Kamis, 23 Januari 2020

Pornos dan Moichos (51): Gambaran si “Pelacur Besar”


Kamis, 23 Januari 2020
Bacaan Alkitab: Wahyu 17:3-5
Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi." (Why 17:4-5)


Pornos dan Moichos (51): Gambaran si “Pelacur Besar”


Setelah dalam ayat sebelumnya kita sudah mulai memahami siapa yang dimaksud dengan si “pelacur besar” tersebut, maka kita akan masuk lebih dalam pada gambaran yang diberikan Yohanes kepada jemaat mengenai “pelacur besar” ini. Dalam konteks ini, Rasul Yohanes kemudian dibawa dalam roh oleh malaikat ke padang gurun, supaya Yohanes dapat melihat sendiri gambaran si “pelacur besar tersebut” (ay. 3a). Perlu kita pahami bahwa dalam Alkitab, padang gurun selalu berbicara mengenai tempat yang tidak nyaman, khususnya bagi umat Tuhan atau orang percaya. Hal ini juga dapat memberikan gambaran bagaimana si “pelacur besar” ini menguasai bumi ini dan membuat orang percaya seharusnya tidak lagi merasa nyaman di bumi ini.

Dalam penglihatannya, Rasul Yohanes melihat seorang perempuan (yaitu si pelacur besar ini) duduk di atas seekor binatang yang berwarna merah ungu, yang penuh dengan tulisan nama-nama hujat (ay. 3b). Dalam bahasa aslinya, sebenarnya perempuan itu bertahta (kathémai/κάθημαι) di atas seekor binatang yang berwarna merah ungu (atau merah kirmizi). Jadi “pelacur besar” ini sebenarnya memiliki spirit yang sama dengan binatang, dimana kata binatang dalam kitab Wahyu menggambarkan suatu kekuatan yang melawan kekuatan ilahi yang dimiliki oleh Allah Bapa. Jika dalam ayat 1-2 digunakan kata “pelacur besar” karena merupakan ucapan malaikat kepada Yohanes, maka di ayat 3 dan seterusnya lebih banyak digunakan kata “perempuan” karena ditulis dari sudut pandang Rasul Yohanes sendiri. Kedua kata itu dalam konteks pasal 17 ini merujuk pada hal yang sama.

Salah satu ciri dari “pelacur besar” ini adalah semangatnya untuk selalu melawan jalan kebenaran dan kerajaan surga. Penggunaan warna merah ungu atau merah kirmizi (Bahasa Inggris: scarlet; Bahasa Yunani: kokkinos/κόκκινος) dalam ayat ini juga memiliki makna yang cukup penting. Kemungkinan besar pada zaman itu, ada warna-warna tertentu yang merujuk pada maksud tertentu saat digunakan. Sebagai contoh, warna ungu atau kain warna ungu merujuk pada kekayaan karena harga kain warna ungu pada waktu itu cukup mahal mengingat cara pembuatannya yang cukup sulit (bandingkan Luk 16:19, Kis 16:14). Sementara warna merah kirmizi atau scarlet ini merujuk pada tindakan amoral seperti percabulan.

Jika kita melihat makna percabulan dalam ayat-ayat sebelumnya, kita akan tahu bahwa percabulan dapat bersifat rohani dan tidak hanya jasmani. Hal ini sejalan juga dengan binatang itu yang memiliki nama-nama hujat, yang dapat berarti merendahkan, melawan atau menentang Allah. Jadi jelas bahwa binatang ini tidak akan pernah mau tunduk di bawah kekuasaan dan pemerintahan Allah. Mereka akan selalu mencoba melawan Allah dan menyeret manusia untuk ikut melawan Allah.

Dalam ayat selanjutnya juga dikatakan bahwa binatang itu memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk (ay. 3c). Sangat mungkin ini juga bermakna simbolis, karena cukup aneh jika dipikir ada tujuh kepala dan sepuluh tanduk. Bagaimana membagi sepuluh tanduk pada tujuh kepala? Apakah ada kepala yang mendapat empat tanduk dan lainnya hanya satu? Ataukah ada tiga kepala yang mendapatkan dua tanduk dan yang lain hanya satu?

Pertanyaan ini akan membingungkan jika dipandang secara harafiah. Namun jika melihatnya sebagai suatu simbol yang hendak disampaikan oleh Rasul Yohanes kepada jemaat pada waktu itu, kita akan lebih mudah mengerti. Alkitab jelas menulis bahwa ketujuh kepala melambangkan tujuh kerajaan, sudah ada lima yang sudah ada dan sudah jatuh, yang satu ada (kemungkinan kerajaan Romawi), dan satu lagi belum ada (Why 17:9-10). Kesepuluh tanduk melambangkan sepuluh raja yang akan memerintah (dalam sudut pandang Rasul Yohanes pada masa itu) (Why 17:12-13). Tentu banyak orang yang menebak-nebak apakah kerajaan ketujuh itu, dan siapa sepuluh raja yang dimaksud. Tetapi alangkah bijaknya jika kita cukup mengerti inti maksud penyampaian tersebut supaya orang percaya berhati-hati karena kuasa kegelapan tidak akan tinggal diam menyerang umat pilihan Tuhan.

