Kamis, 29 Desember 2011

Jangan Kuatir akan Masa Depan


Sabtu, 31 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Matius 6:25-34
Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (Mat 6:25)


Jangan Kuatir akan Masa Depan


Jika kita membaca di surat kabar atau mendengar di televisi, kita akan mendengar banyak kabar-kabar yang menakutkan yang akan terjadi di tahun 2012. Ada yang mengatakan bahwa tahun 2012 akan terjadi kiamat, ada yang mengatakan bahwa tahun 2012 akan terjadi resesi, dan lain sebagainya. Tentunya hal-hal tersebut dapat membuat kita takut dan kuatir, termasuk saya. Tetapi saya merasa sangat dikuatkan dengan satu syair lagu lama yang berbunyi demikian:

“Tak ku tahu kan hari esok, namun langkahku tegap
Bukan surya kuharapkan, karena surya kan lenyap
Oh tiada ku gelisah akan masa menjelang
Ku berjalan serta Yesus maka hatiku tenang
Reff:
Banyak hal tak kupahami dalam masa menjelang
Tapi terang bagiku ini, tangan Tuhan yang pegang”

Lirik lagu di atas memang merupakan lirik lagu lama, tetapi kata demi kata tertulis benar-benar mengena dalam hati saya. Ketika saya kuatir, saya suka menyanyikan lagu ini. Ketika saya takut, saya suka menyanyikan lagu ini, baik dalam bahasa Indonesia terlebih dalam bahasa Inggris. Kata-kata dalam lagu tersebut menguatkan saya bahwa dalam kondisi seburuk apapun, ketika kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, tetapi kita dapat melangkah maju karena Tuhan memegang tangan kita.

Sama seperti bacaan Alkitab kita hari ini, Tuhan mengingatkan kita untuk tidak kuatir akan hidup kita. Sesungguhnya dalam hidup itu ada 2 hal yang penting, yaitu makanan dan minuman, serta pakaian (ay. 25 & 31). Jika ada makanan dan pakaian, maka seseorang pun akan dapat hidup. Makanan, pakaian, serta tempat tinggal, merupakan kebutuhan pokok manusia. Dan Tuhan Yesus pun mengatakan bahwa jika hanya untuk urusan makanan dan pakaian (kebutuhan pokok kita), Tuhan pasti akan menyediakan (ay. 32). Jika burung-burung di langit saja Tuhan berikan makanan (ay. 26), dan juga bunga bakung di ladang saja Tuhan dandani sedemikian indah (ay. 28-30), pastilah Tuhan akan menyediakan berkat-berkatNya kepada kita.

Segala kekuatiran kita tidak akan menambah umur kita, tetapi justru akan mengurangi umur kita (ay. 27). Orang yang hidupnya selalu kuatir pasti akan mengalami stress dan depresi yang otomatis akan mempengaruhi kesehatannya. Oleh karena itu, Tuhan berfirman agar kita tidak kuatir akan hari esok, karena hari esok pun memiliki kesusahannya sendiri (ay. 34). Tuhan mengajarkan kepada kita agar kita mencari dahulu kerajaan Allah, maka hal-hal lain akan ditambahkan kepada kita (ay. 33).

Suatu ketika saya dan isteri saya pernah hitung-hitungan mengenai penghasilan saya dan kebutuhan keluarga. Semua orang tahu bahwa penghasilan PNS tidaklah besar, kecuali jika saya mau korupsi. Dan ketika kami menghitung, rasa-rasanya kebutuhan tersebut jauh lebih besar daripada penghasilan saya, belum lagi jika menghitung biaya jika kami nanti memiliki anak, biaya pendidikan anak, dan segala kebutuhan-kebutuhan rumah tangga yang begitu banyak. Tetapi saat itu saya ingat saya berkata bahwa, “Jika Tuhan sudah mempercayakan kepada kita, maka Tuhan pasti akan mencukupkan segala sesuatunya”. Dan saat ini, ucapan saya pun sungguh-sungguh terbukti. Tuhan memberikan berkat kepada saya melalui banyak sumber (tentunya bukan dari hasil korupsi atau dari sumber yang tidak halal). Dan saat ini pun Tuhan telah mencukupi minimal kebutuhan untuk  biaya kelahiran anak saya.

Ketika di hari terakhir di tahun 2011 ini saya merenung, betapa Tuhan telah memberikan berkat-berkat yang luar biasa kepada keluarga saya, dan saya yakin pasti Tuhan pun telah memberikan berkat yang luar biasa juga kepada anda semua. Jika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka Tuhan sendirilah yang akan menambahkan hal-hal lain kepada kita. Jika Tuhan telah memberkati kita dengan luar biasa di tahun 2011 ini, mengapakah kita kuatir akan masa depan kita di tahun 2012? Mari kita melangkah menuju tahun 2012 dengan langkah yang tegap dan hati yang percaya bahwa Tuhan pasti tetap akan menyertai dan memberkati kehidupan kita di tahun yang akan datang, karena Tuhan sendiri telah berfirman bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita (Ibr. 13:5). Sungguh, masa depan kita telah ada di tangan Tuhan, di dalam Tuhan masa depan kita sungguh ada dan harapan kita tidak akan hilang (Ams 23:18).


Bacaan Alkitab: Matius 6:25-34
6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Janji Berkat Tuhan


Jumat, 30 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Bilangan 6:22-27
TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;” (Bil 6:24)


Janji Berkat Tuhan


Tidak terasa dua hari lagi kita akan memasuki tahun yang baru. Pernahkah kita sedikit melihat ke belakang bagaimana berkat Tuhan yang telah kita terima di tahun 2011 ini? Saya sendiri merasakan bagaimana di tahun 2011 ini berkat Tuhan begitu luar biasa dalam kehidupan saya. Memang perjalanan hidup saya di tahun 2011 sangat berliku, bahkan penuh dengan batu-batu besar yang menghalangi, tetapi justru di dalam kondisi yang sulit itu, saya dapat merasakan berkat Tuhan dan penyertaan Tuhan yang luar biasa.

Menyambut tahun 2012 yang akan kita masuki sebentar lagi, kita semakin membutuhkan berkat dan kasih Tuhan. Banyak orang memprediksi bahwa tahun 2012 akan menjadi tahun yang sukar, tetapi saya percaya, selama ada Tuhan di dekat kita, Tuhan mampu mengubah kesukaran itu menjadi sukacita, Tuhan mampu mengubah krisis menjadi sesuatu yang positif. Sama seperti bacaan Alkitab kita hari ini, dimana Tuhan memerintahkan Musa untuk menyampaikan kata-kata berkat yang harus diucapkan Harun sebagai imam kepada bangsa Israel (ay. 22-23). Berkat Tuhan tersebut dapat dibagi dalam beberapa hal penting, yaitu:

Pertama, Tuhan memberkati kita dan melindungi kita (ay. 24). Tidak hanya memberikan kita berkat, Tuhan pun memberikan perlindungan kepada kita. Berkat dan perlindungan adalah dua hal yang esensial dalam kehidupan orang percaya. Berkat yang Tuhan berikan kepada kita tidak akan hilang begitu saja, tetapi akan mendapatkan proteksi dan perlindungan dari Tuhan sehingga berkat tersebut akan semakin banyak dan melimpah dalam kehidupan kita.

