Minggu, 31 Desember 2017

Mazmur 73 (Ayat 9): Membuka Mulut Melawan Langit



Senin, 1 Januari 2018
Bacaan Alkitab: Mazmur 73:9
Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. (Mzm 73:9)


Mazmur 73 (Ayat 9): Membuka Mulut Melawan Langit


Karena kedudukan mereka yang dipandang terhormat oleh sebagian besar orang, bahkan termasuk dari kalangan rohaniwan, maka bukan tidak mungkin mereka menjadi semakin sombong dan merasa dirinya paling benar. Salah satu tanda orang yang sombong adalah perkataannya yang meninggikan dan mengagung-agungkan dirinya sendiri. Jika sudah sampai tahap ini, maka mereka dapat berkata-kata yang tidak pantas terhadap surga dan juga terhadap Tuhan. Kata Tuhan sendiri sudah dianggap biasa, sehingga tidak jarang mereka menggunakan nama Tuhan untuk membela diri sendiri. Mereka dapat saja menggunakan kata-kata “demi kepentingan Tuhan” padahal sebenarnya mereka sedang mengusahakan kepentingannya sendiri.

Dalam ayat 9 ini, dikatakan bahwa mereka membuka mulut melawan langit (ay. 9a). Kata membuka dalam bahasa aslinya adalah שַׁתּ֣וּ (šat·tū) dari kata dasar שָׁתַת (shathath). Kata shathath sendiri dapat berarti to set (mengatur, menetapkan, memasang), to appoint (menunjuk, mengangkat, menentukan), to lay (meletakkan, memasang, menempatkan). Seluruh makna tersebut dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu. Penjelasan kata shathath tersebut dapat lebih kita pahami jika kita melihat kata selanjutnya yaitu mulut. Jadi orang-orang fasik tersebut mengangkat (membuka) mulut mereka (bahasa Inggris: set their mouth) melawan langit. Mulut mereka dengan sengaja diarahkan untuk melawan langit. Akan menarik untuk melihat apa yang dimaksud dengan langit dalam ayat ini.

Kata langit dalam bahasa aslinya adalah בַשָּׁמַ֣יִם (ḇaš·šā·ma·yim) dari kata dasar שָׁמַ֫יִם (shamayim) yang dapat diterjemahkan sebagai heavens (surga) atau sky (langit). Jadi membuka mulut melawan langit dapat juga diartikan melawan suatu hal yang tinggi (pemerintahan Allah di tempat tinggi). Jika kata shamayim diterjemahkan sebagai surga, maka berarti orang-orang fasik tersebut dengan sengaja membuka mulut mereka untuk melawan surga. Artinya, mereka tidak mau tunduk kepada firman dari surga (firman Tuhan), tetapi membuat firman-firmannya sendiri seakan-akan itu adalah perintah atau perkataan Tuhan.

Dalam bagian kedua ayat 9 tersebut, dikatakan bahwa lidah mereka membual di bumi (ay. 9b). Kata lidah di sini menggambarkan organ tubuh yang dapat mengucapkan perkataan atau untuk menyanyi. Kata lidah tentu juga bersifat netral, bisa positif atau negatif, tergantung dari apa yang diucapkan oleh lidah tersebut. Tentu jika kita melihat konteks ayat 9 dan juga ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, lidah ini juga berbicara tentang perkataan orang fasik tersebut, sehiingga makna kata lidah dalam ayat 9 ini lebih cenderung bersifat negatif.

Sementara itu kata membual dalam bahasa aslinya adalah תִּֽהֲלַ֥ךְ (ti·hă·laḵ) dari kata dasar הָלַך (halak). Kata halak itu sendiri secara harafiah bermakna to go, come, walk (pergi, datang, berjalan). Kata halak sendiri juga dapat memiliki makna tambahan lainnya tergantung konteks kalimat. Jika lidah dikatakan berjalan-jalan, maka dapat dikatakan bahwa lidah tersebut seakan-akan sudah berkelana mengelilingi bumi atau menguasai bumi. Ini dapat diartikan sebagai suatu perkataan yang membual atau melebih-lebihkan (seperti pada terjemahan Alkitab Terjemahan Baru bahasa Indonesia). Hal ini juga dapat diartikan sebagai lidah yang terlalu banyak mengucapkan perkataan yang tidak perlu, seakan-akan lidah orang fasik tersebut sudah berjalan-jalan mengelilingi bumi.

