Jumat, 20 Februari 2015

Dampak Negatif Poligami



Sabtu, 21 Februari 2015
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:1-8
Tetapi madunya (Penina) selalu menyakiti hatinya supaya ia (Hana) gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya. (1 Sam 1:6)


Dampak Negatif Poligami


Poligami. Satu kata yang sering kali diperdebatkan, tidak hanya di kalangan non-Kristen tetapi juga di kalangan Kristen sendiri. Beberapa orang Kristen menganut paham bahwa karena banyak tokoh-tokoh Alkitab yang berpoligami (sebut saja Abraham, Daud, Salomo, dan lain sebagainya) maka sesungguhnya Tuhan tidak melarang laki-laki berpoligami. Mereka bahkan berkata bahwa Tuhan Yesus sendiri pun tidak pernah melarang orang untuk berpoligami.

Saya sendiri tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa poligami itu tidak dibolehkan. Mengapa demikian? Karena pada awalnya Tuhan menciptakan satu Hawa untuk satu Adam. Tuhan tidak menciptakan banyak Hawa untuk satu Adam. Dan kita manusia yang hidup di dunia ini setelah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, juga harus menyadari posisi kita yang penuh dosa dan kelemahan. Kita harus mengerti bahwa Tuhan Yesus mati di kayu salib adalah untuk menebus dosa-dosa kita dan membuat kita mampu berjalan mengikuti jejak Tuhan di dunia ini.

Kita harus dikembalikan kepada rancangan Tuhan yang semula seperti di taman Eden sebelum manusia jatuh dalam dosa. Oleh karena itu, kita yang lahir di masa Perjanjian Baru, harus betul-betul memegang hal itu sehingga hidup kita boleh menjadi hidup yang berkenan bahkan sempurna di hadapan Bapa di Surga.

Terkait dengan Poligami, saya mengambil satu contoh dalam Alkitab Perjanjian Lama. Contoh ini bukan saya gunakan untuk membenarkan praktek Poligami (karena jika Poligami itu benar dan sesuai standar Allah, maka saya yakin Yesus pasti sudah berpoligami juga). Alkitab menulis contoh tentang seorang laki-laki dari Efraim yang bernama Elkana (ay. 1). Elkana memiliki dua orang isteri yang sah, yang pertama bernama Hana, yang kedua bernama Penina. Alkitab menulis bahwa Penina memiliki anak tetapi Hana tidak memiliki anak (ay. 2).

Dari ayat 2 tersebut saya mengambil kesimpulan saya sendiri bahwa kemungkinan besar Elkana ini sudah menikah dengan Hana tetapi mereka tidak memiliki anak. Karena anak (keturunan) adalah hal yang sangat penting bagi orang Israel pada masa itu (dan bahkan juga penting bagi sejumlah suku/kebudayaan di masa sekarang ini), akhirnya Elkana mengambil isteri kedua (isteri muda) yang bernama Penina. Kebetulan Elkana ini bisa memiliki keturunan dari Penina, isteri mudanya tersebut.

Saya yakin Elkana sudah mencoba bertindak seadil mungkin kepada kedua isterinya. Ketika mereka datang ke rumah Tuhan di kota Silo untuk beribadah dan mempersembahkan korban setiap tahunnya, Elkana membagi-bagi korban persembahannya per orang, dimana Penina mendapatkan banyak bagian (karena anak-anak yang dilahirkan Penina), sementara Hana hanya satu bagian saja (karena Hana tidak melahirkan anak bagi Elkana) (ay. 3-4).

Hana tahu bahwa Elkana suaminya sangat mengasihinya (ay. 5), dan Elkana berusaha untuk tetap seadil mungkin kepada kedua isterinya. Akan tetapi ternyata persoalan di rumah tangga mereka tidak hanya berhenti sampai di situ. Memang setiap rumah tangga pasti memiliki persoalan dan masalahnya sendiri-sendiri. Tetapi masalah yang dialami Hana adalah ketika madunya (Penina) selalu membuatnya gusar (ay. 6). Saya yakin yang dimaksud di sini adalah Penina senantiasa mengejek bahwa Hana tidak dapat memberikan keturunan kepada suaminya, sehingga suaminya pasti lebih sayang kepada Penina.