Kedua, Tuhan menyinari kita dengan wajahNya dan memberi kita kasih karunia (ay. 25). Dalam beberapa ayat Alkitab, disebutkan bahwa kemuliaan Tuhan sangat luar biasa sehingga orang-orang yang bertemu muka dengan muka dengan Tuhan, tidak sanggup melihat Tuhan, seperti Elia (1 Raj 19:13). Musa yang bertemu muka dengan muka dengan Tuhan pun wajahnya menjadi bersinar karena kemuliaan Tuhan (Kel 34:35). Kemuliaan Tuhan adalah kemuliaan yang sempurna yang akan menyinari kehidupan kita. Kasih karunia secara ringkas dapat berarti kasih Tuhan yang memampukan kita untuk menjalani kehidupan kita. Jika jalan kehidupan kita saja sudah disinari oleh kemuliaan Tuhan dan sudah diberikan kasih karunia, maka kehidupan kita pun akan menjadi kehidupan yang luar biasa, yang memancarkan kasih Tuhan kepada orang-orang di sekitar kita.

Ketiga, Tuhan menghadapkan wajahNya kepada kita dan memberi kita damai sejahtera (ay. 26). Ketika kita berdoa kepada Tuhan, Tuhan berjanji tidak akan memalingkan wajahNya tetapi akan menghadapkan wajahNya kepada kita. Hal tersebut berarti Tuhan akan mendengarkan doa-doa kita kepada Tuhan. Selain itu hal tersebut juga dapat berarti bahwa  hidup kita selalu ada dalam pengawasan Tuhan. Segala yang terjadi dalam kehidupan kita tidak lepas dari pandangan Tuhan. Kehidupan kita pun selalu penuh dengan damai sejahtera, sehingga dalam kondisi apapun, kita dapat tetap memiliki damai sejahtera dari Tuhan, karena kita tahu bahwa Tuhan selalu memperhatikan kehidupan kita.

Ini adalah janji-janji berkat yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel, yang tentunya juga berlaku bagi semua kita yang adalah orang percaya. Ketika kita membaca janji-janji ini, masihkah kita menjadi kuatir menghadapt tahun 2012? Tuhan sendiri berjanji bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita hingga akhir zaman (Mat 28:20). Kalaupun ada yang meramalkan bahwa tahun 2012 akan terjadi kiamat dan hal tersebut memang benar-benar terjadi, janji dan penyertaan Tuhan pun tetap berlaku atas kita karena Tuhan sendiri telah berjanji tetap menyertai kita hingga akhir zaman. Tidak akan ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Rm 8:35). Menyambut tahun 2012 yang akan datang, mari kita bersyukur kepada Tuhan atas berkat-berkatNya yang telah kita terima di tahun 2011, dan sebagaimana Tuhan telah menyertai kita di tahun 2011, maka kita pun tetap harus percaya bahwa berkat-berkat Tuhan akan tetap tercurah kepada kita di tahun 2012 yang akan datang.


Bacaan Alkitab: Bilangan 6:22-27
6:22 TUHAN berfirman kepada Musa:
6:23 "Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka:
6:24 TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
6:25 TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
6:26 TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
6:27 Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka."

Tetap Membangun Walau Banyak Kritikan


Kamis, 29 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Nehemia 4:1-6
Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati. (Neh 4:6)


Tetap Membangun Walau Banyak Kritikan


Beberapa waktu yang lalu, gereja tempat saya dulu pernah berjemaat berencana untuk membangun gerejanya menjadi lebih besar lagi. Awalnya gereja tersebut hanya terdiri dari satu lantai, tetapi kemudian Gembala Sidang memiliki visi untuk mengembangkan gereja menjadi empat lantai. Dari berita yang saya dengar, awalnya saya pun cukup heran mengapa kok gereja mau ditambah lantainya, sementara saat ini kondisi jemaat yang ada pun masih belum terlalu banyak. Awalnya saya berpikir, seharusnya pembangunan itu masih belum diperlukan, karena saat ini pun jumlah ibadah Minggu hanya dua kali saja. Menurut saya, andaikata jemaat bertambah pun masih dapat diantisipasi dengan penambahan jam ibadah Minggu.

Tetapi kemudian saya sadar, bahwa mungkin pandangan saya juga salah. Jika memang Tuhan yang berkehendak untuk membangun gereja tersebut, maka jika saya masih berpandangan seperti itu, saya akan menjadi lawan Tuhan. Berdasarkan informasi, dari jemaat yang cukup kecil, saat ini sudah terkumpul dana sebesar hampir setengah miliar rupiah. Memang masih jauh dari anggaran pembangunan, tetapi uang sebesar itu rasa-rasanya mustahil apabila dikumpulkan sendiri oleh jemaat yang menurut saya adalah jemaat-jemaat yang sederhana. Saya kemudian merubah pandangan saya akan rencana pembangunan tersebut. Menurut saya, jika memang itu adalah visi dari Tuhan, maka pasti akan terlaksana karena Tuhan sendiri yang menjadi pemimpin proyek. Tetapi jika itu hanyalah ambisi dari manusia saja (mungkin karena ingin memiliki gedung gereja yang besar seperti gereja-gereja lain), maka pastilah rencana itu tidak akan dapat terlaksana.

Apa yang saya alami hampir sama dengan apa yang dialami Nehemia ketika membangun tembok Yerusalem. Nehemia melihat keadaan kota Yerusalem yang tanpa tembok dan sangat prihatin, akibatnya Nehemia pun memutuskan untuk membangun tembok Yerusalem (Neh 2:17). Memang saat itu pembangunan tembok Yerusalem sangat mendesak untuk melindungi kota Yerusalem. Tetapi pada zaman dahulu pun, sudah ada pengkritik-pengkritik yang mencoba mengkritik usaha Nehemia tersebut. Salah satunya adalah Sanbalat (ay. 1) dan Tobia (ay. 3). Ketika Sanbalat mendengar rencana pembangunan tembok tersebut, ia pun mencoba mengolok-olok rencana tersebut, dan mencoba untuk melemahkan kondisi rakyat yang sedang membangun (ay. 2).

Kita tidak tahu apa motivasi Sanbalat dan Tobia melakukan hal tersebut, mungkin saja didasari oleh kepentingan politik atau kepentingan lain. Nehemia pun mendapat tekanan luar biasa dari kedua orang tersebut. Terkait sikap Sanbalat dan Tobia, Nehemia pun hanya menyerahkan kepada Tuhan. Nehemia tidak mengangkat tangan atas kedua orang tersebut, melainkan menyerahkan pembalasan kepada Tuhan (Rm 12:19). Nehemia tidak mau ikut campur terhadap ucapan-ucapan kedua orang tersebut, Tetapi Nehemia dan orang-orangnya tetap membangun tembok tersebut hingga akhirnya ujung tembok tersebut bertemu.

Apa yang menyebabkan akhirnya tembok Yerusalem dapat dibangun sempurna? Alkitab mengatakan bahwa hal tersebut dapat terjadi karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati (ay. 6). Ketika seseorang bekerja dengan sepenuh hati, terlebih apa yang dilakukannya itu memang adalah kehendak Tuhan, maka apa yang dikerjakannya pasti akan berhasil. Sedangkan jika orang mengerjakan sesuatu dengan tidak sepenuh hati atau mendua hati, maka ia pun tidak akan dapat tenang (Yak 1:8) sehingga apa yang dikerjakannya pun tidak akan maksimal.

Saya sendiri pernah berdiri di posisi orang-orang seperti Sanbalat dan Tobia, yang suka mengkritik orang lain, termasuk rencana-rencana dan program gereja. Tetapi saya kemudian berprinsip bahwa selama Tuhan yang punya visi, suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, visi dan rencana Tuhan pasti akan terlaksana. Memang kadangkala gereja pun tetap perlu kritik yang membangun. Tetapi jika kritik tersebut hanya didasarkan atas iri hati maupun sikap hati yang tidak baik, maka kritik tersebut tidak akan membangun melainkan justru akan merugikan gereja itu sendiri. Oleh karena itu, saya rindu kita semua, dimanapun kita berjemaat, untuk tetap mendukung gereja kita masing-masing. Jika bukan kita, siapa lagi yang mau mendukungnya?