Jadi apakah ciri-ciri orang fasik sebagaimana yang dimaksud Asaf dalam Mazmur 73 ini? Dalam ayat 9 kita menemukan salah satu ciri orang fasik tersebut yaitu dari perkataan dan ucapan mereka. Orang fasik paling tidak bisa menahan diri untuk berkata-kata dengan sombong, congkak, dan angkuh. Ada banyak hal-hal yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk menyombongkan diri. Mulai dari uang, harta, mobil baru, rumah baru, pacar yang cantik/ganteng, dan lain sebagainya.

Memang tidak semua kesombongan orang fasik dapat terlihat nyata. Kebanyakan perkataan mereka dibalut dalam bahasa rohani yang menipu. Hanya orang-orang yang peka (yaitu mereka yang biasa hidup dalam kebenaran Firman Tuhan) yang dapat membedakannya. Dalam kesombongannya tersebut, jika kita peka maka kita akan menemukan betapa orang-orang fasik tersebut sebenarnya sedang membuka mulut melawan langit dan melawan surga. Jika kita mampu memahaminya, maka kita akan dapat menghindari gaya hidup orang fasik tersebut, yang sepertinya terlihat rohani, padahal dengan sengaja mereka melawan Tuhan dan kerajaan-Nya.



Bacaan Alkitab: Mazmur 73:9
73:9 Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.

Jumat, 29 Desember 2017

Mazmur 73 (Ayat 8): Menyindir dan Berkata Jahat



Minggu, 31 Desember 2017
Bacaan Alkitab: Mazmur 73:8
Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. (Mzm 73:8)


Mazmur 73 (Ayat 8): Menyindir dan Berkata Jahat


Masih melanjutkan serial renungan kita yang membahas kitab Mazmur pasal 73, hari ini kita akan belajar dari ayat 8, dimana mereka (orang-orang fasik) menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya (ay. 8a). Kata menyindir dalam ayat 8 ini dalam bahasa aslinya adalah יָמִ֤יקוּ (yā·mî·qū) dari kata dasar מוּק (mug). Kata ini hanya muncul 1 kali dalam Alkitab yaitu pada ayat ini. Kata ini dapat berarti to mock, to deride, to deer (mengejek, menertawakan, mencemoohkan, mengolok-olok), namun kata tersebut juga dapat berarti be corrupt (korup, jahat, rusak). Alkitab bahasa Inggris terjemahan King James Version menggunakan kata corrupt ini untuk menerjemahkan kata mug, namun kebanyakan terjemahan lain menggunakan kata lain yang hampir sama dengan kata menyindir.

Selanjutnya kata mengata-ngatai dalam bahasa aslinya adalah וִידַבְּר֣וּ (wî·ḏab·bə·rū) dari kata dasar דָּבַר (dabar) yang secara harafiah adalah berbicara atau berkata. Kata dabar ini sebenarnya bersifat netral, tetapi tentu saja tergantung dari perkataan apa yang diucapkan. Jika perkataan yang diucapkan adalah perkataan yang baik, tentu kata dabar ini dapat bermakna positif. Tetapi jika perkataan yang diucapkan adalah perkataan yang jahat, tentu kata dabar dapat bermakna negatif, misalnya diartikan sebagai mengata-ngatai.

Kata jahat di sini dalam bahasa aslinya menggunakan kata בְרָ֣ע (ḇə·rā‘) dari kata dasar רָע (ra') yang dapat berarti adversity (kesulitan, kesengsaraan, kemalangan), affliction (penderitaan), bad (buruk, jahat, salah), calamity (bencana, malapetaka, celaka), displeasure (ketidaksenangan, ketidakpuasan), distress (kesukaran). Kata ra’ ini berkonotasi negatif, yaitu menunjukkan hal-hal yang buruk. Jadi jika digabungkan dengan kata sebelumnya dalam bagian pertama dari ayat ini, maka ayat tersebut dapat dibaca sebagai orang-orang yang suka menyindir/mengejek dan berkata-kata dengan jahat. Perkataan yang dimaksud dalam ayat ini tentu bukan perkataan biasa, tetapi perkataan yang diucapkan dengan niat buruk untuk membuat orang lain susah. Ini dapat berarti perkataan yang menghina orang tersebut, yang menjatuhkan mental orang lain, atau perkataan yang merusak karakter seseorang di depan orang lain.

