Sabtu, 21 Februari
2015
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:1-8
Tetapi madunya
(Penina) selalu menyakiti hatinya supaya ia (Hana) gusar, karena TUHAN telah
menutup kandungannya. (1 Sam 1:6)
Dampak Negatif
Poligami
Poligami. Satu kata yang sering kali
diperdebatkan, tidak hanya di kalangan non-Kristen tetapi juga di kalangan Kristen
sendiri. Beberapa orang Kristen menganut paham bahwa karena banyak tokoh-tokoh
Alkitab yang berpoligami (sebut saja Abraham, Daud, Salomo, dan lain
sebagainya) maka sesungguhnya Tuhan tidak melarang laki-laki berpoligami.
Mereka bahkan berkata bahwa Tuhan Yesus sendiri pun tidak pernah melarang orang
untuk berpoligami.
Saya sendiri tetap berpegang teguh pada
prinsip bahwa poligami itu tidak dibolehkan. Mengapa demikian? Karena pada
awalnya Tuhan menciptakan satu Hawa untuk satu Adam. Tuhan tidak menciptakan
banyak Hawa untuk satu Adam. Dan kita manusia yang hidup di dunia ini setelah
Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, juga harus menyadari posisi kita yang penuh
dosa dan kelemahan. Kita harus mengerti bahwa Tuhan Yesus mati di kayu salib adalah
untuk menebus dosa-dosa kita dan membuat kita mampu berjalan mengikuti jejak Tuhan
di dunia ini.
Kita harus dikembalikan kepada rancangan
Tuhan yang semula seperti di taman Eden sebelum manusia jatuh dalam dosa. Oleh
karena itu, kita yang lahir di masa Perjanjian Baru, harus betul-betul memegang
hal itu sehingga hidup kita boleh menjadi hidup yang berkenan bahkan sempurna
di hadapan Bapa di Surga.
Terkait dengan Poligami, saya mengambil satu
contoh dalam Alkitab Perjanjian Lama. Contoh ini bukan saya gunakan untuk
membenarkan praktek Poligami (karena jika Poligami itu benar dan sesuai standar
Allah, maka saya yakin Yesus pasti sudah berpoligami juga). Alkitab menulis
contoh tentang seorang laki-laki dari Efraim yang bernama Elkana (ay. 1).
Elkana memiliki dua orang isteri yang sah, yang pertama bernama Hana, yang
kedua bernama Penina. Alkitab menulis bahwa Penina memiliki anak tetapi Hana
tidak memiliki anak (ay. 2).
Dari ayat 2 tersebut saya mengambil
kesimpulan saya sendiri bahwa kemungkinan besar Elkana ini sudah menikah dengan
Hana tetapi mereka tidak memiliki anak. Karena anak (keturunan) adalah hal yang
sangat penting bagi orang Israel pada masa itu (dan bahkan juga penting bagi
sejumlah suku/kebudayaan di masa sekarang ini), akhirnya Elkana mengambil
isteri kedua (isteri muda) yang bernama Penina. Kebetulan Elkana ini bisa memiliki
keturunan dari Penina, isteri mudanya tersebut.
Saya yakin Elkana sudah mencoba bertindak
seadil mungkin kepada kedua isterinya. Ketika mereka datang ke rumah Tuhan di
kota Silo untuk beribadah dan mempersembahkan korban setiap tahunnya, Elkana membagi-bagi
korban persembahannya per orang, dimana Penina mendapatkan banyak bagian
(karena anak-anak yang dilahirkan Penina), sementara Hana hanya satu bagian
saja (karena Hana tidak melahirkan anak bagi Elkana) (ay. 3-4).