Bacaan Alkitab: Nehemia 4:1-6
4:1 Ketika Sanbalat mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat sakit hati. Ia mengolok-olokkan orang Yahudi
4:2 dan berkata di hadapan saudara-saudaranya dan tentara Samaria: "Apa gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah mereka memperkokoh sesuatu? Apakah mereka hendak membawa persembahan? Apakah mereka akan selesai dalam sehari? Apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis seperti ini?"
4:3 Lalu berkatalah Tobia, orang Amon itu, yang ada di dekatnya: "Sekalipun mereka membangun kembali, kalau seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok batu mereka."
4:4 Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa kepala mereka sendiri dan serahkanlah mereka menjadi jarahan di tanah tempat tawanan.
4:5 Jangan Kaututupi kesalahan mereka, dan dosa mereka jangan Kauhapus dari hadapan-Mu, karena mereka menyakiti hati-Mu dengan sikap mereka terhadap orang-orang yang sedang membangun.
4:6 Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.

Selasa, 27 Desember 2011

Berdoa Ketika Sakit


Rabu, 28 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Yakobus 5:3-18
Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. (Yak 5:14)


Berdoa Ketika Sakit


Saat saya menulis renungan ini, isteri saya sedang sakit yang saya sendiri tidak tahu sakitnya apa. Hanya gejalanya badan demam, batuk berdahak dan kemudian nafas terasa sesak. Sakitnya memang tidak parah, sehingga isteri saya pun tidak perlu dirawat ke rumah sakit. Dokter yang memeriksa isteri saya pun hanya meresepkan obat untuk rawat jalan.

Dalam Alkitab, sering dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus maupun para muridnya, serta para rasul dan pemimpin jemaat di saat itu menyembuhkan orang-orang sakit dengan cara yang ajaib. Jika kita baca di Perjanjian Lama pun, banyak nabi-nabi Tuhan yang dapat menyembuhkan orang sakit dengan kuasa Tuhan. Memang tidak dapat dipungkiri, mujizat kesembuhan itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan jemaat dan orang-orang percaya. Banyak orang pasti akan menjadi percaya kepada kuasa Tuhan ketika mereka melihat ada kesembuhan yang terjadi.

Lalu bagaimana jika yang sakit adalah jemaat atau orang percaya? Dalam kitab Yakobus, kita menemukan bagaimana Yakobus memberikan saran-saran yang sederhana kepada orang percaya. Dikatakan bahwa ketika seseorang sedang mengalami penderitaan, Yakobus menyarankan agar sebaiknya orang tersebut berdoa (ay. 13). Berdoa di sini berarti meminta pertolongan Tuhan dalam penderitaannya tersebut. Khususnya bagi orang percaya yang sakit, Yakobus menyarankan agar sebaiknya orang tersebut memanggil para penatua jemaat agar mereka mendoakannya dan mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan (ay. 14).

Apa yang tertulis dalam ayat 14 ini memang tidak mutlak, terlihat dari kata “baiklah” yang juga digunakan di ayat 13. Hal ini berarti bahwa ini sebenarnya memang tindakan yang sebaiknya dilakukan orang percaya, yaitu:

Pertama, memanggil para penatua jemaat untuk mendoakannya. Tidak salah memang berdoa bagi diri sendiri. Tetapi para penatua jemaat memang memiliki tugas untuk memperhatikan jemaat-jemaat yang membutuhkan mereka. Untuk itulah tidak ada salahnya ketika kita sakit kita pun memberitahu orang-orang terdekat kita dalam jemaat. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah agar mereka dapat memperhatikan kita, dan juga dapat membantu mendoakan kita. Bukankah doa yang dinaikkan oleh beberapa orang akan lebih besar dampaknya dibandingkan dengan doa yang dinaikkan oleh kita seorang diri?

Kedua, mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Apa yang dimaksud dengan minyak di sini memang mengandung dua makna. Ada yang mengatakan bahwa minyak ini adalah minyak dalam artian obat (yang berarti bahwa doa disertai dengan tindakan nyata (minum obat) akan menyembuhkan orang percaya dari sakitnya), namun bisa juga minyak dalam artian memang minyak biasa sebagai simbol bahwa minyak itulah yang menjadi sarana penyembuhan orang percaya. Saya sendiri tidak dapat mengambil kesimpulan manakah makna yang benar, tetapi kita sebagai orang percaya pun harus lebih memfokuskan diri kepada Tuhan yang menyembuhkan kita dan bukan memperdebatkan definisi minyak dalam ayat ini.

Dalam ayat selanjutnya lebih banyak membahas tentang doa. Dikatakan bahwa doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu (ay. 15). Bahkan tidak hanya sakit jasmani yang disembuhkan, tetapi juga sakit rohani (dosa) pun dapat diampuni ketika doa tersebut sungguh-sungguh lahir dari iman. Oleh karena itu Yakobus menasihatkan agar orang percaya saling mengaku dosa dan saling mendoakan agar menjadi sembuh (ay. 16a). Memang dosa dan juga pun dapat menjadi penghalang doa kita (Yes 59:1-2). Oleh karena itu Yakobus mengingatkan orang percaya akan doa Elia, yang sebetulnya adalah orang biasa namun karena ia sungguh-sungguh berdoa, hujan pun tidak turun selama 3,5 tahun dan ketika ia berdoa lagi, hujan pun dapat turun kembali (ay. 17-18).

Yakobus memberikan satu bagian ayat yang sangat luar biasa bagi kita, yaitu di ayat 16b yang berbunyi “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”. Apapun masalah yang kita hadapi, apakah itu sakit penyakit, atau masalah pribadi dan keluarga, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Kita adalah orang-orang yang telah dibenarkan Tuhan (Rm 5:1, 8:30), sehingga bagian kita adalah berdoa dengan yakin agar kita dapat mengalami kuasa Tuhan. Jika ada di antara kita yang saat ini mengalami sakit, ingatlah bahwa bilur-bilur Yesus telah menyembuhkan kita (1 Pet 2:24), sehingga kita pun dapat berdoa dengan yakin dan penuh iman bahwa kita pasti sembuh.


Bacaan Alkitab: Yakobus 5:3-18
5:13 Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!
5:14 Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.
5:15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.
5:16 Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
5:17 Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.
5:18 Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.

Menemukan Tuhan dalam Ketenangan


Selasa, 27 Desember 2011
Bacaan Alkitab: 1 Raja-Raja 19:11-14
Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. (1 Raj 19:12)


Menemukan Tuhan dalam Ketenangan


Apa yang biasanya kita lakukan dalam masa-masa Natal ini? Apakah kita suka menghadiri perayaan-perayaan Natal yang diadakan di berbagai Gereja dengan segala hingar bingarnya? Kita suka melihat acara-acara Natal di mal-mal yang dikemas dengan begitu meriah?  Melihat pohon natal yang besar-besar atau acara berfoto dengan sinterklas? Memang tidak semuanya salah, tetapi mungkin ada saatnya bagi kita di masa Natal ini untuk sesekali menikmati natal dalam suasana yang tenang dan damai. Kelahiran Yesus di sebuah kandang pun tidak dirayakan besar-besaran oleh penduduk kota Betlehem, tetapi hanya dihadiri oleh sejumlah gembala saja. Orang majus yang datang untuk membawa persembahan kepada Yesus pun pasti tidak mengadakan acara besar-besaran. Kemungkinan besar mereka hanya menemui Yesus, mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur kepada Yesus, menyembah Yesus, lalu kemudian pulang ke negerinya.

