Jumat, 31 Agustus 2012

Setia Sampai Akhir


Minggu, 2 September 2012
Bacaan Alkitab: Wahyu 2:8-11
... Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Why 2:10b)


Setia Sampai Akhir


Saya cukup menyukai sepakbola walaupun saya sendiri tidak mahir bermain sepakbola dan saya juga bukan pengamat yang banyak mengerti tentang sepakbola. Klub favorit saya adalah AC Milan yang bermain di Seri A Liga Italia. Memang prestasi klub tersebut tidaklah terlalu bagus dan belakangan justru agak menurun, tetapi saya menemukan satu hal yang unik di klub tersebut, yaitu klub tersebut telah beberapa kali memensiunkan sejumlah nomor punggung bagi para pemain yang telah mengabdikan hidupnya bagi klub tersebut, sebut saja Franco Baresi (no punggung 6), Allesandro Costacurta (no punggung 5), dan Paolo Maldini (no punggung 3). Sejumlah pemain lain yang boleh dikatakan pernah berperan besar mengangkat klub tersebut tidak mendapatkan kehormatan tersebut karena mereka pernah pindah dari klub itu, sebut saja Andriy Shevchenko atau Kaka.

Hal ini menjadi menarik karena memang di era modern seperti saat ini, kesetiaan pun sepertinya menjadi hal yang semakin langka. Dalam olahraga sepakbola misalnya, seorang pemain bisa pindah ke klub lain dengan iming-iming gaji, bonus, dan fasilitas yang lebih baik. Dalam karier misalnya, sudah umum seorang pegawai pindah-pindah pekerjaan untuk mencari gaji atau posisi yang lebih baik. Jika dalam karier memang tidak terlalu masalah, akan tetapi cukup banyak juga orang yang tidak setia dengan isteri atau suaminya karena tergoda oleh orang lain. Hal ini yang tidak diinginkan Tuhan. Oleh karena itu kesetiaan pun termasuk salah satu buah Roh seperti yang ditulis oleh Paulus (Gal 5:22).

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, kita melihat salah satu surat kepada tujuh jemaat, yaitu surat kepada jemaat di kota Smirna (ay. 8). Ada sesuatu yang menarik dalam surat tersebut. Memang semua surat sepertinya sama, yaitu menegur kesalahan jemaat (ay. 9) dan memberikan nasehat kepada jemaat tersebut (ay. 10a). Akan tetapi perhatikan sebuah kalimat di ayat 10b, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”. Kata “setia” diikuti dengan kata “mati”, yang artinya kesetiaan itu akan teruji setelah kita mati. Kita tidak dapat dikatakan setia pada pertengahan hidup kita atau tiga perempat hidup kita. Sama seperti dalam sepakbola, seorang pemain dikatakan setia terhadap suatu klub ketika ia hanya membela klub tersebut hingga gantung sepatu, demikian juga kita akan dikatakan setia oleh Tuhan setelah kita mengakhiri kehidupan kita di dunia ini.

Jika kita didapati menang oleh Tuhan, yaitu mampu setia sampai akhir, kita akan mendapatkan reward dari Tuhan, yaitu jika kita baca di dalam surat ini berarti kita tidak akan menderita oleh kematian yang kedua (ay. 11) . Sama seperti ketika dalam perumpamaan tentang talenta, sang tuan memuji hambanya yang baik dan setia. Tuan tersebut tidak memuji hamba yang setia pada awalnya, tetapi ia memuji hamba yang setia pada akhirnya, yaitu ketika ia datang untuk mengambil talenta yang dulu pernah diberikannya kepada hambanya (Mat 25:21 & 23).

Pertanyaan bagi kita hari ini, apakah kita sudah menjadi orang yang setia? Eits, jangan dijawab dulu, karena kesetiaan kita hanya bisa kita lihat pada akhirnya, bukan pada awal atau bagian tengah kehidupan kita. Lagipula hanya Tuhan yang dapat menilai kesetiaan kita. Akan tetapi, biarlah hal ini menjadi perhatian bagi kita, agar kita bisa hidup dengan kesetiaan di hadapan Tuhan, karena Tuhan kita pun adalah Tuhan yang setia (1 Kor 1:9). Jika Tuhan saja setia, masa iya kita tidak bisa setia? Jika perlu, belajarlah kepada hewan, khususnya anjing yang bisa menjadi teman yang setia bagi manusia. Jika anjing saja bisa setia kepada tuannya, bukankah kita juga seharusnya bisa lebih setia kepada Tuhan kita?


