Rabu, 30 Juni 2021
Bacaan Alkitab: Lukas
15:11-12
Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata
yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita
yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara
mereka.” (Luk 15:11-12)
Makna Keterhilangan (7): Gambaran Dua Orang
Anak
Sekarang kita akan mulai masuk ke
dalam perumpamaan ketiga mengenai keterhilangan, yaitu perumpamaan mengenai
anak yang hilang. Perumpamaan ini adalah perumpamaan yang terpanjang dari seri
perumpamaan mengenai keterhilangan. Total ada 12 ayat dalam perumpamaan
mengenai anak yang hilang, dibandingkan dengan 4 ayat dalam perumpamaan tentang
domba yang hilang, dan 3 ayat dalam perumpamaan tentang dirham yang hilang.
Namun inti dari perumpamaan ini
tetaplah sama. Ada sesuatu yang dahulu tidak hilang, kemudian hilang, dan
kemudian ditemukan kembali. Barulah ada sukacita karena apa yang hilang telah
ditemukan, yang menunjukkan adanya pertobatan yang benar. Namun perumpamaan
ketiga ini lebih memiliki makna yang dalam karena menggunakan sosok anak
(manusia), dan bukannya hewan (seperti domba yang hilang), atau bahkan benda
mati (seperti dirham yang hilang).
Jika dibandingkan dengan hewan,
tentu manusia punya keunggulan. Di antaranya manusia adalah makhluk yang
memiliki kesadaran akan jati dirinya. Dalam pemahaman mengenai manusia,
Sebagian orang berpendapat bahwa manusia terdiri dari 3 unsur: tubuh, jiwa, dan
roh, sebagaimana ditulis dengan jelas dalam Alkitab bahwa Allah menghembuskan
nafas hidup ke dalam manusia pertama yaitu Adam (Kej 2:7). Selain itu ada pula
ayat Alkitab yang berkata bahwa Allah adalah Bapa segala roh (Ibr 12:9),
sehingga ketika manusia meninggal maka rohnya akan kembali kepada Allah yang
mengaruniakannya (Pkh 12:7).
Penggunaan gambaran mengenai 2
orang anak di sini menunjukkan kutub ekstrem akan 2 jenis manusia pada umumnya,
yang digambarkan sebagai anak sulung dan anak bungsu. Tentu akan ada manusia
yang berada di antara kedua kutub tersebut. Akan tetapi penggunaan kedua contoh
ekstrem tersebut menunjukkan bahwa manusia dengan kehendak bebas yang
dimilikinya, sangat mungkin terjebak dan terjerat pada keinginan yang membinasakan.
Perlahan kita akan melihat bagaimana anak bungsu tersebut menjadi anak yang
terhilang, dan bagaimana anak sulung yang kelihatannya santun, tidak nakal,
tetapi juga ternyata pada akhirnya juga akan terhilang.
Fakta mengenai kehendak bebas ini
terlihat di ayat 12, dimana anak bungsu tersebut datang kepada ayahnya dan meminta
bagian harta milik kita yang menjadi haknya. Perhatikan bahwa pada awalnya
disebutkan harta milik “kita”, yang artiinya adalah milik bersama antara sang ayah,
anak sulung, dan anak bungsu. Akan tetapi, keegoisan anak bungsu membuat ia
berani meminta apa yang menjadi jatahnya bahkan sebelum sang ayah meninggal. Ia
tidak memikirkan tentang “kita”, tetapi semua diukur dari apa yang menjadi
miliknya sendiri.
Jika sang ayah adalah gambaran
Allah Bapa yang sangat menyayangi anak-anak-Nya, maka tindakan anak bungsu yang
meminta jatah miliknya dapat dipandang sebagai suatu “pemberontakan”. Bayangkan
jika kekayaan bersama tersebut dapat kita pandang sebagai suatu “perusahaan bersama/keluarga”,
maka ketika anak bungsu itu meminta haknya, sebenarnya ia hendak memberontak
terhadap ayahnya, dan ingin mendirikan perusahaan atau kerajaannya sendiri,
lepas dari milik ayahnya. Ini adalah suatu keputusan yang sangat fatal, yang
akan kita lihat dalam renungan-renungan kita selanjutnya.
Bacaan Alkitab: Lukas 15:11-12
15:11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian
harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta
kekayaan itu di antara mereka.