Demikian juga dengan apa yang kita baca dalam bacaan Alkitab kita hari ini. Saat itu Elia sedang dalam ketakutan dan keputusasaan yang sangat berat karena Izebel, isteri raja Ahab berencana untuk membunuh Elia (1 Raj 19:1-3). Elia pun pergi ke gunung Horeb, yaitu gunung tempat Allah pernah menyatakan dirinya kepada Musa. Saat itu, Tuhan berfirman agar Elia keluar dan berdiri di atas gunung itu di hadapan Tuhan (ay. 11a). Tuhan ingin bertemu muka dengan muka kepada Elia. Dalam ayat-ayat selanjutnya, kita dapat melihat bagaimana Tuhan menampakkan diri kepada Elia.

Pertama, dalam bentuk angin yang besar dan kuat (ay. 11a). Tuhan menunjukkan keperkasaannya melalui angin yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu. Tetapi ternyata itu hanyalah angin yang mendahului Tuhan, tetapi tidak ada Tuhan dalam angin besar tersebut.

Kedua, dalam  bentuk gempa (ay. 11b). Gempa tersebut pasti terasa sangat hebat dan menggetarkan bumi, tetapi ternyata tidak ada Tuhan dalam gempa tersebut.

Ketiga, dalam bentuk api (ay. 12a). Tetapi ternyata api tersebut juga hanyalah api yang mendahului Tuhan, tetapi tidak ada Tuhan dalam api tersebut.

Keempat, dalam bentuk angin sepoi-sepoi (ay. 12b). Ternyata dalam bentuk angin yang halus dan lembut inilah Tuhan hadir. Alkitab mengatakan bahwa setelah mendengar angin sepoi-sepoi, Elia menyelubungi mukanya dengan jubahnya (untuk melindunginya dari kemuliaan Tuhan, karena manusia tidak dapat melihat kemuliaan Tuhan), dan pergi keluar. Barulah setelah itu Tuhan memanggil Elia dan akhirnya Elia menjawab Tuhan (ay. 13-14).

Ternyata walaupun ada angin besar, gempa, dan api yang mendahului, Tuhan sendiri ada dalam angin sepoi-sepoi itu. Memang Tuhan pun pernah menampakkan diri kepada bangsa Israel dalam bentuk guruh, kilat, awan, suara yang keras, bahkan hingga asap dan api di gunung Horeb ini juga (Kel 19:16-18). Ini pun berarti bahwa Tuhan pun dapat ditemui dalam hingar bingar perayaan Natal maupun dalam ibadah-ibadah yang ramai. Tetapi jika menyangkut hubungan antar pribadi, sesungguhnya Tuhan lebih mudah ditemui sebagai angin sepoi-sepoi, sama seperti Elia. Ketika Allah mencari Adam dan Hawa yang telah memakan buah dari pohon terlarang, Alkitab pun menyatakan bahwa Allah berjalan-jalan pada hari yang sejuk (Kej 3:8).

Apa yang kita dapat simpulkan adalah bahwa kita membutuhkan suasana yang tenang untuk dapat bertemu Tuhan secara pribadi. Kita memang dapat merasakan hadirat Tuhan dalam ibadah hari Minggu, atau dalam keadaan apapun, tetapi ketika menyangkut hubungan pribadi kita, perlu ada persiapan yang mendukung. Sangat sulit untuk bersaat teduh ketika kita ada dalam rutinitas dan kebisingan kota. Tuhan Yesus sendiri pun ketika hendak bersaat teduh, ia mencari tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35). Oleh karena itu, saya rindu di masa Natal ini, kita menyiapkan waktu yang tenang untuk kita dapat merenungkan kasih Tuhan, dan dapat menemukan hadirat Tuhan, di sela-sela kebisingan dan hiruk pikuk Natal ini. Ingat bahwa jika dahulu para gembala dan orang majus saja mencari Tuhan, demikian juga kita pun perlu mencari Tuhan. Dan tidak ada cara yang lebih baik lagi dalam mencari Tuhan, selain mencarinya dalam ketenangan dan kesunyian.


Bacaan Alkitab: 1 Raja-Raja 19:11-14
19:11 Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu.
19:12 Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.
19:13 Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?"
19:14 Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku."


Yusuf, Orang yang Langsung Bertindak Mengikuti Perintah Tuhan


Senin, 26 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Matius 2:13-15
Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." (Mat 2:13)


Yusuf, Orang yang Langsung Bertindak Mengikuti Perintah Tuhan


Ketika Yesus lahir ke dalam dunia, kelahirannya disertai oleh tanda-tanda dashyat. Pertama, ada bintang di langit yang mampu menuntun orang majus dari timur untuk datang ke kota Betlehem dan menemukan bayi Yesus. Para malaikat pun juga menampakkan diri kepada para gembala untuk menyampaikan kabar baik. Tapi apa yang kita baca dalam bacaan Alkitab kita hari ini sepertinya menunjukkan hal yang kontradiktif.

Saat akhirnya orang majus berangkat pulang ke negerinya tanpa memberitahu Herodes, malaikat Tuhan kembali menampakkan diri dalam mimpi kepada Yusuf dan berfirman agar Yusuf membawa Maria dan bayi Yesus lari ke Mesir dan tinggal di sana sampai malaikat Tuhan tersebut kembali berfirman kepada Yusuf. Hal tersebut dikarenakan Herodes akan berusaha untuk membunuh bayi Yesus (ay. 13).

Cukup unik apa yang dialami Yusuf. Injil Matius mencatat tiga kali malaikat Tuhan berbicara kepada Yusuf tetapi tidak dengan menampakkan diri secara langsung, melainkan melalui mimpi (Mat 1:20, 2:13, 2:19). Agak berbeda memang dengan apa yang diceritakan dalam Injil Lukas yang menulis bahwa malaikat Tuhan menampakkan dirinya langsung kepada Zakaria, ayah Yohanes Pembaptis (Luk 1:11), kepada Maria, Ibu Yesus (Luk:1:16-18), dan kepada para gembala pada saat kelahiran Yesus (Luk 2:9 & 13). Jika kita lihat, sepertinya tingkatan apa yang dilakukan Tuhan kepada Yusuf agak sedikit di bawah apa yang dilakukan Tuhan kepada Maria. Yusuf mendapatkan perintah Tuhan melalui mimpi, sedangkan Maria sendiri langsung mendapatkan berita dari Tuhan melalui malaikat yang menampakkan diri. Saya juga heran, mengapa Tuhan tidak mengutus malaikatNya kepada Maria dan memberi tahu Maria untuk pergi ke Mesir.

Walaupun saya juga masih belum tahu jawaban dari pertanyaan di atas, kita bisa melihat bagaimana Yusuf begitu taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepadanya. Setelah ia mendapatkan mimpi tersebut, Yusuf bangun dan langsung membawa Maria dan Yesus pergi untuk lari ke Mesir pada malam itu juga (ay. 14). Perhatikan frasa “malam itu juga”. Padahal mungkin baru beberapa hari yang lalu atau baru pada siang harinya para orang majus datang dan membawa hadiah, tetapi pada malam itu juga Yusuf harus lari ke Mesir. Apa yang kita lihat di sini adalah bagaimana Yusuf tidak menunda-nunda sedetik pun untuk langsung melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepadanya. Akibat dari ketaatan Yusuf tersebut, bayi Yesus pun selamat dari rencana jahat yang dilakukan Herodes.

Bagaimana dengan kita? Pernahkah Tuhan meminta kita untuk melakukan sesuatu hal dalam kehidupan kita? Mungkin apa yang Tuhan perintahkan bukanlah hal yang sukar, tetapi justru kita yang sering menunda-nunda dengan berbagai alasan. Tetapi apa yang kita pelajari pada hari ini menunjukkan bahwa kita pun perlu untuk bertindak dengan cepat saat Tuhan berfirman kepada kita. Ketika bos kita di kantor memberi tugas kepada kita, pasti kita akan berusaha dengan cepat untuk melakukan apa yang bos kita perintahkan, tetapi mengapa kita jarang melakukan hal yang sama saat Tuhan meminta kita untuk melakukan sesuatu? Mari kita belajar dari Yusuf yang mau cepat bertindak ketika Tuhan berfirman sehingga Yesus pun bisa selamat dari ancaman pembunuhan oleh Herodes.