Bacaan Alkitab: Wahyu 2:8-11
2:8 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali:
2:9 Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu -- namun engkau kaya -- dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis.
2:10 Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
2:11 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."

Apa yang Mendorong Kita?


Sabtu, 1 September 2012
Bacaan Alkitab: Ibrani 10:19-25
 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibr 10:24)


Apa yang Mendorong Kita?


Salah satu hal yang saya benci dari bus umum (kecuali bus Trans Jakarta mungkin) dan angkutan kota (angkot) di Jakarta adalah kebiasaan mereka untuk ngetem mencari penumpang. Sebagian besar bus dan angkot di Jakarta biasanya menunggu di tempat-tempat strategis untuk menunggu penumpang. Mereka tidak akan berangkat kecuali tempat duduk sudah terisi penuh atau khususnya bagi bus umum, ada bus lain yang terlihat sudah dekat dan akan menyusul mereka. Jika demikian, bus tersebut yang sebelumnya berjalan pelan-pelan atau berhenti, akan langsung tancap gas dan mengemudi dengan ugal-ugalan agar tidak disusul bus di belakangnya. Jika boleh saya simpulkan, supir bus kota melakukan pekerjaannya bukan karena ia ingin mengantarkan penumpangnya cepat sampai, melainkan karena takut disusul bus belakangnya. Itulah yang mendorong bus itu akhirnya dapat berjalan setelah beberapa waktu lamanya ngetem.

Ketika saya memperhatikan fenomena ini (karena saya cukup sering naik bus kota atau angkot), saya melihat bahwa hal seperti ini juga terjadi dalam kehidupan orang percaya. Apa buktinya? Masih cukup banyak orang percaya yang hidup dalam kondisi stagnan, diam, tidak bergerak, dan tidak maju-maju. Mereka ingin berada di zona nyaman dan tidak mau melakukan hal-hal yang membuat mereka tidak merasa tidak nyaman. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya menurut saya adalah karena mereka memiliki faktor pendorong yang salah dalam kehidupan mereka, khususnya dalam kehidupan rohani mereka.

Bacaan Alkitab kita hari ini mengatakan bahwa dasar dari segala iman dan kepercayaan kita adalah oleh karena pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Dengan pengorbanan Kristus tersebut, kita dapat masuk ke jalan yang baru yaitu masuk tempat kudus (ay. 19-20). Dalam Alkitab, tempat kudus merupakan gambaran tempat di mana Tuhan hadir. Dengan kata lain, Tuhan Yesuslah yang menjadi jalan sehingga kita bisa datang ke hadirat Allah (Yoh 14:6). Yesus telah menjadi Imam Besar bagi kita, untuk memperdamaikan kita yang berdosa ini dengan Allah (Ibr 2:17).

Selanjutnya, setelah kita memiliki keselamatan melalui iman, kita pun tidak boleh hanya bersikap pasif begitu saja. Kita harus memiliki kerinduan untuk selalu datang kepada Allah dan menghadap Allah, karena kita telah disucikan oleh Tuhan (ay. 22). Orang yang belum diperdamaikan oleh Tuhan tentu saja adalah musuh Tuhan, oleh karena itu mereka pasti memiliki ketakutan untuk menghadap Tuhan, sama seperti Adam dan Hawa ketika jatuh dalam dosa lalu bersembunyi ketika Allah datang (Kej 3:8). Akan tetapi kita yang telah diperdamaikan, terlebih telah disucikan Tuhan, kita harus memiliki keberanian untuk datang kepada Tuhan, dan bahkan justru berpegang pada iman dan pengharapan kita tersebut (ay. 23).

