Senin, 21 November 2016
Bacaan
Alkitab: Roma 8:19-21
Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah
dinyatakan. (Rm 8:19)
Status Manusia sebagai Anak Allah dalam Perjanjian Baru
(Bagian 8)
Jika kita benar-benar membuktikan
status kita sebagai anak-anak Allah, maka kita akan menerima janji Tuhan yaitu
bahwa suatu saat nanti Tuhan akan menyatakan anak-anak-Nya di dalam kemuliaan.
Hal ini bukanlah omong kosong atau isapan jempol semata, tetapi Alkitab
mengatakan bahwa seluruh makhluk sangat rindu menantikan hari penyataan
anak-anak Allah tersebut (ay. 19). Kata “makhluk” dalam bahasa aslinya adalah ktisis (κτίσις) yang juga dapat diartikan sebagai “ciptaan”. Hal ini dapat
diartikan sebagai manusia dari seluruh ras dan bangsa, yang sangat rindu
melihat bagaimana orang-orang yang pantas disebut anak-anak Allah suatu saat
nanti akan memerintah mereka dalam kekekalan. Tentu saja manusia di sini harus
dipandang sebagai manusia yang memilih untuk hidup benar (walaupun mereka mungkin
bukan orang Kristen atau belum mengenal Injil yang benar).
Perlu disadari bahwa kita harus
memiliki pandangan yang luas dan berjiwa besar dalam hal ini. Kita dapat
melihat bahwa di luar jemaat gereja, kita melihat bahwa masih ada orang-orang
beragama lain yang justru memiiki karakter yang baik bahkan tidak ingin
merugikan atau melukai sesama. Mungkin kita pernah membaca kisah bagaimana ketika
ada bom yang akan diledakkan di salah satu gereja di Indonesia, ada seorang
muslim yang ditugaskan untuk menjaga gereja, lalu membawa keluar bom tersebut
supaya tidak meledak di gereja, walaupun pada akhirnya bom itu meledak dan
membuat orang muslim tersebut meninggal dunia. Apakah orang seperti itu (yang
walaupun bukan orang Kristen, tapi rela mati demi jemaat Tuhan) tidak
diperkenankan masuk dunia yang akan datang? Tentu tanpa bermaksud lebih tahu
daripada Tuhan, saya rasa orang seperti ini dimungkinkan untuk masuk ke dunia
yang akan datang di langit baru dan bumi baru.
Orang-orang seperti itulah yang sungguh
rindu menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Hal ini merujuk kepada
peristiwa dimana Tuhan Yesus akan datang kembali dan mendirikan pemerintahan-Nya
yang kekal. Pada masa itulah, mereka yang sungguh-sungguh berjuang untuk
menjadi anak-anak Allah yang benar, akan memerintah dalam Kerajaan Allah yang
akan dipimpin oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri sebagai Rajanya. Dalam ayat
selanjutnya, dikatakan bahwa seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada
kesia-siaan oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya kepada suatu
pengharapan (ay. 20-21a). Artinya dalam hal ini ada suatu tatanan yang telah
diatur oleh Allah, bahwa peristiwa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, adalah
suatu momen dimana segala sesuatu telah ditundukkan di bawah kaki Tuhan Yesus
Kristus. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, maka Tuhan Yesus memiliki hak
penuh untuk menghakimi manusia menurut perbuatannya, karena kehidupan Tuhan Yesus
selama di dunia ini telah menjadi suatu standar dan acuan tentang bagaimana
seseorang harus hidup.
Oleh karena itu, jika kita membaca
dengan teliti di dalam Alkitab khususnya di Perjanjian Baru, tidak pernah
dikatakan bahwa manusia akan dihakimi menurut imannya, tetapi manusia akan
dihakimi menurut perbuatannya. Tentu dalam hal ini kehidupan Tuhan Yesus di
dunia ini yang mau taat melakukan kehendak Allah sampai mati di kayu salib,
menjadi standar tentang bagaimana manusia harus hidup di dunia ini. Dalam hal
ini, mereka yang mengaku sebagai anak-anak Allah juga harus mampu hidup seperti
Yesus hidup. Oleh karena itu, standar hidup orang yang menyebut dirinya sebagai
orang Kristen tentu jauh lebih berat, karena mereka dituntut untuk boleh
memperagakan cara hidup Tuhan Yesus dalam hidupnya.
Namun demikian, percayalah bahwa bagi
mereka yang sungguh-sungguh mau berjuang untuk menjadi anak-anak Allah yang
sah, akan ada kemuliaan yang menanti di dunia yang akan datang. Kita yang telah
“menang” dalam perjuangan hidup di dunia ini, akan mendapatkan mahkota
kemuliaan, yaitu hak untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Pada saat
itu, kita akan mendapatkan posisi dalam pemerintahan Allah, dan orang-orang
yang semasa hidupnya belum mengenal Tuhan (karena mungkin tidak mendapat
kesempatan mengenal Injil), akan merasakan pemerintahan Allah yang kekal, bukan
sebagai mereka yang memerintah, tetapi sebagai anggota masyarakat di langit
baru dan bumi yang baru. Mereka akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan,
dan mengalami pemerintahan Allah yang adil.
Dalam hal ini, tugas kita sebagai orang
Kristen tentu jauh lebih berat. Kita harus melatih diri kita di dunia ini untuk
dapat menajdi anak-anak Allah yang benar. Kita harus melatih diri kita di dunia
ini untuk mengerti kehendak Allah dengan sempurna. Kita juga harus melatih diri
kita di dunia ini untuk siap memerintah bersama-sama dengan Allah dalam
Kerajaan-Nya yang kekal. Coba kita pikirkan, apakah kita sudah pantas
memerintah bersama-sama dengan Dia, namun hidup kita masih belum dapat mengerti
kehendak-Nya dengan sempurna? Dalam hal ini, kita patut menguji diri kita
dengan sungguh-sungguh. Jika orang-orang non Kristen yang berkarakter baik
(yang “hanya” akan menjadi anggota masyarakat saja) menantikan pemerintahan
Tuhan yang kekal, bukankah kita (yang disetting Tuhan untuk menjadi anggota
keluarga Kerajaan Tuhan) juga harus menantikan hari penyataan Tuhan Yesus
Kristus tersebut?
Bacaan
Alkitab: Roma 8:19-21
8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak
Allah dinyatakan.
8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan
oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,
8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan
dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan
kemuliaan anak-anak Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.