Bacaan Alkitab: Matius 2:13-15
2:13 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."
2:14 Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
2:15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."


Senin, 26 Desember 2011

Mengapa Tuhan Memberitakan Kabar Kelahiran Yesus kepada Para Gembala?


Minggu, 25 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Lukas 2:1-20
" Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka." (Luk 2:20)


Mengapa Tuhan Memberitakan Kabar Kelahiran Yesus kepada Para Gembala?


Semua dari kita pasti pernah membaca atau minimal mendengar kisah Natal dalam bacaan Alkitab di Lukas pasal 2 ini. Bagaimana saat itu Kaisar Agustus sebagai Kaisar Romawi yang sedang berkuasa memerintahkan semua orang untuk mendaftarkan diri di kotanya masing-masing (ay. 1-3). Oleh karena hal tersebut, Yusuf pun harus membawa Maria, tunangannya, yang sedang mengandung untuk pergi ke Betlehem, kota asal Yusuf (ay. 4-5). Pada saat itu, akhirnya tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, sementara kondisi pada saat itu semua penginapan pasti menjadi penuh karena banyak orang yang berada di Betlehem untuk mendaftarkan diri. Karena tidak ada tempat, mereka pun akhirnya membaringkan Yesus yang baru lahir di dalam palungan atau tempat makan hewan (ay. 6-7).

Sampai di sini rasanya cerita kelahiran Yesus cukup familiar. Bayi Yesus yang adalah Allah sendiri mau turun ke dunia dan menjadi sama seperti manusia. Saya berpikir, seharusnya palungan tempat Yesus dibaringkan terletak di sebuah kandang hewan, dan seharusnya pula, kandang hewan tempat Maria melahirkan Yesus pun bukan berada di tempat yang sunyi dan terpencil, atau di tengah-tengah padang rumput. Minimal kandang hewan tersebut berada di dekat rumah seseorang atau di dekat sebuah penginapan. Bahkan beberapa literatur pun memperkirakan Yesus dilahirkan di kandang hewan yang terletak di alun-alun kota Betlehem. Tapi di manapun Yesus dilahirkan, kemungkinan besar Yesus lahir di dalam kota Betlehem itu sendiri, bukan di luar kota.

Apa yang terjadi kemudian, diceritakan bahwa malaikat Tuhan kemudian menampakkan diri kepada para gembala yang sedang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada malam hari (ay. 8-9), dan memberitakan kabar sukacita bahwa telah lahir Juruselamat dunia yaitu Kristus di kota Daud (Betlehem), dan ia adalah bayi yang sedang dibungkus dengan lampin dan terbaring dalam palungan (ay. 10-12). Sampai di sini saya berpikir, bukankah Yesus dilahirkan di dalam kota Betlehem? Mengapa para malaikat Tuhan tidak menampakkan diri kepada para penduduk kota? Mengapa para malaikat Tuhan tidak menampakkan diri kepada para imam di kota Betlehem tersebut? Mengapa  Tuhan memilih untuk menyampaikan kabar sukacita tersebut kepada para gembala yang jelas-jelas mereka berada di luar kota (sedang berada di padang untuk menjaga kawanan ternak mereka). Para gembala itu jelas-jelas bukan orang-orang yang memiliki status rohani dan status sosial yang tinggi, tetapi mereka adalah orang-orang yang dipandang rendah baik dari status sosial maupun secara rohani.

Tetapi Tuhan memilih untuk menyampaikan kabar sukacita kelahiran Yesus tersebut kepada para gembala. Saya pun sampai dengan saat ini juga masih belum dapat paham 100% mengapa para gembala tersebut mendapatkan keistimewaan untuk menjadi orang yang melihat bayi Yesus yang baru lahir tersebut. Tetapi melihat apa yang dilakukan oleh para gembala setelah mendengar kabar tersebut dimana mereka langsung berangkat ke kota Betlehem dan melihat apa yang terjadi di sana (ay. 15). Saya rasa karena mereka cepat-cepat pergi ke Betlehem (ay. 16), kemungkinan besar mereka tidak membawa ternak mereka, karena pastinya perjalanan mereka akan menjadi terlalu lama. Kemungkinan mereka meninggalkan ternak mereka di padang untuk melihat bayi Juruselamat tersebut. Dan ketika mereka telah melihat bayi Yesus, Alkitab mengatakan bahwa mereka pun kembali ke padang sambil memuji dan memuliakan Allah (ay. 20).

Apa yang kita tarik dari bacaan di atas? Memang pemilihan para gembala sebagai orang-orang yang mendapatkan anugerah untuk bisa melihat bayi Yesus merupakan kehendak mutlak Allah. Tapi dari bacaan tersebut kita dapat melihat bahwa para gembala itu, walaupun secara sosial mereka adalah orang-orang yang dianggap rendah, namun mereka memiliki sikap hati yang cepat menanggapi Firman Tuhan. Bayangkan jika saat itu Tuhan berfirman kepada para orang-orang kaya yang ada di kota Betlehem, apakah mereka langsung berlari menjumpai bayi Yesus di dalam palungan? Saya pikir pasti sebagian dari orang-orang di kota Betlehem justru akan bersikap cuek walaupun malaikat Tuhan telah menampakkan diri kepada mereka. Mereka akan beralasan sedang sibuk lah, sedang capek lah, atau alasan-alasan lain agar mereka tidak perlu keluar melihat ke kandang hewan tersebut. Atau kalaupun mereka akhirnya berangkat, mereka tidak berangkat dengan antusias dan dengan segera seperti para gembala tersebut, namun mungkin mereka pergi melihat Yesus pun hanya formalitas. Sesampainya di kandang hewan, orang-orang Betlehem mungkin justru merasa ragu, “Apa iya bayi yang di dalam palungan tersebut merupakan bayi Juruselamat? Masa iya sih bayi Juruselamat kok lahirnya ngenes banget, di dalam palungan lagi. Mana mungkin bayi tersebut adalah bayi Juruselamat?”

Dalam menyambut Natal kali ini, saya rindu kita semua memiliki sikap seperti para gembala-gembala tersebut yang dalam mendengar suara Tuhan tidak ragu-ragu dan tidak banyak pertimbangan, tetapi segera melangkah dalam iman. Kita perlu memiliki iman kepada Tuhan seperti iman anak kecil kepada kedua orang tuanya, yang tidak pernah ragu sedikitpun akan kedua orang tuanya. Sering kali ketika kita menjadi semakin dewasa, iman seperti anak kecil itu pun semakin hilang dan digantikan oleh logika pikiran, yang seakan-akan membuat diri kita lebih percaya kepada logika dan mengurangi kepercayaan kita kepada Allah. Maukah kita di hari Natal ini, kita kembali belajar dari para gembala tersebut? Jika para gembala yang tidak pernah melihat Yesus saja mau langsung pergi menjumpai Yesus dalam iman, apalagi kita yang pasti telah mengenal Yesus, sudah seharusnya kita pun lebih memiliki iman percaya kepada Tuhan. Mari di momen Natal ini, kita kembali memperbaharui iman percaya kita kepada Tuhan. Natal bukan hanya perayaan semata, tetapi juga momen di mana kita harus mengintropeksi diri kita agar kita pun semakin siap menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, bukan kedatanganNya di dunia ini sebagai bayi, tetapi kedatanganNya kedua kali untuk menghakimi umat manusia.