Lalu, apakah hal itu sudah cukup untuk mengisi kehidupan kita sebagai orang percaya? Tidak. Masih ada hal lain yang harus kita lakukan yaitu juga mendorong orang lain dalam kasih dan hal-hal baik yang kita lakukan (ay. 24). Kita diselamatkan bukan hanya bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi orang lain agar mereka juga memiliki mengenal keselamatan tersebut. Kita yang sudah ditebus oleh Kristus, tidak boleh hidup bagi diri kita sendiri, tetapi harus hidup bagi Tuhan dan melakukan kehendakNya (2 Kor 5:15). Oleh karena itu, kita pun  tidak boleh melalaikan pertemuan ibadah-ibadah kita, tetapi justru harus semakin sering melakukannya agar kita dapat saling menasihati dan membangun satu sama lain (ay. 25).

Inilah yang seharusnya mendorong setiap orang percaya dalam kehidupan rohaninya. Kita pun perlu memiliki faktor pendorong yang benar, yaitu yang dilandasi oleh kebenaran Firman Tuhan. Jangan sampai kita memiliki mental seperti bus kota, yang harus “diingatkan” atau “diancam” dulu baru mau melangkah di dalam Tuhan. Apa iya kita harus mengalami masalah dulu baru kita berdoa? Atau apa iya kita harus diberi kesusahan oleh Tuhan dulu baru kita datang ke gereja? Siapa yang memerlukan? Kita yang memerlukan Tuhan atau Tuhan yang memerlukan kita? Oleh karena itu, mari kita juga memiliki dasar yang benar, sehingga hal tersebut dapat mendorong kita untuk melakukan apa yang benar sesuai dengan Firman Tuhan.


Bacaan Alkitab: Ibrani 10:19-25
10:19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
10:20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
10:21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
10:23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
10:24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.


Mencari Pasangan Hidup untuk Ishak


Jumat, 31 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Kejadian 24:34-49
 Di sini aku berdiri di dekat mata air ini; kiranya terjadi begini: Apabila seorang gadis datang ke luar untuk menimba air dan aku berkata kepadanya: Tolong berikan aku minum air sedikit dari buyungmu itu, dan ia menjawab: Minumlah, dan untuk unta-untamu juga akan kutimba air, -- dialah kiranya isteri, yang telah TUHAN tentukan bagi anak tuanku itu.” (Kej 24:43-44)


Mencari Pasangan Hidup untuk Ishak


Suka atau tidak suka, saat ini mencari jodoh pun bukan perkara yang gampang. Entah kita adalah orang yang masih lajang dan sedang mencari pasangan hidup, ataukah kita sebagai orang tua yang ingin pasangan yang terbaik bagi anak kita, atau kita adalah hamba Tuhan yang mungkin memiliki jemaat dengan banyak permasalahan tentang pasangan hidup di gereja kita masing-masing. Memang jika dahulu orang tua kita atau kakek nenek kita menganut prinsip 3B yaitu bibit, bebet, dan bobot dalam mencari jodoh. Tetapi Alkitab kita memberikan sebuah contoh yang menurut saya cukup bagus untuk diambil intinya dalam mencari jodoh di zaman sekarang ini, yaitu ketika Abraham mencarikan pasangan hidup untuk Ishak.

Jika kita membaca bacaan Alkitab kita hari ini dan ayat-ayat sebelumnya, kita akan menemukan bahwa Abraham ingin agar Ishak mendapatkan pasangan dari kaum keluarganya (ay. 38), bukan dari daerah Kanaan tempat Abraham dan Ishak tinggal pada saat itu (ay. 37). Padahal jika kita perhatikan Abraham saat itu tinggal di tanah Kanaan sementara kaum keluarganya ada di daerah Mesopotamia (Kej 24:10). Ketika hamba Abraham melakukan apa yang diminta oleh Abraham, ia pun mencari jodoh bagi Ishak. Ketika ia sudah sampai di tempat yang dituju, apa yang dilakukan oleh hamba Abraham? Ia berdoa meminta petunjuk dari Tuhan (ay. 42-44) agar ia Tuhan menunjukkan kepadanya wanita yang Tuhan tunjuk untuk menjadi isteri Ishak.

Setelah meminta, hamba Abraham pun tidak bersikap pasif, melainkan justru ia melakukan tindakan iman yaitu meminta minum kepada gadis yang ada di sana. Ini merupakan tindakan iman karena terkait dengan permintaan yang tadi ia naikkan ke hadapan Tuhan (ay. 45-48). Hamba Abraham tidak meminta kemudian ia berdiam diri saja, melainkan ia melangkah di dalam iman. Ada usaha yang harus dilakukan hamba Abraham tersebut.

