Senin, 19 Oktober 2020

Makna Keterhilangan (5): Milik Kepunyaan-Nya

 Senin, 19 Oktober 2020

Bacaan Alkitab: Lukas 15:8

"Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?" (Luk 15:8)


Makna Keterhilangan (5): Milik Kepunyaan-Nya

 

Dalam kisah perumpamaan yang pertama yaitu tentang domba yang hilang, memang disebutkan bahwa domba-domba dalam kisah tersebut merupakan milik seseorang, yang dalam hal ini Tuhan Yesus menunjuk salah satu di antara mereka sebagai orang-orang yang memiliki domba tersebut (Luk 15:4). Dalam perumpamaan kedua ini, Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan mengenai sepuluh dirham yang dimiliki oleh seorang perempuan (ay. 8a). Jika dalam perumpamaan pertama, Tuhan Yesus menggunakan gambaran seorang laki-laki (pemilik domba), maka dalam perumpamaan yang kedua, Tuhan Yesus menggunakan gambaran seorang perempuan yang mempunyai sepuluh dirham.

Jelas bahwa uang atau keeping dirham bukanlah benda hidup seperti domba yang dapat memiliki kehendak bebas untuk menjauh dari sang gembala atau pemilik domba. Uang dirham adalah benda mati, yang sebenarnya tidak bisa keluar atas kemauannya sendiri dari dompet atau tempat penyimpanan uang. Jadi, mengapa Tuhan Yesus menggunakan dirham ini dalam perumpamaannya? Bukankah orang bisa tersesat/terhilang karena kemauannya sendiri? Bagaimana dengan uang dirham?

Jika kita mau jujur membaca dan memahami perumpamaan kedua ini, kita akan melihat bahwa perumpamaan yang kedua ini adalah semacam pengulangan dari perumpamaan yang pertama. Meskipun demikian, tentu ada pelajaran rohani penting yang dapat kita petik dari perumpamaan kedua ini. Dalam perumpamaan yang kedua, memang tetap ada penekanan mengenai keterhilangan, yaitu satu uang dirham yang hilang dari 10 yang dimiliki oleh perempuan tersebut (ay. 8b). Dalam hal ini, terdapat penekanan bahwa sesuatu yang hilang adalah sesuatu yang tidak berada di tempat yang semestinya. Uang yang hilang adalah uang yang tidak ada di dompet atau tempat penyimpanan. Dan uang yang hilang itu bukanlah uang milik orang lain, tetapi memang benar-benar milik si perempuan tersebut.

Uang dirham adalah uang Yunani yang nilainya hampir setara dengan uang dinar Romawi. Jika demikian, nilainya kira-kira sama dengan upah seorang pekerja selama satu hari untuk menghidupi keluarganya. Sangat mungkin bahwa inilah “tabungan” si perempuan untuk menghidupi rumah tangganya selama 10 hari ke depan. Jika uang dirham itu hilang, maka dapat dikatakan bahwa perempuan tersebut akan menemukan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan selama satu hari. Karena “tabungan” perempuan tersebut tidaklah terlalu besar (hanya untuk 10 hari), maka satu dirham itu pun berharga.

Perempuan itu mengenal berapa uang yang ada di dompetnya, sama seperti Allah yang mengenal milik-milik kepunyaan-Nya (2 Tim 2:19). Jadi ia tahu ketika dirham itu terjatuh dan hilang karena sudah tidak ada di tempat yang seharusnya. Perempuan tersebut kemudian menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya. Bagi sebagian kita, kita akan berpikir, “Halah, demi satu dirham saja sampai harus menyalakan pelita dan menyapu rumah untuk mencari. Lebay deh”. Bagi kita yang kaya, upah sehari (katakanlah Rp100.000) mungkin tidak terlalu berharga. Tetapi bagi mereka yang hidup pas-pasan, mendapatkan upah harian dari hari ke hari, maka upah sehari itu sangat berharga. Tentulah perempuan itu akan berusaha sekeras mungkin mencari uang dirham yang kecil itu, sampai ketemu. Ia akan mencari hingga ke sudut rumah hingga menemukan uang dirham yang hilang tersebut.

Sama seperti uang dirham itu sangat berharga bagi si perempuan dalam perumpamaan yang kedua, demikianlah kita juga sangat berharga di pemandangan Allah (Yes 43:4). Meskipun ayat di dalam kitab Yesaya tersebut konteksnya adalah umat pilihan Allah dalam Perjanjian Lama yaitu bangsa Israel, namun dalam konteks lebih luas kita pun tetap berharga karena kita memiliki roh yang kekal, yang berasal dari Allah, Bapa segala roh (Ibr 12:9). Itulah sebabnya Allah mengingini roh yang ada di dalam diri kita dengan cemburu (Yak 4:5). Kata cemburu di sini menunjuk kerinduan Bapa agar setiap manusia (dengan roh yang kekal di setiap diri manusia) dapat diselamatkan, sehingga roh manusia tersebut dapat kembali kepada Bapa. Akan tetapi, tentu hal ini tidak berarti bahwa Allah lalu “menurunkan standar” dan semua orang lalu diselamatkan. Keselamatan adalah cuma-cuma, tetapi respon manusia terhadap anugerah keselamatan itu tidaklah gratis. Manusia perlu meresponi anugerah keselamatan yang ditawarkan Allah dengan tindakan iman yang proporsional

 

 

Bacaan Alkitab: Lukas 15:8

15:8 "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.