Minggu, 30
Agustus 2020
Bacaan Alkitab: Lukas 15:3-4
Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau
ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh
sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia
menemukannya? (Luk 15:3)
Makna Keterhilangan (2): Milik Kepunyaan yang
Hilang
Setelah kita
belajar mengenai latar belakang peristiwa, dimana orang Farisi dan ahli Taurat
bersungut-sungut melihat orang-orang berdosa mendengarkan pemberitaan Injil
oleh Tuhan Yesus, maka kita akan mulai masuk ke dalam pembahasan mengenai
keterhilangan. Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan yang pertama tentang
keterhilangan dengan menggunakan gambaran domba yang hilang. Perhatikan bahwa
Lukas menulis ucapan Tuhan Yesus ini ditujukan kepada mereka (ay. 3). Siapakah mereka
yang dimaksud? Apakah kepada orang Farisi dan ahli Taurat sebagaimana disebut
di ayat 2? Ataukah kepada para pemungut cukai dan orang berdosa yang datang
kepada Yesus sebagaimana disebut di ayat 1? Ataukah kepada kedua kelompok tersebut?
Saya sendiri lebih cenderung berpendapat bahwa seri perumpamaan ini ditujukan
kepada kedua kelompok, karena pada awalnya para pemungut cukai dan orang
berdosa sudah datang dahulu, barulah ada kelompok orang Farisi dan ahli Taurat
yang bersungut-sungut.
Perumpamaan tentang domba yang hilang itu dimulai dengan perkataan “Siapakah di antara kamu yang mempunyai serratus ekor domba…” (ay. 4a). Ini dapat merujuk kepada domba secara harafiah, yaitu orang-orang Yahudi yang biasa mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus. Namun, jumlah 100 domba ini mungkin dirasa terlalu banyak untuk kebanyakan orang Yahudi pada waktu itu. Hal ini dapat pula merujuk kepada kelompok mereka yang lebih kaya dan memiliki lebih banyak domba(bisa jadi kepada para pemungut cukai, atau bahkan kepada orang Farisi dan ahli Taurat yang pada umumnya lebih terhormat, dan sangat mungkin lebih kaya dari kebanyakan orang pada umumnya).
Dari sudut pandang yang lain, domba di sini dapat berarti domba secara figuratif. Ini berarti orang Farisi dan ahli Taurat yang lebih memahami hukum Taurat, dipandang menjadi “gembala” dan orang Yahudi awam (yang bukan imam, atau bukan pengajar) adalah domba-dombanya. Hal ini dapat dipandang lebih masuk akal mengingat orang Farisi dan ahli Taurat sangat rajin untuk menyebarkan Taurat dan berusaha menjadikan orang non Yahudi untuk masuk ke dalam kelompok orang Yahudi (dengan cara mengikuti baptisan proselit dan disunat) (bandingkan dengan Mat 23:15).
Jika kita menggunakan konsep yang kedua ini, maka kita dapat mengerti bagaimana orang Yahudi sangat mempertahankan murid-murid mereka (yaitu domba-domba mereka). Jika ada murid-murid yang “hilang” atau “mundur”, sangat besar kemungkinan bahwa murid yang hilang itu akan dicari sampai ketemu. Hal ini karena orang Yahudi (apalagi orang Farisi dan ahli Taurat) sangat fanatik dengan agama Yahudi dan hukum Taurat mereka.
Tuhan Yesus menunjukkan bahwa jika ada 100 domba dan ada seekor domba yang hilang, maka sang gembala akan mencari satu domba yang hilang dan sesat itu sampai ia menemukannya (ay. 4c). Bahkan demi satu domba yang hilang itu, 99 domba lain pun akan ditinggalkan di padang gurun (ay. 4b). Domba ini hilang bukan karena disengaja oleh sang gembala, tetapi karena pilihan dari domba yang sesat itu sendiri.
Namun meskipun domba itu tersesat dan hilang karena kesalahannya sendiri, sang gembala memilih untuk mencari domba yang hilang itu dan meninggalkan 99 ekor domba lainnya yang tidak terhilang. Mereka yang tidak terhilang dipandang dapat menjaga diri mereka sendiri, sehingga dapat ditinggalkan, atau mungkin dititipkan ke gembala lainnya. Ingat bahwa ini merupakan gambaran domba dan gembala yang selain dapat dimaknai secara harafiah maupun figuratif. Sang gembala akan mencari domba yang tersesat itu sampai ia menemukannya kembali.
Oleh karena itu kesimpulan yang dapat kita tarik dari bacaan Alkitab kita hari ini adalah bahwa domba yang hilang itu adalah domba milik sang gembala. Domba yang hilang bukanlah domba yang tidak termasuk kawanan. Hilang berarti tidak berada di tempat yang seharusnya (akan kita lihat lagi dalam perumpamaan yang kedua). Namun sesuatu tidak dapat dikatakan sebagai barang yang hilang jika sebelumnya ia tidak termasuk dalam kelompok milik kepunyaan sang gembala.
Siapakah yang dimaksud dengan Tuhan Yesus terhadap mereka yang hilang? Tentu semua manusia adalah milik Allah, karena roh yang ada di dalam diri manusia adalah roh yang berasal dari Allah sendiri (Ibr 12:9, Yak 4:5). Oleh karena itu, secara hukum, Allah berhak untuk mencari domba milik-Nya yang hilang sampai menemukannya. Apakah ada kemungkinan bahwa domba yang hilang itu tidak ditemukan? Sebenarnya faktanya bisa saja. Jika domba hilang itu dimakan binatang buas, misalnya. Akan tetapi, sang gembala tetap mencari domba tersebut selama domba itu masih hidup dan masih bisa ditemukan untuk dikembalikan kepada kawanan milik kepunyaannya. Hal ini menunjukkan bahwa status hak milik dapat membuat orang rela melakukan apa saja untuk memperolehnya kembali (selama domba tersebut masih hidup dan tidak mati).
Oleh karena itu, sebenarnya, selagi masih ada waktu, kita masih memiliki kesempatan untuk ditemukan oleh Sang Gembala Agung. Persoalannya, seberapa jauh kita terhilang dan seberapa rindu kita untuk kembali ke kawanan sebagai milik kepunyaan Gembala kita? Ingat bahwa kita sebenarnya adalah milik Allah yang sudah ditebus oleh-Nya dan sudah tidak memiliki hidup kita sendiri (1 Ptr 1:18). Oleh karena itu hendaknya kita sadar supaya jangan sampai kita terhilang dan tersesat, apalagi dengan sengaja menghilangkan dan menyesatkan diri sendiri dari pandangan Gembala Agung kita.
Bacaan Alkitab: Lukas 15:3-4
15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan
jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan
puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia
menemukannya?