Tidak cukup dengan meminta kepada Tuhan dan mengambil tindakan, hamba Abraham juga melakukan konfirmasi kepada Ribka dan keluarganya. Itulah mengapa dalam bacaan Alkitab kita hari ini, kita menemukan bahwa ia pun menceritakan seluruhnya, mulai dari posisinya sebagai hamba Abraham yang kaya raya (ay. 34-35) dan bagaimana Abraham memintanya untuk mencari pasangan hidup bagi anaknya, Ishak (ay. 36). Hamba Abraham menceritakan semuanya, hingga akhirnya tiba pada kesimpulan akhir, yaitu bertanya kepada keluarga Ribka, “Jadi sekarang, apabila kamu mau menunjukkan kasih dan setia kepada tuanku itu, beritahukanlah kepadaku; dan jika tidak, beritahukanlah juga kepadaku, supaya aku tahu entah berpaling ke kanan atau ke kiri” (ay. 49).

Jika kita perhatikan, prinsip ini dalam garis besar dapat kita sebut sebagai prinsip “minta, cari, dan ketuk”, sama seperti apa yang diajarkan Tuhan Yesus dalam Matius 7:7. Walaupun ayat tersebut memang bersifat general dan tidak khusus berbicara tentang mencari pasangan hidup. Akan tetapi justru karena ayat tersebut bersifat general atau umum sehingga prinsip tersebut juga pasti bisa diterapkan dalam kondisi sehari-hari. Khususnya bagi kita yang belum memiliki pasangan hidup, pertama-tama kita harus meminta kepada Tuhan, bukan kepada orang lain apalagi kepada mbah dukun. Kedua kita pun harus mau untuk mencari, dan tentu saja kita harus mencari di tempat yang tepat. Tempat yang paling baik menurut saya adalah gereja atau persekutuan orang percaya, karena kita akan lebih mudah menemukan orang yang seiman di sana. Memang ada banyak orang percaya yang mendapatkan jodoh di sekolah, di kampus, di tempat kerja atau di lingkungannya. Akan tetapi akan jauh lebih baik mencari di tempat yang tepat daripada mencari jodoh di cafe, diskotik, ataupun klub malam bukan? Terakhir, yang ketiga, lakukan konfirmasi sekali lagi, jangan sampai kita merasa bahwa ia adalah jodoh kita, tetapi ia tidak merassakan hal yang sama. Lakukan konfirmasi sehingga kita tidak salah pilih dan kita melangkah dengan tepat, sama seperti Ribka yang menjadi pasangan hidup Ishak.