Selanjutnya, untuk bagian kedua dari ayat ini berbunyi “hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati”. Kata pemerasan dalam bahasa aslinya adalah עֹ֑שֶׁק (‘ō·šeq) dari kata dasar עֹ֫שֶׁק (osheq) yang berarti cruelly (dengan kejam, dengan bengis), extortion (pemerasan), oppression (penindasan, penekanan), thing deceitfully gotten (hal yang diperoleh dengan tipu muslihat). Tentu hal ini berbicara tentang apa yang dilakukan oleh orang-orang fasik tersebut. Demi memperoleh kekayaan, posisi, dan hal-hal lain, mereka tidak segan-segan menindas, memeras, bahkan melakukan tipu muslihat demi mendapatkannya.

Kata dibicarakan sendiri dalam bahasa aslinya adalah יְדַבֵּֽרוּ׃ (yə·ḏab·bê·rū) yang berasal dari kata dasar yang sama dengan kata mengata-ngatai yaitu dabar (sebagaimana telah dibicarakan sebelumnya). Kata ini menunjukkan bahwa hal-hal jahat tadi (pemerasan, penindasan, tipu muslihat, dan lain sebagainya) menjadi topik pembicaraan oleh orang-orang fasik tersebut. Mereka merasa biasa mengucapkan hal-hal yang sebenarnya tidak pantas disebutkan. Justru dikatakan bahwa mereka membicarakannya dengan tinggi hati.

Kata tinggi hati dalam bahasa aslinya adalah מִמָּר֥וֹם (mim·mā·rō·wm) dari kata dasar מָרוֹם (marom) yang secara harafiah berarti tinggi. Kata ini memiliki sejumlah makna, antara lain far above (jauh di atas), dignity (kehormatan, kemuliaan, martabat), haughty (angkuh, sombong, congkak), height (tinggi, puncak), most (paling teratas/utama), on high one (tinggi), place (tempat, kedudukan), loftily (kemuliaan, keangkuhan). Jadi perkataan yang diucapkan orang fasik terkait pemerasan, penindasan, dan hal-hal yang tidak patut itu justru diucapkan dengan tinggi hati/congkah/angkuh. Mereka justru merasa bangga akan kejahatan yang dilakukannya.

Bahkan kata marom tersebut juga dapat berarti berasal dari tempat tinggi, Ini dapat merujuk bahwa orang fasik itu menganggap kekayaannya, kesuksesannya, dan kemuliaannya yang didapatkan dari cara yang salah justru berasal dari tempat tinggi, atau dari surga (dari Tuhan). Mereka dapat menganggap bahwa Tuhan memberikan kepada mereka berkat dan kekayaan dari hasil pemerasan, korupsi, dan lain sebagainya. Mereka begitu mudah memutarbalikkan fakta seakan-akan Tuhan memberkati usaha mereka, padahal usaha mereka itu adalah usaha yang jahat, melawan hukum, dan pastinya melawan Firman Tuhan. Tidak heran orang-orang seperti ini dapat bersaksi di gereja/jemaat dengan bangganya bahwa ia telah mendapatkan keuntungan dari setoran sejumlah rekanan proyek, dan bahkan mungkin menjadi salah satu penyumbang kolekte/persembahan/persepuluhan di dalam gereja.