Bacaan Alkitab: Lukas 2:1-20
2:1 Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.
2:2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.
2:3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.
2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, -- karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud --
2:5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.
2:6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,
2:7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
2:8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
2:9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:
2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
2:15 Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."
2:16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.
2:17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.
2:18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.
2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.
2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

Jumat, 23 Desember 2011

Hadiah Apa yang Kita Berikan Menyambut Kelahiran Yesus?


Sabtu, 24 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Matius 2:9-12
"Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur." (Mat 2:11)


Hadiah Apa yang Kita Berikan Menyambut Kelahiran Yesus?


Sudah menjadi kebiasaan yang berlaku umum bahwa ketika seseorang merayakan hari-hari spesialnya, misalkan ulang tahun, menikah, atau pada saat hari raya, tentunya orang-orang terdekatnya akan memberikan semacam kado atau hadiah kepada orang yang merayakan. Pada hari raya biasanya anak-anak kecil akan mendapatkan “angpao”, sementara pada hari pernikahan, akan banyak orang yang datang mengucapkan selamat kepada kita dan memberikan hadiah atau jika mau lebih praktis lagi berupa “amplop” kepada kedua mempelai. Pada saat ulang tahun, tentunya orang-orang terdekat akan memberikan hadiah kepada kita. Nah, menyambut kelahiran Tuhan Yesus yang kita akan rayakan esok hari, pernahkah kita merenungkan, kira-kira hadiah apa yang akan kita berikan kepada Tuhan Yesus yang berulang tahun besok?

Memang Tuhan Yesus sendiri adalah Tuhan di atas segala Tuhan, yang tidak membutuhkan apapun dari manusia. Ia sebenarnya tidak memerlukan kado yang bersifat duniawi dari kita. Tetapi kembali lagi ke sikap hati kita kepada Tuhan. Sebenarnya ketika kita memberikan kado kepada orang lain, mungkin belum tentu orang lain itu memerlukan kado yang kita berikan, tetapi karena kita mengasihi orang tersebut, atau kita sudah dekat dan karib dengan orang tersebut, maka kita pun memberi sesuatu kepadanya sebagai wujud kasih kita kepada orang itu. Demikian juga seharusnya sikap hati kita saat kita menyambut hari Natal ini.

Firman Tuhan berkata bahwa ketika orang majus itu mengikuti bintang di langit, mereka akhirnya menemukan tempat di mana Yesus berada (ay. 9). Alkitab mengatakan bahwa mereka sangat bersukacita ketika menemukan lokasi Yesus Kristus (ay. 10). Mereka mungkin tidak menemukan Yesus di istana yang megah, atau di rumah bangsawan yang mewah, tetapi walaupun mereka hanya menjumpai Yesus di dalam sebuah rumah yang sederhana, mereka tetap bersukacita. Sukacita orang majus itu bukan timbul karena lokasi dimana Yesus dilahirkan, tetapi mereka bersukacita karena mereka melihat seorang Raja, bahkan Mesias yang akan menyelamatkan dunia. Itulah sukacita yang sejati yang tidak tergantung kepada kondisi lingkungan yang ada di sekitar kita.

Ketika orang majus tersebut menemui Yesus dan ibuNya, Maria, mereka pun memberikan persembahan kepada Yesus berupa emas, kemenyan, dan mur (ay. 11). Alkitab tidak mengatakan berapa banyak emas, kemenyan, dan Mur yang dipersembahkan kepada Yesus. Alkitab tidak pernah menilai kualitas persembahan seseorang berdasarkan berapa banyak persembahan yang diberi, tetapi Alkitab melihat bagaimana sikap hati orang yang memberi persembahan tersebut.

Alkitab mengatakan bahwa pernah pada suatu saat Yesus duduk di depan peti persembahan dan mengamati orang yang memberi persembahan, banyak orang kaya yang memberikan persembahan dalam jumlah yang besar, tetapi ada seorang janda miskin yang hanya mempersembahkan dua peser saja. Tetapi apa kata Tuhan Yesus? Yesus berkata bahwa janda miskin itu sesungguhnya memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan, karena orang lain memberi dari kelimpahannya, tetapi janda tersebut memberi persembahan dari seluruh kekurangannya (Mrk. 12:41-44). Tuhan tidak pernah menilai kualitas persembahan kita dari berapa banyak perpuluhan yang kita berikan kepada Tuhan, atau berapa banyak kita maju ke depan untuk memberikan persembahan Natal,  tetapi Tuhan lebih melihat bagaimana sikap hati kita dalam memberi persembahan tersebut.

Kembali kepada hari Natal, apa yang sudah kita siapkan dalam menyambut ulang tahun Tuhan Yesus? Bukan hanya soal materi tentang berapa banyak kita sudah memberi persembahan untuk perayaan Natal, tetapi yang terpenting lagi bagaimana kita memberi hadiah kepada Yesus berupa hati kita yang mau mengasihi Tuhan dengan lebih lagi. Kalau orang majus saja rela membawa hadiah-hadiah yang telah mereka siapkan sebelumnya di tanah kelahiran mereka nun jauh di timur, menempuh perjalanan ribuan kilometer menuju tanah Yudea, dan akhirnya menemukan Yesus dan mempersembahkan hadiah yang telah mereka siapkan itu kepada Yesus, bukankah kita juga harus bersikap seperti itu? Bukankah kita seharusnya memberi hadiah yang terbaik kepada Yesus? Saya rindu kita semua bisa merayakan Natal ini sambil berkata, “Tuhan, aku memang tidak bisa memberikan hadiah seperti emas, kemenyan, dan mur yang diberikan orang majus kepadaMu. Tetapi apa yang aku punya saat ini hanyalah hati dan hidupku, dan aku mau memberikannya kepadaMu sebagai hadiah dariku untukMu. Mari Tuhan, pakailah hati dan hidupku sesuai dengan apa yang Engkau ingini, sehingga aku pun dapat menyenangkan hatiMu. Semoga hadiah yang kuberikan di hari Natal ini boleh berkenan di hadapanMu”. Saya sangat yakin bahwa itulah salah satu hadiah terindah yang dapat kita berikan kepada Tuhan menyambut hari Natal ini. Maukah kita memberikan hadiah tersebut kepada Tuhan Yesus?


Bacaan Alkitab: Matius 2:9-12
2:9 Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada.
2:10 Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
2:11 Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
2:12 Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.

Orang yang Mengerti Firman tetapi Tidak Percaya Firman


Jumat, 23 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Matius 2:1-6
"Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi." (Mat 2:4-5)


Orang yang Mengerti Firman tetapi Tidak Percaya Firman


Ketika kita membaca judul di atas pasti kita menjadi heran, kok bisa-bisanya ada orang yang mengerti Firman tapi nggak percaya ya? Kalau misalnya orang itu tidak percaya Firman karena ia tidak tahu Firman atau tidak mengerti Firman tentunya itu wajar. Tetapi kalau seseorang tidak percaya Firman tetapi ia tahu dan mengerti tentang Firman Tuhan, itu baru hal yang aneh. Tapi percaya atau tidak, ternyata banyak orang-orang yang seperti ini, dan Alkitab bahkan menceritakan tentang orang seperti ini dalam kisah Natal yang biasanya kita baca.

Semua pasti pernah mendengar tentang kisah tentang orang majus yang datang untuk mengunjungi Yesus yang baru lahir. Bagaimana caranya orang majus itu tahu bahwa Yesus telah lahir? Ternyata Tuhan pun memberikan tanda melalui ciptaanNya di langit yaitu bintang yang bersinar terang (ay. 2). Alkitab mengatakan bahwa orang majus tersebut datang dari timur ke Yerusalem, yang menunjukkan bahwa kemungkinan besar orang majus ini adalah raja-raja atau pembesar-pembesar yang berasal dari daerah Mesopotamia, sekitar sungai Efrat. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian sejarah yang mengatakan bahwa orang-orang dari daerah tersebut sejak zaman bangsa Babel hingga Persia merupakan orang-orang yang rajin mengamati bintang-bintang di langit. Ketika mereka mengamati langit inilah mereka menemukan bintang yang bersinar menunjukkan kelahiran Yesus, Raja atas segala raja.