Bacaan Alkitab: Kejadian 24:34-49
24:34 Lalu berkatalah ia: "Aku ini hamba Abraham.
24:35 TUHAN sangat memberkati tuanku itu, sehingga ia telah menjadi kaya; TUHAN telah memberikan kepadanya kambing domba dan lembu sapi, emas dan perak, budak laki-laki dan perempuan, unta dan keledai.
24:36 Dan Sara, isteri tuanku itu, sesudah tua, telah melahirkan anak laki-laki bagi tuanku itu; kepada anaknya itu telah diberikan tuanku segala harta miliknya.
24:37 Tuanku itu telah mengambil sumpahku: Engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan Kanaan, yang negerinya kudiami ini,
24:38 tetapi engkau harus pergi ke rumah ayahku dan kepada kaumku untuk mengambil seorang isteri bagi anakku.
24:39 Jawabku kepada tuanku itu: Mungkin perempuan itu tidak mau mengikut aku.
24:40 Tetapi katanya kepadaku: TUHAN, yang di hadapan-Nya aku hidup, akan mengutus malaikat-Nya menyertai engkau, dan akan membuat perjalananmu berhasil, sehingga engkau akan mengambil bagi anakku seorang isteri dari kaumku dan dari rumah ayahku.
24:41 Barulah engkau lepas dari sumpahmu kepadaku, jika engkau sampai kepada kaumku dan mereka tidak memberikan perempuan itu kepadamu; hanya dalam hal itulah engkau lepas dari sumpahmu kepadaku.
24:42 Dan hari ini aku sampai ke mata air tadi, lalu kataku: TUHAN, Allah tuanku Abraham, sudilah kiranya Engkau membuat berhasil perjalanan yang kutempuh ini.
24:43 Di sini aku berdiri di dekat mata air ini; kiranya terjadi begini: Apabila seorang gadis datang ke luar untuk menimba air dan aku berkata kepadanya: Tolong berikan aku minum air sedikit dari buyungmu itu,
24:44 dan ia menjawab: Minumlah, dan untuk unta-untamu juga akan kutimba air, -- dialah kiranya isteri, yang telah TUHAN tentukan bagi anak tuanku itu.
24:45 Belum lagi aku habis berkata dalam hatiku, Ribka telah datang membawa buyung di atas bahunya, dan turun ke mata air itu, lalu menimba air. Kataku kepadanya: Tolong berikan aku minum.
24:46 Segeralah ia menurunkan buyung itu dari atas bahunya serta berkata: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum. Lalu aku minum, dan unta-unta itu juga diberinya minum.
24:47 Sesudah itu aku bertanya kepadanya: Anak siapakah engkau? Jawabnya: Ayahku Betuel anak Nahor yang dilahirkan Milka. Lalu aku mengenakan anting-anting pada hidungnya dan gelang pada tangannya.
24:48 Kemudian berlututlah aku dan sujud menyembah TUHAN, serta memuji TUHAN, Allah tuanku Abraham, yang telah menuntun aku di jalan yang benar untuk mengambil anak perempuan saudara tuanku ini bagi anaknya.
24:49 Jadi sekarang, apabila kamu mau menunjukkan kasih dan setia kepada tuanku itu, beritahukanlah kepadaku; dan jika tidak, beritahukanlah juga kepadaku, supaya aku tahu entah berpaling ke kanan atau ke kiri."


Kamis, 30 Agustus 2012

Jangan Membuat Patung


Kamis, 30 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Keluaran 20:4-6
 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.” (Kel 20:4)


Jangan Membuat Patung


Di dunia ini, sepanjang yang saya tahu, saya mencatat hanya ada tiga agama besar (termasuk kekristenan jika boleh digolongkan ke dalam agama) yang tidak terpaku dengan patung-patung yang disembah, yaitu agama Kristen, agama Yahudi, dan agama Islam. Ketiga agama ini pun memang  berasal dari sumber yang sama, yaitu keturunan Abraham, dan memiliki akar yang sama, walau pada ujungnya memiliki pendekatan yang berbeda-beda. Apa yang menarik dari pengamatan saya tersebut, adalah bahwa ada kecenderungan dari manusia untuk membuat patung dari apa yang ia sembah, dan akhirnya “mengkeramatkan” patung tersebut.

Firman Tuhan bahkan sejak Hukum Taurat diberikan kepada orang Israel dengan tegas menempatkan hukum ini di urutan kedua, setelah hukum pertama: “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu” (Kel 20:3). Hukum tidak boleh membuat patung ini diterjemahkan dengan tegas di agama Islam (terutama yang garis keras seperti Taliban) dengan menghancurkan patung-patung peninggalan sejarah di daerah mereka bahkan melarang memajang foto manusia.

Memang saya pikir ada benarnya. Kita sebagai manusia sangat mudah untuk jatuh pada penyembahan berhala, yang mungkin awalnya kita anggap sebagai sebuah patung, foto, atau benda-benda yang cenderung dikeramatkan. Itulah mengapa Allah melarang bangsa Israel sama sekali untuk tidak membuat patung yang menyerupai apapun (ay. 4), baik yang ada di atas (patung Tuhan, malaikat, burung, dan lain sebagainya), yang ada di bumi (manusia, binatang, pohon, dan lain-lain), serta di dalam air (ikan dan sejenisnya). Maksud Tuhan itu baik, agar bangsa Israel tidak sujud menyembah atau beribadah kepadanya (ay. 5a).

Jika kita perhatikan, bangsa Israel hidup di zaman dimana bangsa-bangsa lain di sekitar mereka memiliki allah dalam bentuk patung-patung yang mereka sembah. Tuhan dengan tegas melarang bangsa Israel bersikap sama seperti bangsa-bangsa lain. Kita pun merupakan orang-orang yang dipilih Tuhan, dan dapat dikatakan bahwa kita adalah Israel rohani. Oleh karena itu, kita pun tetap harus melihat apa perintah Tuhan bagi bangsa Israel, dan menerapkan prinsip tersebut dalah hidup kita sehari-hari.

