsu semata). Perempuan sundal
dan pelacur ini sudah ada sejak zaman nenek moyang bangsa Israel, dan tetap ada
di masa Tuhan Yesus hidup, bahkan tetap ada sampai saat ini.
Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa
sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan
mendahului kamu (secara khusus kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa
Yahudi, namun secara umum juga kepada orang Yahudi yang mendengarkan-Nya) masuk
ke dalam kerajaan Allah (ay. 31b). Oleh karena itu yang penting adalah bukan
pada masa lalu kita. Saya yakin bahwa ada di antara kita yang memiliki masa
lalu yang kelam. Seburuk apapun masa lalu kita di hadapan Tuhan, ketika kita
mau sungguh-sungguh bertobat, maka Tuhan pasti menghargai pertobatan kita.
Menarik melihat penggunaan kata pornai/pornos dalam ayat ini, dimana kita tahu bahwa kata pornos ini menunjukkan tingkatan dosa
yang lebih parah dari sekedar moichos.
Saya melihat bahwa dalam ayat ini Tuhan hendak menunjukkan bahwa walaupun seseorang
dahulu adalah orang yang berdosa, bahkan sampai benar-benar menjadi pelacur atau
perempuan sundal, tetapi jika ia sungguh-sungguh bertobat, maka pertobatannya
tersebut akan menyelamatkan dirinya. Tentu di sini pertobatan tidak sekedar
datang ke gereja/KKR lalu menangis tersedu-sedu dan esoknya kembali ke dosa
yang lama. Di sini pertobatan harus dimaknai sebagai suatu tindakan nyata yang
berbalik 180 derajat dari dosa kepada kebenaran, dari kejahatan kepada
kebaikan, dari persundalan/pelacuran kepada kekudusan hidup.
Pelacur atau perempuan sundal adalah
pihak yang dipandang hina oleh orang Yahudi, dan juga oleh sebagian besar suku
bangsa di dunia ini. Tidak hanya di masa lalu, di masa kini pun orang dengan
dosa seksual apalagi mereka yang berprofesi sebagai pelacur/perempuan sundal
pasti dianggap najis oleh orang lain. Tentu kita harus membedakan antara
penggunaan kata pornos dalam
kaitannya dengan pernikahan dan perceraian dengan kata pornos dalam ayat ini yang menunjukkan contoh tindakan dosa yang
ekstrem tetapi mereka masih dapat diselamatkan jika benar-benar bertobat.
Penggunaan kata pornos di ayat ini
bukan berarti Tuhan Yesus hendak membolehkan orang percaya melakukan dosa pornos dan kemudian bertobat. Tetapi penggunaan kata pornos di ayat ini merujuk pada
orang-orang yang sebelum mendengar berita Injil memang sudah berkeadaan sebagai
pelacur/perempuan sundal. Setelah mereka mendengar Injil, maka mereka akan
dihakimi menurut respon mereka terhadap Injil. Jika mereka sungguh-sungguh bertobat
setelah mendengar Injil, maka mereka dapat masuk ke dalam kerajaan surga,
bahkan bisa mendahului orang Farisi dan ahli Taurat.
Mengapa orang Farisi dan ahli Taurat bisa didahului oleh para pemungut
cukai dan perempuan sundal? Karena orang Farisi dan ahli Taurat sudah mendengar kebenaran (yang
dimulai sejak Yohanes Pembaptis mengajak orang banyak bertobat dan memberi diri
dibaptis) tetapi mereka tidak mau percaya kepadanya (ay. 32a). Kata “percaya” di
ayat ini dalam bahasa aslinya menggunakan kata episteusate (ἐπιστεύσατε) dari akar kata pisteuó (πιστεύω) yang tidak hanya berarti sekedar yakin, tetapi
sampai benar-benar menyerahkan diri kepada objek yang kita percayai. Secara
singkat, pisteuó tidak hanya cukup
sampai di tingkat keyakinan pikiran saja, tetapi harus sampai ditunjukkan
dengan tindakan yang nyata. Orang farisi dan ahli Taurat tidak dapat dikatakan
percaya kepada jalan kebenaran yang ditunjukkan/diajarkan oleh Yohanes Pembaptis karena mereka saja tidak
mau dibaptis olehnya (Luk 7:30).
Hal sebaliknya ditunjukkan oleh orang-orang berdosa seperti pemungut cukai
dan perempuan sundal yang percaya kepada Yohanes Pembaptis dan mau dibaptis
olehnya (ay. 32b). Jadi jelas bahwa ukuran percaya seseorang tidak mungkin
tidak terlihat, tetapi pasti terlihat dari sikap dan perbuatan sehari-hari.
Orang yang percaya kepada Tuhan dengan benar, pasti kualitas hidupnya akan
memancarkan keagungan Tuhan. Memang kita juga tidak tahu apakah mereka yang
dibaptis oleh Yohanes itu sungguh-sungguh bertobat atau tidak. Tetapi setidaknya
mereka memiliki niat untuk bertobat, dibandingkan dengan orang Farisi dan ahli
Taurat yang memandang rendah Yohanes Pembaptis dan tidak mau dibaptis (karena
merasa diri mereka sudah benar).
Bahkan lebih parah lagi, orang Farisi dan ahli Taurat yang melihat sendiri pertobatan
pemungut cukai dan perempuan sundal (yaitu mereka yang bersedia dibaptis oleh
Yohanes Pembaptis), mereka tidak menyesal sama sekali. Hati mereka sekaan-akan
sudah membatu melihat pertobatan orang lain dan tetap tidak merasa harus
bertobat juga. Kata “menyesal” dalam ayat ini adalah metemelēthēte (μετεμελήθητε) dari akar kata metamelomai (μεταμέλομαι). Kata ini berasal dari 2 kata yaitu kata metá (μετά) yang bermakna change after being with (berubah setelah
bersama-sama dengan) dan kata mélō (μέλει)
yang bermakna care, be concerned with
(perhatian, peduli dengan). Jadi kata metamelomai
di sini menunjukkan adanya suatu perubahan (khususnya di pikiran) setelah
ia bersama-sama dengan pihak lain dan memperhatikan pihak lain tersebut.
Kata metamelomai ini juga
digunakan di ayat 30 sebagai untuk menunjukkan bahwa anak bungsu menyesal dan
kemudian pergi juga ke ladang melakukan kehendak ayahnya. Si anak tentu saja
tidak menyesal begitu saja, tetapi karena adanya interaksi antara dirinya
dengan ayahnya. Mungkin saja setelah si bungsu menolak, ia kemudian melihat
ayahnya bersiap-siap pergi ke ladang atau melihat raut muka ayahnya yang sedih.
Adanya interaksi antara si bungsu dengan ayahnya (walaupun interaksi tersebut mungkin
hanya melihat dari kejauhan tanpa adanya komunikasi verbal), membuat si anak bungsu
menyesal dan melakukan apa yang dikehendaki ayahnya. Jelas bahwa anak bungsu
melakukan tindakan nyata sebagai bukti nyata dari penyesalannya.
Kata metamelomai ini juga
digunakan untuk menunjukkan penyesalan Yudas setelah ia melihat Tuhan Yesus
pada akhirnya dijatuhi hukuman mati (Mat 27:3). Jika Yudas saja bisa menyesal
dan berubah pikiran (walau pada akhirnya ia bunuh diri juga dan tidak
memperbaiki kesalahannya), maka tentu orang Farisi dan ahli Taurat yang sudah
melihat pertobatan pemungut cukai dan perempuan sundal, bahkan berinteraksi
langsung dengan Tuhan Yesus melalui ajaran dan khotbah-Nya, seharusnya lebih
mudah bertobat. Nyatanya tidak demikian, orang Farisi dan ahli Taurat tidak mau
bertobat dan tidak mau percaya. Ini menunjukkan bahwa mereka memang tidak bisa
memanfaatkan kesempatan yang sudah disediakan Tuhan melalui peristiwa-peristiwa
di sekitar mereka. Ada banyak kesempatan untuk bertobat melalui orang-orang di
sekitar mereka, tetapi mereka tidak memedulikannya. Tidak salah jika Tuhan
Yesus berkata bahwa pada akhirnya, para pemungut cukai dan perempuan sundal (yang
benar-benar bertobat) akan mendahului orang Farisi dan ahli Taurat masuk ke
dalam kerajaan surga.
Persoalannya, di sisi mana kita berdiri
saat ini? Apakah kita ada di pihak anak sulung yang tidak mau melakukan
kehendak ayahnya dan orang Farisi yang tidak mau bertobat? Atau kita ada di
pihak anak bungsu yang walaupun sempat menolak ayahnya atau seperti perempuan
sundal punya masa lalu yang kurang baik tetapi pada akhirnya sungguh-sungguh bertobat
dan melakukan kehendak Bapa di surga. Manfaatkan sisa waktu hidup kita di dunia
ini selagi masih ada kesempatan. Ingat bahwa hanya perempuan sundal yang
bertobat yang masuk ke dalam kerajaan surga, sementara perempuan sundal yang
tidak mau bertobat tentu tidak akan dapat masuk ke dalam kerajaan surga.
Bacaan
Alkitab: Matius 21:28-32
21:28 "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua
anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan
bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.
21:29 Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.
21:30 Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian
juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu
pergi juga.
21:31 Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak
ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada
mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan
perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
21:32 Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan
kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan
perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya,
tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya
kepadanya."