Jika Tuhan membuat bintang yang bersinar khusus untuk menunjukkan kelahiran Yesus, pastilah bintang itu dapat dilihat oleh semua orang di dunia ini, apalagi bagi orang yang tinggal di tanah Yudea. Jika orang-orang majus yang berada ribuan kilometer dari Yerusalem saja bisa melihat bintang itu dan rela bersusah-susah untuk datang ke Yerusalem, tentunya agak mengherankan ketika Alkitab mengatakan bahwa Herodes dan seluruh Yerusalem terkejut mendengar hal tersebut (ay. 3). Bagaimana mungkin mereka yang tinggal di Yerusalem tidak tahu bahwa Mesias sudah lahir di tanah Yudea? Bagaimana mungkin mereka tidak melihat bintangNya yang bersinar terang di atas tanah Yudea?

Dari bacaan di atas kita dapat melihat perbedaan antara orang majus dengan Herodes, para Imam dan ahli Taurat yang ada di Yerusalem. Orang majus, mau datang beribu-ribu kilometer untuk menyembah Raja tersebut, walaupun mereka tidak tahu siapa raja yang baru lahir itu. Sementara para Imam dan ahli Taurat yang sesungguhnya mengerti akan Firman Tuhan justru tidak sadar bahwa seorang Raja telah lahir di antara mereka. Yang lebih menyedihkan lagi, Herodes yang bertanya kepada para Imam justru mendapatkan konfirmasi dari para Imam bahwa memang Mesias akan dilahirkan di Betlehem, di tanah Yudea sesuai dengan Kitab Suci (ay. 5-6). Sampai di sini, seharusnya minimal para Imam dan ahli Taurat sadar bahwa Mesias memang benar-benar telah lahir. Bukankah para Imam dan ahli Taurat bisa saja berkata kepada orang majus tersebut, “Kami juga mau melihat Mesias itu, oleh karena itu biarkanlah kami ikut bersama-sama dengan kalian untuk mencari Mesias tersebut”. Apa susahnya sih untuk mencari Mesias di kota Betlehem? Apalagi dengan adanya petunjuk “bintang” yang bahkan mampu menuntun orang majus dari  timur, tentunya “bintang” tersebut akan lebih mudah mengarahkan para Imam dan ahli Taurat tersebut.

Sayangnya, para Imam dan ahli Taurat tidak mau “berusaha sedikit lebih keras lagi” untuk menemukan Mesias tersebut. Jika kita baca kelanjutan kisah ini, Herodes, para Imam, dan juga ahli  Taurat bahkan sepertinya dengan sengaja membiarkan orang majus ini mencari Yesus sendirian. Padahal, jika saja mereka mau untuk sedikit “bersusah payah” pergi ke Betlehem yang berjarak tidak jauh dari Yerusalem, mereka akan melihat dengan mata kepala sendiri sang Mesias yang telah dilahirkan di tanah mereka.

Kadang-kadang saya berpikir, apa mungkin saya juga seperti para imam dan ahli Taurat ini ya? Dan memang saya mengakui bahwa saya pun masih sering bersikap seperti mereka. Saya mungkin sudah pernah membaca banyak ayat, pasal, bahkan kitab dari Firman Tuhan, tetapi dalam beberapa kesempatan saya bertindak seolah-olah sebagai orang yang tidak percaya Firman Tuhan. Saya seringkali masih melakukan dosa-dosa yang seharusnya sudah tidak dilakukan oleh orang yang percaya Tuhan. Memang tidak mudah bagi kita untuk bisa hidup terus bergantung dan percaya kepada Tuhan di tengah-tengah gelombang kehidupan yang menakutkan kita. Tetapi kita pun harus tetap dapat percaya dan beriman kepada Tuhan dalam kondisi apapun.

Firman Tuhan yang kita dengar dan kita baca setiap hari bagaikan benih yang jatuh di hati kita. Bagaimana benih tersebut dapat tumbuh tergantung kepada bagaimana perlakuan kita terhadpa benih tersebut. Ketika kita merawat benih itu, menyirami dan memberi pupuk, tentunya benih itu akan tumbuh subur. Tetapi ketika kita tidak pernah merawat benih tersebut, maka Firman Tuhan itu tidak akan pernah bisa tumbuh. Manakah yang kita pilih? Menjadi orang yang mengerti dan percaya dengan Firman Tuhan, ataukah kita menjadi orang yang mengerti Firman, tetapi tidak percaya Firman Tuhan?


Bacaan Alkitab: Matius 2:1-6
2:1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
2:2 dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
2:3 Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
2:4 Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
2:5 Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
2:6 Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."

Selasa, 20 Desember 2011

Yusuf, Seorang yang Tulus Hati


Kamis, 22 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Matius 1:18-25
"Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam." (Mat 1:19)


Yusuf, Seorang yang Tulus Hati


Pernahkah kita berpikir bagaimana rasanya berada dalam posisi Yusuf? Bayangkan ketika kita masih berpacaran, tetapi tiba-tiba pacar kita berkata, “Aku hamil”. Mungkin kalau kita memang berpacaran dengan cara yang salah hingga pacar kita hamil, ceritanya mudah ditebak, kita akan menikahi pacar kita toh, anak itu juga adalah anak kita sendiri. Tetapi masalahnya adalah bagaimana jika kita tidak pernah berbuat yang “aneh-aneh” dengan pacar kita, lalu pacar kita berkata, “Aku hamil”. Apa perasaan kita saat itu? Apakah kita langsung memutuskan dan meninggalkan pacar kita? Atau kita langsung menginterogasi pacar kita tentang siapa orang yang menghamilinya, dan kemudian melabrak orang tersebut? Ataukah kita tetap menerima pacar kita dan menikahinya untuk menolong pacar kita tersebut.

Nah, bayangkan kondisi 2000 tahun yang lalu, ketika Yusuf yang saat itu masih bertunangan dengan Maria dan mendengar kabar bahwa Maria hamil. Apa yang ada di pikiran Yusuf saat itu? Maria bisa saja dihukum mati karena ia mengandung tanpa suami jika Yusuf mempermasalahkan hal tersebut ke para imam dan tua-tua (Ul 22:22-24). Tetapi apa yang Alkitab katakan adalah bahwa Yusuf adalah seorang yang tulus hati, sehingga ia bermaksud untuk menceraikan/membatalkan pertunangan tersebut dengan diam-diam (ay. 19). Maksud Yusuf adalah dengan menceraikan diam-diam. kehamilan Maria ini tidak sampai terdengar ke para imam.

Saya melihat bahwa pilihan Yusuf ini adalah pilihan yang terbaik menurut pandangan manusia. Pilihan Yusuf ini adalah win-win solution yang tidak merugikan salah satu pihak. Tetapi apa yang baik menurut manusia belum tentu yang terbaik menurut Allah. Malaikat Tuhan pun akhirnya menampakkan diri kepada Yusuf agar Yusuf tetap mengambil Maria menjadi isterinya karena anak dalam kandungan Maria adalah anak dari Roh Kudus, dan anak tersebut akan dinamai Yesus, dan anak tersebut akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa dan menjadi Juruselamat dunia (ay. 20-21).

Ketika Yusuf mendengar hal itu, Yusuf berbuat seperti apa yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya. Ia akhirnya mengambil Maria menjadi isterinya (ay. 24). Namun Yusuf sadar bahwa anak dalam kandungan Maria adalah anak yang dikandung dari Roh Kudus, sehingga Yusuf pun tetap menjaga kekudusan dan tidak bersetubuh dengan isterinya sampai dengan Maria melahirkan Yesus (ay. 25).

Sulit mencari sosok seperti Yusuf yang tulus hati di masa sekarang ini. Kebanyakan orang saat ini lebih suka melakukan apa yang menguntungkan dirinya sendiri. Dalam memberi bantuan pun, banyak orang yang tidak tulus hatinya. Mereka memberi bantuan kepada orang lain dengan motivasi tertentu. Tetapi kita melihat bahwa sikap Yusuf yang tulus hati akhirnya membuat namanya menjadi terkenal sebagai ayah Tuhan Yesus secara jasmani. Jika saat itu Yusuf menceraikan Maria, atau Yusuf tidak mau melakukan apa yang diperintahkan malaikat Tuhan, mungkin kisah kelahiran Tuhan Yesus pun akan berbeda.

Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memiliki sikap seperti Yusuf yang memiliki hati yang tulus? Sudahkah kita memiliki sikap seperti Yusuf yang mencoba mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi permasalahan? Sudahkah kita tidak mencari keuntungan diri sendiri tetapi mengutamakan kepentingan orang lain? Sudahkah kita taat juga terhadap perintah Tuhan bagi kita? Tidak mudah memang, tetapi saya rindu kita semua sama-sama belajar untuk memiliki sikap hati yang tulus seperti Yusuf. Memang, hati tulus pun tidak cukup menghadapi dunia yang jahat ini, kita pun tetap perlu hati yang cerdik agar kita tidak lugu dan terseret arus dunia ini (Mat 10:16). Jika kita sudah memiliki sikap hati seperti itu, maka Tuhan pun akan memakai kita secara luar biasa dalam pekerjaanNya, sama seperti Yusuf yang akhirnya tercatat di Alkitab sebagai seseorang yang tulus hatinya, yang menjadi ayah Tuhan Yesus.


Bacaan Alkitab: Matius 1:18-25
1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita.
1:24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
1:25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.


Pelayanan yang Berbasis pada Panggilan


Rabu, 21 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 6:1-7
"Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."" (Kis 6:2-4)


Pelayanan yang Berbasis pada Panggilan


Dalam permainan sepakbola, masing-masing pemain memiliki perannya masing-masing. Ada yang menjadi penjaga gawang, ada yang menjadi bek, ada yang menjadi gelandang, penyerang, dan juga ada yang menjadi pemain cadangan. Masing-masing harus dapat bermain di posisi yang ditempati dengan sebaik mungkin. Seorang pelatih yang baik tentunya tidak akan menempatkan seseorang penyerang untuk menjadi penjaga gawang. Bisa-bisa justru gawang sendiri yang dibobol. Seorang pelatih akan melihat posisi apa yang paling pas ditempati oleh pemain tersebut. Ia harus melihat kemampuan dan potensi yang ada dalam diri mereka masing-masing. Demikian juga pemain yang baik harus sadar dengan kemampuannya dan harus terus melatih diri agar menjadi lebih baik lagi. Seorang pemain yang baik harus tahu posisinya dalam tim tersebut dan saling mendukung sehingga timnya dapat bermain bagus dan memenangkan pertandingan.

Demikian juga dalam pelayanan, setiap orang percaya memiliki peranan masing-masing dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, sesuai dengan panggilan masing-masing. Ada yang terpanggil menjadi gembala, ada yang terpanggil menjadi penginjil, ada yang terpanggil menjadi pemusik, dan lain sebagainya. Masing-masing orang percaya harus tahu panggilan mereka sehingga dapat saling mendukung pekerjaan Tuhan.

Bacaan Alkitab kita pada hari ini menunjukkan kondisi pada jemaat mula-mula, di mana jumlah orang percaya bertumbuh sangat cepat, hingga terjadi sedikit konflik di antara orang percaya, yang disebabkan karena pelayan kepada janda-janda mulai diabaikan (ay. 1). Apa yang dilakukan oleh kedua belas rasul sebagai pemimpin Gereja pada saat itu? Mereka tidak memasang sikap defensif dan bersikap tidak mau tahu, tetapi mereka justru membuka diri dan mengevaluasi apa yang salah (ay. 2). Kedua belas rasul tersebut sadar bahwa mereka terpanggil untuk memberitakan Injil sesuai dengan perintah Yesus kepada mereka (Mat 28:16-20). Oleh karena itu, kedua belas rasul memutuskan untuk memilih orang-orang yang khusus untuk melayani jemaat (ay. 3).

Apakah kedua belas rasul tersebut mencoba melarikan diri dari pelayanan terhadap jemaat? Saya rasa tidak, tetapi hal tersebut dilakukan kedua belas rasul agar mereka dapat memusatkan pelayanan mereka dalam doa dan pelayanan Firman Tuhan (ay. 4). Apa yang dilakukan kedua belas Rasul tersebut adalah memikirkan apa yang lebih baik bagi jemaat Tuhan, bukan untuk kepentingan sendiri. Hal tersebut terlihat dari sikap jemaat yang tidak memprotes usulan tersebut, tetapi justru mendukung sepenuhnya usulan dari kedua belas rasul tersebut (ay. 5a). Akhirnya terpilihlah tujuh orang yang memiliki tugas khusus untuk melayani jemaat (ay. 5b). Ketujuh orang ini pun didoakan oleh rasul-rasul dengan penumpangan tangan yang menjadi simbol berkat dan penugasan dari Tuhan (ay. 6). Ketujuh orang tersebut sadar bahwa mereka dapat melayani hanya karena anugerah Tuhan semata dan mereka pun sadar bahwa secara hierarki, mereka masih berada di bawah kedua belas rasul, sehingga mereka pun mau menundukkan diri di hadapan para rasul.

Apa akibat dari keputusan ini? Alkitab mengatakan bahwa Firman Allah makin tersebar dan jumlah murid di Yerusalem semakin bertambah banyak, bahkan sejumlah besar imam (yang dulunya adalah mereka yang tidak percaya kepada Yesus Kristus), akhirnya menyerahkan diri mereka dan percaya kepada Yesus Kristus (ay. 7). Ada dampak yang luar biasa dari keputusan rasul-rasul untuk menyerahkan pelayanan jemaat kepada ketujuh orang tersebut.

Dari bacaan di atas kita melihat bahwa pelayanan pun tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan. Para rasul bisa saja tetap memaksakan diri untuk melayani pemberitaan Firman Tuhan dan juga melayani jemaat, tetapi saya yakin dengan semakin banyaknya jumlah orang percaya pada saat itu, pelayanan mereka pun menjadi tidak maksimal. Saya tidak mengatakan bahwa kita seharusnya mengambil pelayanan yang sedikit saja tetapi dapat maksimal, tetapi seharusnya kita mengerti apa panggilan Tuhan bagi diri kita masing-masing. Sering kali omongan orang lain membuat kita untuk mengerjakan apa yang bukan merupakan panggilan kita, atau sebaliknya, membuat kita untuk tidak mengerjakan apa yang sebenarnya merupakan panggilan kita. Oleh karena itu, marilah kita mengintropeksi diri kita sendiri, apakah panggilan Tuhan dalam kehidupan kita? Dan sudahkah kita melakukan panggilan kita? Salah satu ciri bahwa kita telah melakukan panggilan Tuhan adalah pelayanan kita menjadi  berdampak bagi orang lain. Pelayanan kita tidak hanya dilihat dari berapa banyak jemaat yang kita layani atau berapa banyak ibadah hari Minggu yang kita ikut ambil bagian di dalamnya, tetapi pelayanan kita dilihat dari berapa banyak panggilan Tuhan yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita.


Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 6:1-7
6:1 Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.
6:2 Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.
6:3 Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,
6:4 dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."
6:5 Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.
6:6 Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu pun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.
6:7 Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.