Selain kita yang berprofesi sebagai seniman pematung, barangkali tidak ada di antara kita yang membuat patung. Tetapi tahukah kita, bahwa mungkin saja ada hal-hal lain yang secara tidak sadar kita posisikan sebagai patung dan kita sembah. Contohnya, televisi, artis idola kita, game online, dan lain sebagainya, bukankah hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai “berhala” kita? Berapa jam kita duduk di depan televisi atau di depan komputer bermain game? Bisa-bisa waktu kita untuk hal-hal tersebut mengalahkan waktu kita untuk Tuhan. Atau kita mengikuti tren artis idola kita, sampai-sampai kebiasaan mereka yang buruk pun kita tiru. Bukankah itu juga tidak berkenan di hadapan Tuhan?

Alkitab mengatakan agar kita mengutamakan Tuhan, tidak membuat “saingan” Tuhan dalam kehidupan kita. Jangan sampai hal-hal duniawi mengalahkan hal-hal rohani. Jangan sampai uang dan segala hal di dunia ini mengalahkan Tuhan dalam hati kita. Sudahkah kita menempatkan Tuhan di dalam hodup kita? Bukankah kita harus mengasihi Tuhan sebagai hukum yang terutama (Mat 22:37-38)? Bukankah ketika kita mencari Tuhan terlebih dahulu maka Tuhan akan menambahkan yang lain dan bukan sebaliknya (Mat 6:33)? Ingat bahwa Tuhan adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan hingga keturunan orang-orang yang membenci Tuhan (ay. 5b, tetapi menunjukkan kasih setiaNya kepada orang-orang yang mengasihi Tuhan dan berpegang pada perintah-perintahNya (ay. 6).


Bacaan Alkitab: Keluaran 20:4-6
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.

Senin, 27 Agustus 2012

Disukai Dunia atau Dibenci Dunia?


Rabu, 29 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: Yohanes 15:18-21
 Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” (Yoh 15:19)


Disukai Dunia atau Dibenci Dunia?


Salah seorang hamba Tuhan pernah menyampaikan Firman Tuhan yang berkata bahwa gereja Tuhan haruslah disukai oleh semua orang. Hamba Tuhan tersebut mengambil ayat Alkitab dari Kisah Para Rasul 2:47 yang berbunyi demikian, “sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan”. Memang benar, ayat tersebut tidak salah karena ada di Alkitab. Akan tetapi kita harus melihat konteks lebih luas lagi dari kata-kata “disukai semua orang” tersebut.

Jemaat mula-mula memiliki kebiasaan yang luar biasa, yang mendobrak kebiasaan tradisional yang berlaku di masyarakat Yahudi maupun masyarakat Romawi. Mereka membentuk suatu komunitas yang saling mengasihi satu sama lain. Mereka bahkan mampu menjual barang miliknya kepada orang lain yang membutuhkan. Jika kekristenan bisa dianggap sebagai agama, ajaran agama mana yang mampu mengajarkan pengikutnya untuk melakukan hal seperti itu? Jemaat mula-mula menunjukkan kasih yang luar biasa yang membuat banyak orang tertarik. Anggota jemaat mula-mula pasti disukai semua orang karena mereka pasti murah senyum, bersikap baik kepada semua orang, dan memang hal ini pun sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus sendiri.

Saya setuju dengan prinsip tersebut, tetapi juga jangan lupa penekanan bahwa jemaat atau gereja memang harus disukai orang lain, tetapi  jangan sampai disukai oleh dunia, melainkan justru harus dibenci oleh dunia (ay. 19). Memang definisi dunia ini berbicara tentang keseluruhan orang dunia ini yang hidup dalam hawa nafsu mereka dan tidak mau mengenal Allah. Kalau dunia saja membenci Tuhan Yesus (ay. 18), bagaimana mungkin dunia akan mengasihi kita yang mengikuti ajaran Tuhan Yesus (ay. 20)?