Lebih parah lagi jika ada pendeta atau gereja yang melegitimasi kejahatan orang fasik tersebut dengan mengatakan bahwa tindakan orang fasik tersebut dapat dibenarkan asalkan memberikan 10%-nya kepada gereja. Ini adalah sikap kompromistis gereja/pendeta terhadap orang fasik. . Karena kedekatannya dengan pendeta (karena persembahannya paling besar), maka ia dapat menduduki jabatan-jabatan strategis. Bukan tidak mungkin, di gereja-gereja tertentu, orang-orang fasik seperti ini bisa diangkat menjadi majelis, diaken, pengurus, pelayan mimbar, ketua panitia natal, dan lain sebagainya. Hal ini dapat membuat orang fasik tersebut semakin tinggi hati dan seakan-akan telah diberkati dengan limpah oleh Tuhan. Padahal Tuhan yang benar tidak mungkin menyuruh umat-Nya untuk memperoleh berkat dengan cara yang tidak benar.



Bacaan Alkitab: Mazmur 73:8
73:8 Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati.

Mazmur 73 (Ayat 7): Kesalahan yang Menyolok (Mencolok)



Sabtu, 30 Desember 2017
Bacaan Alkitab: Mazmur 73:7
Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan. (Mzm 73:7)


Mazmur 73 (Ayat 7): Kesalahan yang Menyolok (Mencolok)


Saya mencoba mencari arti kata menyolok di dalam kamus besar bahasa Indonesia, dan tidak menemukan kata tersebut. Kemungkinan besar yang dimaksud dengan menyolok ini adalah kata mencolok, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah disempurnakan. Ingat bahwa Alkitab bahasa Indonesia Terjemahan Baru ini selesai disusun pada tahun 1974, dimana saat itu bahasa Indonesia pun masih berkembang dan belum menemukan bentuk yang baku seperti saat ini.

Dalam ayat ini, ada beberapa kata yang akan kita coba lihat dalam bahasa aslinya untuk lebih kita mengerti. Kata kegemukan sendiri dalam bahasa aslinya adalah מֵחֵ֣לֶב (mê·ḥê·leḇ) dari kata dasar חֵ֫לֶב (cheleb) yang dapat diartikan sebagai best (paling baik), fatness (lemak, kegemukan), finest (paling baik, paling enak), grease (lemak, minyak, gemuk), marrow (sumsum, lemak di dalam tulang). Konteks kata cheleb lebih menunjuk kepada lemak, baik lemak manusia (yang menyebabkan orang gemuk) dan juga lemak binatang (yang seringkali merujuk kepada lemak yang dipersembahkan kepada Tuhan dalam ibadah bangsa Israel).

Sementara itu, kata kesalahan dalam bahasa aslinya adalah עֵינֵ֑מוֹ (‘ê·nê·mōw) dari kata dasar עַ֫יִן (ayin) yang secara harafiah memang berarti eye (mata), tetapi juga memiliki banyak makna lain khususnya jika tidak merupakan kata dasar atau digunakan bersama-sama dengan kata lain. Hal ini mirip juga dengan bahasa Indonesia dimana kata mata dapat digabung dengan kata lain sehingga memiliki makna yang berbeda (misal: matahari, mata air, mata batin, dan lain sebagainya). Sebagian besar terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris dan juga Alkitab bahasa Indonesia Terjemahan Lama menggunakan kata mata secara harafiah, tetapi juga ada beberapa terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris yang lebih menekankan kata mata tidak secara harafiah, tetapi lebih kepada mata hati atau mata batin, yaitu sikap hati yang membuat orang melakukan tindakan tertentu (bisa positif maupun negatif). Alkitab bahasa Indonesia Terjemahan Baru ini lebih menekankan kepada mata hati atau mata batin sehingga menggunakan kata kesalahan yang berkonotasi negatif di ayat ini karena memang ayat ini masih membicarakan tentang orang fasik.

Kata menyolok (atau mencolok) itu sendiri dalam bahasa aslinya adalah יָ֭צָא (yā·ṣā) dari kata dasar יָצָא (yatsa) yang secara harafiah dapat diartikan sebagai to go or come out (pergi, keluar). Ini menunjukkan suatu hal yang keluar dari tempat asalnya. Kata ini dapat berbicara secara fisik (seperti orang yang pergi keluar dari rumahnya), atau secara non fisik (misal ide yang keluar dari pikiran seseorang). Dalam hal ini, jika kita membaca bagian pertama dari ayat 7 ini, kita dapat membacanya secara harafiah, yaitu “karena lemak/kegemukan, mata orang fasik itu keluar dari tempatnya (melotot)”, atau dapat juga dimaknai secara batiniah seperti mata batin yang keliru karena kegemukan/kelimpahan, sehingga hal itu berujung pada tindakan yang merupakan represesntasi dari mata batin/pola pikir seseorang”.