Hana tahu bahwa Elkana suaminya sangat
mengasihinya (ay. 5), dan Elkana berusaha untuk tetap seadil mungkin kepada
kedua isterinya. Akan tetapi ternyata persoalan di rumah tangga mereka tidak
hanya berhenti sampai di situ. Memang setiap rumah tangga pasti memiliki
persoalan dan masalahnya sendiri-sendiri. Tetapi masalah yang dialami Hana
adalah ketika madunya (Penina) selalu membuatnya gusar (ay. 6). Saya yakin yang
dimaksud di sini adalah Penina senantiasa mengejek bahwa Hana tidak dapat
memberikan keturunan kepada suaminya, sehingga suaminya pasti lebih sayang
kepada Penina.
Hal tersebut membuat Hana sangat sedih.
Bahkan ketika setiap tahun mereka sekeluarga datang ke Rumah Tuhan dan
mempersembahkan korban, Penina senantiasa menyakiti hati Hana (ay. 7). Suatu
hari raya yang sebetulnya adalah momen untuk para keluarga bersukacita, tidak
dapat dirasakan oleh Hana karena kesedihannya itu. Meskipun Elkana suaminya
mencoba untuk menenangkannya dan menghiburnya (ay. 8), tetapi Hana tetap sedih
karena kondisinya yang tidak dapat memberi anak bagi suaminya.
Memang pada akhirnya nanti Tuhan membela Hana
dengan cara memberi anak yang dinamakan Samuel untuk menghapus kesedihan Hana.
Akan tetapi kita melihat di sini bahwa poligami tidak memberikan “kesenangan”
kepada seorang suami, tetapi justru memberikan “kesedihan” bagi para isteri, khususnya
isteri-isteri yang dimadu. Bahkan saya berani berkata bahwa poligami hanya
memberikan “kesenangan” sesaat kepada si suami karena pada akhirnya, dia
sendiri akan direpotkan oleh segala macam permasalahan yang terjadi. Belum lagi
harus menafkahi lebih dari satu isteri dan anak-anak yang banyak, permasalahan
harta warisan, dan lain sebagainya
Oleh karena itu sebagai anak-anak Tuhan yang
hidup dalam kebenaran, kita mesti menyadari betul tentang hal ini dan menolak
prinsip Poligami, Poliandri, dan sebagainya. Kita harus mengerti bahwa Tuhan
menciptakan satu orang pasangan hidup bagi kita. Oleh sebab itu janji nikah
kita di gereja adalah mengasihi isteri satu-satunya (bagi suami) atau mengasihi
suami satu-satunya (bagi isteri), sampai maut memisahkan kita. Jika Tuhan sudah
memisahkan suami atau isteri kita dengan kematian, memang sesungguhnya adalah
hak kita untuk menikah kembali (bahkan kita juga masih boleh memilih untuk
tetap melajang sepanjang sisa umur kita). Tetapi di luar alasan itu, kita hanya
boleh memiliki satu pasangan yang sah di hadapan Tuhan. Bagi saya, tidak ada
kompromi tentang hal ini.
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:1-8
1:1 Ada seorang
laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin
Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim.
1:2 Orang ini
mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina;
Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.
1:3 Orang itu
dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan
mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi
imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas.
1:4 Pada hari
Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya, dan
kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian.
1:5 Meskipun ia
mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah
menutup kandungannya.
1:6 Tetapi
madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup
kandungannya.
1:7 Demikianlah
terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina
menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.
1:8 Lalu Elkana,
suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa
engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga
bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"
Sabtu, 21 Februari
2015
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:1-8
Tetapi madunya
(Penina) selalu menyakiti hatinya supaya ia (Hana) gusar, karena TUHAN telah
menutup kandungannya. (1 Sam 1:6)
Dampak Negatif
Poligami
Poligami. Satu kata yang sering kali
diperdebatkan, tidak hanya di kalangan non-Kristen tetapi juga di kalangan Kristen
sendiri. Beberapa orang Kristen menganut paham bahwa karena banyak tokoh-tokoh
Alkitab yang berpoligami (sebut saja Abraham, Daud, Salomo, dan lain
sebagainya) maka sesungguhnya Tuhan tidak melarang laki-laki berpoligami.