Kadang-kadang ada gereja atau hamba Tuhan yang jarang menyampaikan Firman tentang risiko dibenci oleh dunia karena kita mengikut Kristus. Hal ini akan berbahaya, karena kondisinya sama dengan benih yang ditabur lalu tumbuh di tanah yang bersemak duri. Ketika penindasan dan penganiayaan tiba (oleh dunia yang membenci anak-anak Tuhan), maka mereka pun segera layu dan mati (Mrk 4:16-17). Memang mungkin tidak semua gereja akan mengalami dibakar orang, dirusak orang, dilempari batu, atau hal-hal lainnya, akan tetapi satu hal yang pasti, dunia pasti membenci jemaat Tuhan, karena dunia tidak mengenal Kristus (ay. 21).

Jadi apa yang harus kita lakukan? Kita harus memiliki sikap membenci dunia, tetapi tidak membenci orangnya. Membenci dunia karena prinsip-prinsip dunia memang bertentangan dengan prinsip-prinsip kekristenan. Jangan kita sama seperti Demas, yang pergi meninggalkan Paulus karena lebih mencintai dunia ini (2 Tim 4:10). Di sisi lain, kita tidak boleh membenci orangnya. Kita harus memiliki kasih yang luar biasa kepada orang-orang di sekitar kita, karena mereka mungkin memang belum mengerti tentang jalan kebenaran. Kita harus tetap menjaga kehidupan kita agar kehidupan kita menjadi berkat bagi orang lain, dan orang lain bisa merasakan kasih Kristus dari kehidupan kita. Kita harus mengasihi orang-orang yang belum mengenal Tuhan, tetapi kita tidak boleh kompromi dengan dosa-dosa mereka, atau dengan kebiasaan mereka yang masih belum di dalam Tuhan.

Contoh paling sederhana, apakah ada tetangga di samping rumah kita yang belum percaya Tuhan? Bagaimana cara kita menjadi saksi bagi mereka? Apabila mereka memiliki kebiasaan merokok, apakah kita akan ikut-ikutan merokok sambil mengobrol sana-sini agar mereka bisa mengenal Tuhan? Hati-hati, jangan-jangan justru kita yang ikut tertarik dengan kebiasaan mereka. Jadilah orang-orang yang tegas terhadap dosa, tetapi juga penuh kasih kepada orang-orang yang berdosa. Berdirilah teguh sebagai seorang laki-laki, tetap berjaga-jaga, tetapi tetap memiliki kasih dalam kehidupan kita (1 Kor 16:13-14).


Bacaan Alkitab: Yohanes 15:18-21
15:18 "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.
15:19 Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.
15:20 Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.
15:21 Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.

Pilihan yang Sulit


Selasa, 28 Agustus 2012
Bacaan Alkitab: 1 Tawarikh 21:7-13
 Kemudian datanglah Gad kepada Daud, lalu berkatalah ia kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Haruslah engkau memilih: tiga tahun kelaparan atau tiga bulan lamanya melarikan diri dari hadapan lawanmu, sedang pedang musuhmu menyusul engkau, atau tiga hari pedang TUHAN, yakni penyakit sampar, ada di negeri ini, dan malaikat TUHAN mendatangkan kemusnahan di seluruh daerah orang Israel. Maka sekarang, timbanglah jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku."” (1 Taw 2:11-12)


Pilihan yang Sulit


Ketika pemilihan umum, entah itu pemilihan anggota dewan, pemilihan presiden, pemilihan gubernur, pemilihan bupati, atau pemilihan majelis di gereja kita, bagaimanakah cara kita memilih? Apakah kita hanya asal memilih? Apakah kita melihat dulu dari latar belakang pilihan yang akan kita pilih? Atau apakah kita sudah berdoa dulu sebelum memilih? Lalu bagaimana jika dari sekian banyak pilihan tersebut, ternyata tidak ada yang sreg dengan hati kita? Apakah kita akan bersikap abstain dan tidak memilih daripada memilih tapi tidak sesuai hati nurani? Memang dalam pemilihan umum seperti itu kita masih dapat untuk tidak memilih, lalu bagaimana jika kita dihadapkan pada satu kondisi dimana kita harus terpaksa memilih dan semua pilihan tersebut tidak ada yang mengenakkan?

