Selasa, 02 Oktober 2012

Garam atau hanya “Seperti Garam”?



Sabtu, 8 September 2012
Bacaan Alkitab: Lukas 14:34-35
Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?” (Luk 14:34)


Garam atau hanya “Seperti Garam”?


Siapa tidak kenal garam? Saya rasa semua di antara kita pasti pernah merasakan kegunaan garam. Garam memiliki fungsi utama untuk mengasinkan. Makanan tanpa garam akan menjadi hambar. Garam juga bisa berfungsi untuk mengawetkan makanan. Garam juga bisa berfungsi untuk melembutkan (biasanya digunakan dalam industri penyamakan kulit). Alkitab juga mengatakan bahwa garam juga bisa digunakan sebagai pupuk (ay. 35a). Dengan begitu banyak fungsi garam, menarik melihat bagaimana Yesus menganalogikan kehidupan orang percaya seperti garam.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita adalah garam dunia (Mat 5:13). Esensi dari garam adalah asin, walaupun garam juga bisa berfungsi lain sebagaimana telah saya sebutkan di atas. Jadi, ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita adalah garam dunia, sebenarnya Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa kita pun harus dapat memiliki karakter “asin” dalam hidup kita. Dunia ini sudah merupakan dunia yang tawar, hal-hal duniawi sudah begitu banyak mempengaruhi kehidupan kita sehingga lambat laun tanpa kita sadari, “keasinan” hidup kita sebagai orang percaya sudah semakin samar-samar.

Bacaan Alkitab kita hari ini berkata bahwa kita sebagai garam tidak boleh menjadi tawar (ay. 34). Garam adalah garam, yang memiliki sifat asin. Jika benda yang berbentuk seperti garam bisa sampai menjadi tawar, maka sudah pasti benda tersebut tersebut hanya “seperti garam”, dan bukan “garam yang sejati”. Kita sebagai anak-anak Tuhan adalah garam yang sejati, bukan karena kita, melainkan karena Tuhan telah menetapkan kita sebagai garam itu sendiri. Oleh karena itu, sebagai garam dunia kita harus senantiasa memiliki rasa asin itu dan mampu mengasinkan dunia di sekeliling kita. Garam yang baik adalah garam yang mampu larut ke dalam masakan, dan mengasinkan seluruh masakan. Garam yang tidak baik adalah garam yang hanya “ngumpul” saja dan tidak mengasinkan seluruh masakan.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami peranan kita. Kita harus mampu menjadi garam di manapun kita berada. Kita harus mampu memberikan pengaruh positif kepada orang-orang di sekitar kita sehingga hidup kita benar-benar menjadi saksi-saksi yang memuliakan Tuhan melalui setiap kehidupan kita. Jika kita tidak dapat memberikan pengaruh positif kepada lingkungan sekitar kita, maka apa lagi guna kita? Apa bedanya kita dengan orang lain yang tidak memberikan pengaruh positif? Bukankah kita sama seperti “benda seperti garam” yang tidak asin dan tidak berguna lagi? Dari luar kita seperti orang Kristen yang taat beribadah, yang beriman, dan lain sebagainya, tetapi perilaku kita justru tidak memberikan dampak positif, atau justru malah memberi dampak negatif bagi orang lain

Mari kita instropeksi diri kita. Tuhan memilih kita dan menjadikan kita sebagai anak-anakNya, agar orang lain juga dapat merasakan Tuhan melalui kehidupan kita. Tuhan ingin agar kita menjadi saluran berkatNya, yang memuliakan Tuhan dan membuat orang lain juga memuliakan Tuhan. Jika saat ini kita masih belum menyadari peranan kita, sudah saatnya kita meminta ampun kepada Tuhan, dan berkomitmen untuk hidup berkenan di hadapan Tuhan, dan hidup untuk memuliakan Tuhan. Jadilah garam dunia yang benar dan sejati, dan bukan hanya “seperti garam” yang tidak berguna.



Bacaan Alkitab: Lukas 14:34-35
14:34 Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
14:35 Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.