Dikatakan bahwa perempuan itu memakain kain ungu (gambaran kemewahan) dan kain kirmizi (kata yang sama digunakan dalam ayat 3 dan 4 yaitu kokkinos yang merujuk pada tindakan amoral atau percabulan), yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara (yang menggambarkan kekayaan, kekuasaan dan kehormatan dalam dunia) (ay. 4a). Jadi “pelacur besar” ini memiliki spirit yang selalu mengagung-agungkan tiga hal di atas: kemewahan, percabulan, dan kekayaan/kekuasaan. Inilah yang ditawarkan oleh “pelacur besar” ini kepada para penduduk bumi termasuk orang percaya. Dan jika kita mau jujur, di masa sekarang ini, sudah banyak manusia yang memandang ketiga hal itu sebagai tujuan hidup. Mereka sibuk mengejar harta, kekayaan, kemewahan, bahkan percabulan dan tidak peduli lagi mengenai kebenaran.

Dikatakan pula bahwa perempuan ini memegang suatu cawan emas yang penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya (ay. 4b). Kata “cawan” dalam ayat ini menggunakan kata potérion (ποτήριον) yang berarti cawan, gelas, cawan anggur. Kata ini juga digunakan dalam Alkitab Perjanjian Baru, misalnya: secangkir air sejuk (Mat 10:42), atau cawan yang digunakan dalam adat Yahudi (Mat 23:25-26). Namun kata potérion ini paling banyak digunakan dalam merujuk pada cawan yang digunakan dalam perjamuan terakhir oleh Yesus dan murid-murid-Nya serta dalam perjamuan kudus yang dilakukan oleh jemaat mula-mula.

Oleh karena itu, penggunaan kata “cawan emas” dalam kitab Wahyu ini menggambarkan bagaimana si perempuan atau “pelacur besar” tersebut mencoba meniru apa yang diajarkan Tuhan Yesus. Jika Tuhan Yesus menggunakan cawan dalam perjamuan dan mengajarkan kepada para murid-Nya untuk mengingat kematian-Nya, maka perempuan pelacur besar ini menggunakan cawan juga, tetapi cawan emas. Tuhan Yesus tidak pernah menyebutkan spesifikasi cawannya, dan menurut saya pastilah yang digunakan bukan cawan emas tetapi cawan biasa.

Cawan emas menggambarkan suatu kemewahan yang mungkin terlihat indah dari luar. Sementara itu konsep cawan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus merujuk kepada penderitaan (Mat 20:22-23). Tuhan Yesus juga berkata bahwa setiap kali kita memakan roti dan meminum dari cawan (melambangkan perjamuan kudus), maka kita memberitakan kematian Tuhan (1 Kor 11:26). Itulah sebabnya perjamuan kudus harus dimaknai sebagai komitmen untuk ikut mengambil bagian dalam penderitaan Tuhan Yesus, bukan hanya sekedar suatu “liturgi” untuk mengklaim janji Tuhan akan berkat dan kesembuhan, mengingat Tuhan Yesus sendiri tidak pernah mengajarkan hal demikian.

Justru kekayaan, kelimpahan, kehormatan, serta segala kenikmatan dunia itulah yang ditawarkan oleh si perempuan atau pelacur besar tersebut. Ia menawarkannya dalam cawan emas (yang terlihat menarik dan mewah dari luar), tetapi di dalamnya penuh dengan segala kekejian dan kenajisan dalam percabulannya. Ini mungkin sejajar dengan apa yang dilakukan oleh orang Farisi yang lebih suka membersihkan bagian luar cawan tetapi bagian dalamnya penuh dengan hal-hal yang buruk (Mat 23:25-26).

Kata “percabulan” dalam ayat 26 ini menggunakan kata porneia (πορνεία) sama seperti yang digunakan dalam ayat 2 pada pasal 17 ini. Kita tentu dapat mengerti bahwa spirit percabulan rohani ini disembunyikan begitu rupa dalam cawan emas yang terlihat menarik dari luar. Orang yang tidak mengenal Allah dengan benar tentu merasa mereka sudah hidup dengan benar karena sudah melakukan segala macam liturgi atau syariat agama yang mereka yakini. Padahal mungkin saja itu adalah cawan emas yang hanya terlihat indah dari luar, tetapi dalamnya penuh dengan kebusukan dan kenajisan. Orang percaya yang tidak hidup dalam kebenaran mungkin saja bisa tertipu dengan segala macam kegiatan-kegiatan di gereja yang nampak baik dan indah dari luar, tetapi di dalamnya hampa. Ingat bahwa “pelacur besar” ini selalu melawan Allah, dan akan menggunakan segala macam cara untuk menyesatkan manusia, termasuk dengan meniru kebenaran dengan penuh tipu daya.