Daud pernah dihadapkan pada kondisi seperti ini, yang dapat dikatakan dengan istilah makan buah simalakama. Memang hal tersebut juga karena Daud melakukan hal yang jahat di mata Allah (ay. 7), karena ia menghitung orang Israel mengikuti bujukan iblis (1 Taw 21:1). Daud sebenarnya sudah menyesal atas tindakannya. Ia meminta ampun karena ia telah berdosa dan melakukan perbuatan yang bodoh (ay. 8). Akan tetapi bagi Tuhan, dosa yang telah dilakukan tetap memiliki konsekuensi.

Oleh karena itu Tuhan pun berfirman melalui Gad, pelihat Daud (ay. 9). Isi dari Firman Tuhan tersebut intinya adalah Tuhan meminta Daud memilih satu di antara tiga hukuman yaitu: (1) tiga tahun kelaparan, (2) tiga bulan melarikan diri dari hadapan lawan, atau (3) tiga hari penyakit sampar (ay. 10-12). Pilihan yang sangat sulit bukan? Jika kita dihadapkan pada tiga hal tersebut, mana yang akan kita pilih? Apa dasar pilihan kita tersebut?

Daud sendiri dalam keadaan seperti itu memilih pilihan ketiga, yaitu tiga hari penyakit sampar di seluruh negeri Israel (ay. 13). Benarkah pilihan itu? Memang masing-masing pilihan memiliki plus dan minusnya sendiri-sendiri. Pilihan ketiga memang memiliki jangka waktu/durasi yang paling singkat (3 hari), yaitu 1/30 durasi pilihan kedua, dan 1/365 durasi pilihan pertama, walaupun mungkin dari sisi kedashyatan hukuman Tuhan, pilihan ketiga adalah pilihan yang paling mengerikan. Alkitab mencatat bahwa 70 ribu orang Israel tewas karena bencana tersebut (1 Taw 21:14).

Saya sendiri berpikir, mengapa Daud tidak memilih pilihan kedua saja ya? Toh sebenarnya hal itu adalah kesalahannya sendiri, bukan kesalahan orang lain. Akan tetapi ya itulah pilihan Daud. Dari sisi lain, saya memahami alasan Daud memilih pilihan ketiga karena mengharapkan rakyatnya tidak akan menderita terlalu lama. Walaupun demikian, hal ini masih bisa diperdebatkan, dan saya yakin Raja Daud juga memiliki pertimbangan sendiri dalam mengambil keputusan.

Sama seperti Daud, kita juga acap kali dihadapkan pada kondisi seperti itu. Pilihan-pilihan yang ada dalam kehidupan kita mungkin sama-sama sulit. Akan tetapi, di dalam kondisi apapun, tetaplah berdoa kepada Tuhan, meminta hikmat daripadaNya, sehingga kita bisa memilih pilihan yang terbaik walaupun mungkin penuh dengan konsekuensi bagi kita. Ingat bahwa Tuhan adalah seorang arsitek terbaik di dunia ini, Ia memiliki rancangan masa depan yang penuh harapan bagi orang-orang yang bergantung kepadaNya (Yer 29:11).


Bacaan Alkitab: 1 Tawarikh 21:7-13
21:7 Tetapi hal itu jahat di mata Allah, sebab itu dihajar-Nya orang Israel.
21:8 Lalu berkatalah Daud kepada Allah: "Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh."
21:9 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Gad, pelihat Daud:
21:10 "Pergilah, katakanlah kepada Daud: Beginilah firman TUHAN: tiga perkara Kuhadapkan kepadamu; pilihlah salah satu dari padanya, maka Aku akan melakukannya kepadamu."
21:11 Kemudian datanglah Gad kepada Daud, lalu berkatalah ia kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Haruslah engkau memilih:
21:12 tiga tahun kelaparan atau tiga bulan lamanya melarikan diri dari hadapan lawanmu, sedang pedang musuhmu menyusul engkau, atau tiga hari pedang TUHAN, yakni penyakit sampar, ada di negeri ini, dan malaikat TUHAN mendatangkan kemusnahan di seluruh daerah orang Israel. Maka sekarang, timbanglah jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku."
21:13 Lalu berkatalah Daud kepada Gad: "Sangat susah hatiku, biarlah kiranya aku jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab sangat besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia."