Kamis, 03 September 2020

Makna Keterhilangan (3): Kegembiraan ketika Menemukan yang Terhilang


Kamis, 3 September 2020
Bacaan Alkitab: Lukas 15:5-6
Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? (Luk 15:3)


Makna Keterhilangan (3): Kegembiraan ketika Menemukan yang Terhilang


Ketika seorang gembala mengetahui bahwa satu dari domba-dombanya sudah hilang, maka pastilah ada kesedihan dan kekuatiran. Apalagi jika gembala itu adalah gembala yang baik dan setia. Gembala yang baik adalah gembala yang mengenal domba-dombanya (Yoh 10:14). Ia pasti sudah menghabiskan banyak waktu bersama domba-dombanya, sehingga ia mengenal satu-persatu domba kepunyaannya. Ketika ada domba yang hilang, pastilah ia mengetahuinya dengan segera. Gembala yang baik tentu akan langsung mencari domba yang hilang tersebut.

Ayat dalam bacaan Alkitab kita hari ini dimulai dengan kalimat “Dan kalau ia telah menemukannya …” (ay. 5a). Dahulu saya tidak suka dengan ayat ini. Mengapa? Karena gambaran domba yang hilang itu sebenarnya menggambarkan perumpamaan tentang manusia yang terhilang. Kalimat “Dan kalau ia telah menemukannya”, mengindikasikan bahwa ada kemungkinan sang gembala tidak dapat menemukan domba yang terhilang tersebut. Dahulu saya tidak suka dengan ayat ini karena saya berpikir, harusnya Tuhan kan maha kuasa dan maha tahu, tidak ada yang mustahil bagi Dia. Bagaimana mungkin Dia tidak dapat menemukan domba yang terhilang itu?

Namun, semakin saya membaca dan memahami ayat-ayat dalam perikop ini, saya justru menyadari kebodohan dan kepicikan saya di masa yang lalu. Kalimat “Dan kalau ia telah menemukannya”, tidak menunjuk bahwa Allah bukanlah pribadi yang tidak maha kuasa. Justru di sini terdapat tatanan Allah yang luar biasa. Memang ada kalanya domba-domba itu nakal dan meninggalkan kawanan serta sang gembala. Tetapi dalam kesesatannya tersebut, domba tersebut juga menghadapi resiko. Jika domba itu masih hidup sampai sang gembala menemukan dirinya, maka dia akan aman. Namun, jika domba tersebut bertemu dengan singa, serigala, atau binatang buas lainnya, maka ia pasti akan langsung mati. Jika ia sudah mati, maka sang gembala tentu tidak dapat menemukannya. Kalaupun menemukannya, kemungkinan besar sudah hanya sisa tulang-tulangnya saja.

Oleh karena itu, ada tatanan Allah yang luar biasa dalam hal ini. Menurut pendapat saya, Allah tidak menentukan bahwa si A adalah domba yang hilang, sementara si B adalah domba yang tidak terhilang. Semua domba memiliki kehendak bebasnya untuk memilih, apakah mau berkeliaran dan menjauh dari sang gembala dan kawanan, ataukah tetap berada dekat sang gembala. Sang gembala tentu sangat rindu supaya tidak ada domba-dombanya yang terhilang. Ia pun pasti mencari yang terhilang. Tetapi  jika sang domba sudah terlalu jauh tersesat, atau lebih parahnya, sudah dimangsa binatang buas, maka tidak ada lagi yang dapat dilakukan oleh sang gembala tersebut. Namun jika sang gembala berhasil menemukan domba yang hilang tersebut sebelum domba itu mati, maka tentu sang gembala akan bersukacita. Ia akan meletakkan domba tersebut di atas bahunya dengan gembira hingga sampai di rumah (ay. 5b).

Sesampainya di rumah, ia akan memanggil sahabat dan tetangganya untuk bersukacita (ay. 6a). Mengapa demikian? Ingat bahwa sang gembala adalah gembala yang baik, yang sangat mengenal domba-dombanya. Tentu ia memiliki ikatan batin yang kuat dengan domba-dombanya. Ketika ia tahu bahwa ada dombanya yang hilang, hatinya pasti sangat susah. Ketika ia menemukan domba tersebut dalam keadaan hidup, pastilah ia akan bersukacita. Kalaupun ada luka, pastilah gembala tersebut akan merawatnya hingga sembuh.

Sukacita sang gembala didasarkan pada hal itu, karena adanya suatu relasi dan ikatan yang sangat erat. Domba yang hilang sudah ditemukannya. Sehingga patutlah ia bersukacita karenanya (ay. 6b). Persoalannya, hal ini bukan berarti kita harus terhilang dulu kemudian berbalik supaya Tuhan bersukacita. Bukan itu maksud dari perumpamaan ini. Ingat bahwa jika kita dengan sengaja menghilangkan diri sendiri, bisa jadi justru kita bertemu binatang buas dan justru mati hingga tidak dapat ditemukan oleh sang gembala. Janganlah kita mencobai Tuhan dengan cara membuat diri kita terhilang dengan sengaja (Mat 4:7). Keterhilangan bukanlah hal yang menyenangkan dan menimbulkan sukacita. Menemukan yang terhilang adalah sumber sukacita. Tetapi kalau ternyata kita terhilang dan sudah tidak dapat ditemukan kembali, bukankah justru itu akan menjadi dukacita abadi?



Bacaan Alkitab: Lukas 15:5-6
15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,
15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.