Dalam ayat selanjutnya kita melihat bagaimana pada dahi perempuan itu tertulis suatu nama, yaitu suatu rahasia: “Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi(ay. 5). Kata “dahi” dalam ayat ini menggunakan kata metópon (μέτωπον) yang hanya digunakan sebanyak 8 kali, semuanya dalam kitab Wahyu. Kata ini digunakan untuk hal merujuk kepada tanda binatang yang ditulis di dahi orang-orang yang menyembah binatang tersebut (Why 13:16, 14:9, 17:5, 20:4) dan juga merujuk kepada meterai Allah yang ditaruh di dahi orang-orang kudus yang menyembah Allah (Why 7:3, 9:4, 14:1, 22:4).

Hal ini menunjukkan bahwa kuasa kegelapan selalu mencoba untuk meniru kebenaran supaya banyak orang terperdaya dan tersesat mengikuti jalan yang salah. Meskipun banyak orang (termasuk saya dahulu) menyangka tanda di dahi ini adalah semacam barcode, chip, implant, dan teknologi lainnya yang akan digunakan oleh antikristus, tapi saat ini saya percaya bahwa ini lebih merujuk kepada siapa pihak yang disembah oleh manusia. Apakah antikristus (dengan segala kekayaan, kehormatan, dan kenikmatan dunia yang ditawarkan) ataukah Tuhan Yesus (dengan standar hidup kesucian yang tinggi, kekudusan, dan kesempurnaan dalam melakukan kehendak Bapa).

Itulah sebabnya, Rasul Yohanes mencoba mengungkap bahwa perempuan atau pelacur besar (yang menggambarkan spirit kuasa kegelapan untuk mempengaruhi orang dengan segala kenikmatan dunia) memiliki nama yang tertulis di dahinya. Hal ini mungkin adalah sebuah rahasia yang masih tersembunyi bagi Rasul Yohanes dan orang-orang yang hidup di zaman itu. Tentu pada masa itu sudah ada orang-orang jahat. Namun pengaruh kekayaan dan kenikmatan dunia belum mencapai puncaknya seperti yang terjadi di masa sekarang ini, dimana hampir semua orang mengejar segala kekayaan dan kenikmatan dunia, yaitu percintaan dengan dunia ini (1 Yoh 2:16-17). Dalam hal ini mungkin saja berlaku bahwa di masa-masa akhir, akan banyak rahasia yang disingkapkan, karena orang jahat akan semakin bertambah jahat, sementara orang benar akan semakin disucikan dan dimurnikan (Dan 12:8-10, Why 22:10-12).

Dalam nama yang disingkapkan oleh Rasul Yohanes itu digunakan kalimat “Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi” (ay. 5b). Kata “besar” di sini menggunakan kata yang sama dengan di ayat 1, yang merujuk pada kekuasaan yang besar. Kata “Babel” sendiri sering digunakan untuk merujuk suatu pemerintahan yang melawan pemerintahan Allah, sama seperti bangsa Babel yang memerangi bangsa Yehuda yang merupakan bangsa pilihan Allah di dalam Perjanjian Lama.

Sementara itu, digunakan pula kata “ibu dari wanita-wanita pelacur”. Kata pelacur dalam ayat ini menggunakan kata porné (πόρνη), yang berarti “pelacur wanita, perempuan cabul” yang juga digunakan dalam ayat 1. Jelas bahwa dalam ayat 5 ini Rasul Yohanes hendak menekankan bahwa apa yang ia lihat di padang gurun ini adalah benar sebagaimana gambaran yang disampaikan oleh malaikat di ayat 1. Jika dikatakan bahwa ia adalah ibu dari wanita-wanita pelacur, maka ini menggambarkan betapa segala tindakan percabulan bersumber atau diawali dari perempuan itu. Tentu jika percabulan dipandang juga sebagai percabulan rohani, maka ini pastilah merujuk kepada spirit kuasa kegelapan atau spirit iblis yang mencoba menyesatkan manusia dari jalan yang benar.

Kalimat terakhir yaitu “kekejian bumi” merujuk pada kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di bumi, atau kejahatan yang hendak diperkenalkan kepada para penduduk bumi. Kata ini juga digunakan di ayat 4 yang menunjukkan isi dari cawan emas yang dipegang perempuan ini. Jelas bahwa ini adalah dosa dan kesalahan manusia yang mengikuti jalan si perempuan pelacur besar ini. Jadi sosok perempuan atau pelacur besar ini adalah ibu dari wanita-wanita pelacur dan juga ibu dari segala kekejian di bumi ini. Begitu besar spirit kuasa kegelapan ini yang hendak menyeret manusia ke dalam hawa nafsu yang membinasakan. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu hati-hati dan berjaga-jaga akan spirit ini.



Bacaan Alkitab: Wahyu 17:3-5
17:3 Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
17:4 Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.
17:5 Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.