Hal tersebut membuat Hana sangat sedih. Bahkan ketika setiap tahun mereka sekeluarga datang ke Rumah Tuhan dan mempersembahkan korban, Penina senantiasa menyakiti hati Hana (ay. 7). Suatu hari raya yang sebetulnya adalah momen untuk para keluarga bersukacita, tidak dapat dirasakan oleh Hana karena kesedihannya itu. Meskipun Elkana suaminya mencoba untuk menenangkannya dan menghiburnya (ay. 8), tetapi Hana tetap sedih karena kondisinya yang tidak dapat memberi anak bagi suaminya.

Memang pada akhirnya nanti Tuhan membela Hana dengan cara memberi anak yang dinamakan Samuel untuk menghapus kesedihan Hana. Akan tetapi kita melihat di sini bahwa poligami tidak memberikan “kesenangan” kepada seorang suami, tetapi justru memberikan “kesedihan” bagi para isteri, khususnya isteri-isteri yang dimadu. Bahkan saya berani berkata bahwa poligami hanya memberikan “kesenangan” sesaat kepada si suami karena pada akhirnya, dia sendiri akan direpotkan oleh segala macam permasalahan yang terjadi. Belum lagi harus menafkahi lebih dari satu isteri dan anak-anak yang banyak, permasalahan harta warisan, dan lain sebagainya

Oleh karena itu sebagai anak-anak Tuhan yang hidup dalam kebenaran, kita mesti menyadari betul tentang hal ini dan menolak prinsip Poligami, Poliandri, dan sebagainya. Kita harus mengerti bahwa Tuhan menciptakan satu orang pasangan hidup bagi kita. Oleh sebab itu janji nikah kita di gereja adalah mengasihi isteri satu-satunya (bagi suami) atau mengasihi suami satu-satunya (bagi isteri), sampai maut memisahkan kita. Jika Tuhan sudah memisahkan suami atau isteri kita dengan kematian, memang sesungguhnya adalah hak kita untuk menikah kembali (bahkan kita juga masih boleh memilih untuk tetap melajang sepanjang sisa umur kita). Tetapi di luar alasan itu, kita hanya boleh memiliki satu pasangan yang sah di hadapan Tuhan. Bagi saya, tidak ada kompromi tentang hal ini.



Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:1-8
1:1 Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim.
1:2 Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.
1:3 Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas.
1:4 Pada hari Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya, dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian.
1:5 Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah menutup kandungannya.
1:6 Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya.
1:7 Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.
1:8 Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"


Sabtu, 21 Februari 2015
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:1-8
Tetapi madunya (Penina) selalu menyakiti hatinya supaya ia (Hana) gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya. (1 Sam 1:6)

Dampak Negatif Poligami

Poligami. Satu kata yang sering kali diperdebatkan, tidak hanya di kalangan non-Kristen tetapi juga di kalangan Kristen sendiri. Beberapa orang Kristen menganut paham bahwa karena banyak tokoh-tokoh Alkitab yang berpoligami (sebut saja Abraham, Daud, Salomo, dan lain sebagainya) maka sesungguhnya Tuhan tidak melarang laki-laki berpoligami. Mereka bahkan berkata bahwa Tuhan Yesus sendiri pun tidak pernah melarang orang untuk berpoligami.
Saya sendiri tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa poligami itu tidak dibolehkan. Mengapa demikian? Karena pada awalnya Tuhan menciptakan satu Hawa untuk satu Adam. Tuhan tidak menciptakan banyak Hawa untuk satu Adam. Dan kita manusia yang hidup di dunia ini setelah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, juga harus menyadari posisi kita yang penuh dosa dan kelemahan. Kita harus mengerti bahwa Tuhan Yesus mati di kayu salib adalah untuk menebus dosa-dosa kita dan membuat kita mampu berjalan mengikuti jejak Tuhan di dunia ini.
Kita harus dikembalikan kepada rancangan Tuhan yang semula seperti di taman Eden sebelum manusia jatuh dalam dosa. Oleh karena itu, kita yang lahir di masa Perjanjian Baru, harus betul-betul memegang hal itu sehingga hidup kita boleh menjadi hidup yang berkenan bahkan sempurna di hadapan Bapa di Surga.
Terkait dengan Poligami, saya mengambil satu contoh dalam Alkitab Perjanjian Lama. Contoh ini bukan saya gunakan untuk membenarkan praktek Poligami (karena jika Poligami itu benar dan sesuai standar Allah, maka saya yakin Yesus pasti sudah berpoligami juga). Alkitab menulis contoh tentang seorang laki-laki dari Efraim yang bernama Elkana (ay. 1). Elkana memiliki dua orang isteri yang sah, yang pertama bernama Hana, yang kedua bernama Penina. Alkitab menulis bahwa Penina memiliki anak tetapi Hana tidak memiliki anak (ay. 2).
Dari ayat 2 tersebut saya mengambil kesimpulan saya sendiri bahwa kemungkinan besar Elkana ini sudah menikah dengan Hana tetapi mereka tidak memiliki anak. Karena anak (keturunan) adalah hal yang sangat penting bagi orang Israel pada masa itu (dan bahkan juga penting bagi sejumlah suku/kebudayaan di masa sekarang ini), akhirnya Elkana mengambil isteri kedua (isteri muda) yang bernama Penina. Kebetulan Elkana ini bisa memiliki keturunan dari Penina, isteri mudanya tersebut.
Saya yakin Elkana sudah mencoba bertindak seadil mungkin kepada kedua isterinya. Ketika mereka datang ke rumah Tuhan di kota Silo untuk beribadah dan mempersembahkan korban setiap tahunnya, Elkana membagi-bagi korban persembahannya per orang, dimana Penina mendapatkan banyak bagian (karena anak-anak yang dilahirkan Penina), sementara Hana hanya satu bagian saja (karena Hana tidak melahirkan anak bagi Elkana) (ay. 3-4).
Hana tahu bahwa Elkana suaminya sangat mengasihinya (ay. 5), dan Elkana berusaha untuk tetap seadil mungkin kepada kedua isterinya. Akan tetapi ternyata persoalan di rumah tangga mereka tidak hanya berhenti sampai di situ. Memang setiap rumah tangga pasti memiliki persoalan dan masalahnya sendiri-sendiri. Tetapi masalah yang dialami Hana adalah ketika madunya (Penina) selalu membuatnya gusar (ay. 6). Saya yakin yang dimaksud di sini adalah Penina senantiasa mengejek bahwa Hana tidak dapat memberikan keturunan kepada suaminya, sehingga suaminya pasti lebih sayang kepada Penina.
Hal tersebut membuat Hana sangat sedih. Bahkan ketika setiap tahun mereka sekeluarga datang ke Rumah Tuhan dan mempersembahkan korban, Penina senantiasa menyakiti hati Hana (ay. 7). Suatu hari raya yang sebetulnya adalah momen untuk para keluarga bersukacita, tidak dapat dirasakan oleh Hana karena kesedihannya itu. Meskipun Elkana suaminya mencoba untuk menenangkannya dan menghiburnya (ay. 8), tetapi Hana tetap sedih karena kondisinya yang tidak dapat memberi anak bagi suaminya.
Memang pada akhirnya nanti Tuhan membela Hana dengan cara memberi anak yang dinamakan Samuel untuk menghapus kesedihan Hana. Akan tetapi kita melihat di sini bahwa poligami tidak memberikan “kesenangan” kepada seorang suami, tetapi justru memberikan “kesedihan” bagi para isteri, khususnya isteri-isteri yang dimadu. Bahkan saya berani berkata bahwa poligami hanya memberikan “kesenangan” sesaat kepada si suami karena pada akhirnya, dia sendiri akan direpotkan oleh segala macam permasalahan yang terjadi. Belum lagi harus menafkahi lebih dari satu isteri dan anak-anak yang banyak, permasalahan harta warisan, dan lain sebagainya
Oleh karena itu sebagai anak-anak Tuhan yang hidup dalam kebenaran, kita mesti menyadari betul tentang hal ini dan menolak prinsip Poligami, Poliandri, dan sebagainya. Kita harus mengerti bahwa Tuhan menciptakan satu orang pasangan hidup bagi kita. Oleh sebab itu janji nikah kita di gereja adalah mengasihi isteri satu-satunya (bagi suami) atau mengasihi suami satu-satunya (bagi isteri), sampai maut memisahkan kita. Jika Tuhan sudah memisahkan suami atau isteri kita dengan kematian, memang sesungguhnya adalah hak kita untuk menikah kembali (bahkan kita juga masih boleh memilih untuk tetap melajang sepanjang sisa umur kita). Tetapi di luar alasan itu, kita hanya boleh memiliki satu pasangan yang sah di hadapan Tuhan. Bagi saya, tidak ada kompromi tentang hal ini.

Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:1-8
1:1 Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim.
1:2 Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.
1:3 Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas.
1:4 Pada hari Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya, dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian.
1:5 Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah menutup kandungannya.
1:6 Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya.
1:7 Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.
1:8 Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.