Selanjutnya untuk bagian kedua dari ayat ini, kita juga akan belajar dari bahasa aslinya yaitu bahasa Ibrani. Kata hati dalam bahasa aslinya digunakan kata לֵבָב (lebab) yang dapat berarti inner man (batin manusia), mind (pikiran, benak), will (keinginan, kehendak), heart (hati, perasaan). Ini menunjuk kepada apa yang ada di dalam batin manusia, yaitu hati atau jiwa manusia (yang di dalamnya terdapat pikiran, perasaan, dan kehendak). Jiwa atau hati ini tidak ada yang dapat mengetahui selain orang tersebut dan Tuhan. Oleh karena itu, betapa berbahayanya orang yang tidak pernah memperkarakan bagaimana kualitas isi hatinya sendiri, apakah hatinya sudah tulus atau hatinya busuk.

Dalam hal ini orang fasik memiliki hati yang meluap-luap dengan sangkaan. Kata meluap-luap dalam bahasa aslinya adalah עָ֝בְר֗וּ (‘ā·ḇə·rū) dari kata dasar עָבַר (abar) yang secara sederhana berarti alienate (menjauhkan, mengasingkan, memindahkan). Kata abar ini juga dapat memiliki banyak makna tergantung konteks kalimatnya. Secara umum kata abar juga dapat diartikan sebagai pass over (melewati/mengabaikan, seperti arti kata paskah dalam agama Yahudi dimana malaikat Tuhan melewati rumah-rumah milik orang Israel dan tidak membunuh anak sulungnya), through (melalui), by (melalui), pass on (berjalan langsung, tidak berhenti). Dalam Mazmur 73 ayat 7 ini, kata abar bersifat figuratif dimana hal tersebut digambarkan ibarat aliran air (banjir) yang langsung melalui dan melewati apapun yang ada di depannya.

Sementara itu kata sangkaan dalam bahasa aslinya adalah מַשְׂכִּיּ֥וֹת (maś·kî·yō·wṯ) dari kata dasar מַשְׂכִּית (maskith) yang dapat berarti show-piece (barang/benda yang dipamerkan), figure (patung, gambar, sosok, tokoh), imagination (imajinasi, bayangan, khayalan, sangkaan, fantasi), conceit (kesombongan, keangkuhan, kecongkakan). Jadi kata maskith ini dapat bermakna negatif dalam artian adalah bayangan atau imajinasi yang membuat sombong. Dalam hal ini orang fasik menyangka dirinya adalah sosok yang berharga dan terhormat, sehingga ia menjadi sombong, congkak, dan angkuh. Jadi bagian kedua dari ayat ini dapat diartikan bahwa hati orang fasik ini terus menerus menyangka bahwa dirinya adalah sosok yang terhormat, sehingga ia menjadi sombong dan tinggi hati.

Jadi kelimpahan yang dimiliki oleh orang fasik justru tidak menyelamatkan dirinya. Kelimpahan tersebut membuat mata batin mereka menjadi keliru hingga menyebabkan tindakannya juga menjadi keliru. Lebih parah lagi, hati mereka sudah membatu dan tidak dapat membedakan apa yang baik dan yang keliru. Suara hati mereka telah tumpul sehingga mereka tidak dapat mengerti kesalahan mereka. Mereka menganggap diri mereka selalu benar sehingga mereka menjadi angkuh dan congkak. Tidak heran bahwa orang fasik yang sudah sampai ke tahap ini, hampir-hampir tidak mau lagi mendengar khotbah yang menekankan pertobatan, karena mereka merasa diri sudah paling benar, meskipun sebenarnya mereka ternyata masih hidup dalam dosa, kejahatan, dan kenajisan.



Bacaan Alkitab: Mazmur 73:7
73:7 Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan.