Jumat, 23 Desember 2016

Status Manusia sebagai Anak Allah dalam Perjanjian Baru (Bagian 10)



Jumat, 23 Desember 2016
Bacaan Alkitab: Roma 9:22-26
Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: "Kamu ini bukanlah umat-Ku," di sana akan dikatakan kepada mereka: "Anak-anak Allah yang hidup." (Rm 9:26)


Status Manusia sebagai Anak Allah dalam Perjanjian Baru (Bagian 10)


Masih dalam pembahasan mengenai anak-anak Allah dalam Perjanjian Baru, hari ini kita akan membahas salah satu ayat yang cukup sulit untuk ditafsirkan. Jika kita hanya membaca sepintas, kita melihat bahwa Allah itu sudah menentukan orang-orang yang akan binasa atau masuk neraka (ay. 22). Akan tetapi, jika kita mau mencoba untuk membedah lebih dalam, kita akan tahu bahwa Allah itu adalah Allah yang maha adil. Ia harus menunjukkan murka kepada mereka yang binasa. Kata “disiapkan” dalam bahasa aslinya adalah “katartizó” (καταρτίζω) yang tidak hanya diartikan sebagai “to prepare” (disiapkan), tetapi juga “to fit for” (cocok). Dengan demikian, kita tidak dapat mengartikan bahwa Allah memang sudah menentukan dari semula siapa yang akan binasa dan siapa yang tidak binasa, tetapi ada porsi manusia untuk meresponi kasih karunia Allah tersebut. 

Mereka yang mendengar Injil namun tidak meresponi Injil dengan benar, mereka adalah orang-orang yang sudah “cocok” untuk binasa (ay. 22). Sebaliknya mereka yang tidak memiliki kesempatan mendengar Injil namun mau hidup menurut standar kasih universal (tentunya dengan kasih yang tulus dan tidak pura-pura/munafik), maka mereka akan memiliki kesempatan untuk “dipersiapkan” masuk ke dalam kemuliaan (ay. 23). Kita tidak dapat memandang ayat 22 dan ayat 23 secara dangkal dan sepintas saja, bahwa Allah memilih sebagian orang untuk binasa (walaupun mereka sudah berusaha untuk hidup benar), dan memilih sebagian orang untuk diselamatkan (walaupun hidup mereka berantakan). Dalam hal ini kita harus melihat contoh orang-orang Yahudi yang sebenarnya adalah mereka yang mendapatkan kesempatan emas untuk boleh mengenal Allah yang benar, tetapi pada akhirnya mereka menolak Tuhan Yesus yang datang sebagai Juruselamat Dunia. 

Apakah mereka yang menyalibkan Tuhan Yesus akan masuk surga karena mereka orang Yahudi? Bukankah dalam hal ini jelas belas kasihan Tuhan yang memberikan kesempatan kepada bangsa-bangsa lain termasuk kita untuk boleh mengenal kebenaran Injil dan berjuang untuk boleh mengenakan Injil tersebut dalam kehidupan kita masing-masing (ay. 23-24). Oleh karena itu, jika dalam Perjanjian Lama fokus Firman Tuhan hanyalah kepada bangsa Yahudi (keturunan Yakub), maka di Perjanjian Baru, fokus Firman Tuhan adalah keselamatan bagi semua orang yang mau percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat (Yoh 3:16). Setelah kedatangan Tuhan Yesus di dunia ini, di hadapan Tuhan tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Non Yahudi. Semua sama dan akan dihakimi menurut sikapnya terhadap Injil, apakah memilih untuk menerima Injil (yang artinya juga hidup berpadanan dengan Injil), ataukah menolak Injil (yang artinya hidup bertentangan dengan Injil atau menjadi seteru salib Kristus). Satu-satunya standar dalam Perjanjian Baru adalah kehidupan Kristus. Kristus telah membuktikan hidupnya dengan taat sempurna kepada kehendak Bapa, dan untuk itulah kita harus berjuang juga membuktikan hidup kita dengan melakukan kehendak Bapa dengan sempurna dalam kehidupan kita masing-masing.

Jadi, jika dalam Perjanjian Lama dikesankan bahwa Allah memilih bangsa Israel sebagai kekasih-Nya, dan menunjukkan berbagai tanda dan mujizat bagi bangsa Israel, serta seakan-akan Allah memusuhi bangsa-bangsa lain yang ada di sekitar bangsa Israel, maka di Perjanjian Baru tidaklah demikian. Semua bangsa dikasihi Allah sepanjang mereka mau melakukan kehendak-Nya. Oleh karena itu, perkataan nabi Hosea patut direnungkan sebagai nubuatan yang digenapi di Perjanjian Baru, yaitu yang bukan umat-Ku akan disebut umat-Ku, dan yang bukan kekasih: sebagai kekasih (ay. 25).

Oleh karena itu kita harus menyadari posisi kita bahwa jika kita mengacu kepada standar Perjanjian Lama (yaitu perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel), kita tidak termasuk dalam hitungan sebagai umat Tuhan. Namun jika kita mengacu kepada standar Perjanjian Baru, ketika Tuhan Yesus mati untuk menebus dosa dunia, maka kita saat ini juga merupakan umat pilihan, yaitu orang-orang yang diberi kesempatan untuk mengenal kehidupan Yesus Kristus, supaya kita juga dapat mengenakan kehidupan-Nya dalam hidup kita di dunia ini.

Oleh karena itu, tidaklah heran jika Alkitab menulis bahwa Tuhan Yesus telah menjadi pokok keselamatan (Ibr 5:9) yang dalam bahasa aslinya menggunakan kata “aitios” (αἴτιος). Kata tersebut dapat diartikan sebagai penulis atau penggubah (author/composer). Artinya Tuhan Yesus telah menjalani hidup di dunia ini dengan sempurna dan tanpa cacat cela sedikitpun. Oleh karena itu, setiap orang yang percaya kepada-Nya harus mampu mengenakan jejak-Nya, mengenakan kehidupan-Nya, dan memiliki pikiran dan perasaan-Nya. Standar bagi kita yang hidup di masa Perjanjian Baru adalah Kristus, dimana semua orang telah mendengar tentang hidup Kristus akan dihakimi menurut standar Kristus.

Itulah ciri anak-anak Allah yang sejati, yaitu orang-orang yang mau hidup menurut jejak Anak Allah yang Tunggal yaitu Yesus Kristus di dunia ini. Jika kita mengaku diri sebagai anak-anak Allah, maka kita harus hidup sama seperti Kristus, yang adalah Anak Allah, hidup. Tanpa itu, semuanya adalah omong kosong belaka. Oleh karena itu, kita harus menghayati benar-benar perbedaan antara sudut pandang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Menurut Perjanjian Lama, kita bukanlah umat pilihan (karena umat pilihan di Perjanjian Lama hanyalah bangsa Israel/Yahudi). Akan tetapi, menurut Perjanjian Baru, kita adalah umat pilihan, yaitu mereka yang mau berjuang untuk memantaskan diri sebagai anak-anak Allah yang hidup (ay. 26). Sudahkah kita menghidupi status kita yang luar biasa tersebut?



Bacaan Alkitab: Roma 9:22-26
9:22 Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan --
9:23 justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan,
9:24 yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain,
9:25 seperti yang difirmankan-Nya juga dalam kitab nabi Hosea: "Yang bukan umat-Ku akan Kusebut: umat-Ku dan yang bukan kekasih: kekasih."
9:26 Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: "Kamu ini bukanlah umat-Ku," di sana akan dikatakan kepada mereka: "Anak-anak Allah yang hidup."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.