Mereka bahkan berkata bahwa Tuhan Yesus sendiri pun tidak pernah melarang orang
untuk berpoligami.
Saya sendiri tetap berpegang teguh pada
prinsip bahwa poligami itu tidak dibolehkan. Mengapa demikian? Karena pada
awalnya Tuhan menciptakan satu Hawa untuk satu Adam. Tuhan tidak menciptakan
banyak Hawa untuk satu Adam. Dan kita manusia yang hidup di dunia ini setelah
Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, juga harus menyadari posisi kita yang penuh
dosa dan kelemahan. Kita harus mengerti bahwa Tuhan Yesus mati di kayu salib adalah
untuk menebus dosa-dosa kita dan membuat kita mampu berjalan mengikuti jejak Tuhan
di dunia ini.
Kita harus dikembalikan kepada rancangan
Tuhan yang semula seperti di taman Eden sebelum manusia jatuh dalam dosa. Oleh
karena itu, kita yang lahir di masa Perjanjian Baru, harus betul-betul memegang
hal itu sehingga hidup kita boleh menjadi hidup yang berkenan bahkan sempurna
di hadapan Bapa di Surga.
Terkait dengan Poligami, saya mengambil satu
contoh dalam Alkitab Perjanjian Lama. Contoh ini bukan saya gunakan untuk
membenarkan praktek Poligami (karena jika Poligami itu benar dan sesuai standar
Allah, maka saya yakin Yesus pasti sudah berpoligami juga). Alkitab menulis
contoh tentang seorang laki-laki dari Efraim yang bernama Elkana (ay. 1).
Elkana memiliki dua orang isteri yang sah, yang pertama bernama Hana, yang
kedua bernama Penina. Alkitab menulis bahwa Penina memiliki anak tetapi Hana
tidak memiliki anak (ay. 2).
Dari ayat 2 tersebut saya mengambil
kesimpulan saya sendiri bahwa kemungkinan besar Elkana ini sudah menikah dengan
Hana tetapi mereka tidak memiliki anak. Karena anak (keturunan) adalah hal yang
sangat penting bagi orang Israel pada masa itu (dan bahkan juga penting bagi
sejumlah suku/kebudayaan di masa sekarang ini), akhirnya Elkana mengambil
isteri kedua (isteri muda) yang bernama Penina. Kebetulan Elkana ini bisa memiliki
keturunan dari Penina, isteri mudanya tersebut.
Saya yakin Elkana sudah mencoba bertindak
seadil mungkin kepada kedua isterinya. Ketika mereka datang ke rumah Tuhan di
kota Silo untuk beribadah dan mempersembahkan korban setiap tahunnya, Elkana membagi-bagi
korban persembahannya per orang, dimana Penina mendapatkan banyak bagian
(karena anak-anak yang dilahirkan Penina), sementara Hana hanya satu bagian
saja (karena Hana tidak melahirkan anak bagi Elkana) (ay. 3-4).
Hana tahu bahwa Elkana suaminya sangat
mengasihinya (ay. 5), dan Elkana berusaha untuk tetap seadil mungkin kepada
kedua isterinya. Akan tetapi ternyata persoalan di rumah tangga mereka tidak
hanya berhenti sampai di situ. Memang setiap rumah tangga pasti memiliki
persoalan dan masalahnya sendiri-sendiri. Tetapi masalah yang dialami Hana
adalah ketika madunya (Penina) selalu membuatnya gusar (ay. 6). Saya yakin yang
dimaksud di sini adalah Penina senantiasa mengejek bahwa Hana tidak dapat
memberikan keturunan kepada suaminya, sehingga suaminya pasti lebih sayang
kepada Penina.
Hal tersebut membuat Hana sangat sedih.
Bahkan ketika setiap tahun mereka sekeluarga datang ke Rumah Tuhan dan
mempersembahkan korban, Penina senantiasa menyakiti hati Hana (ay. 7). Suatu
hari raya yang sebetulnya adalah momen untuk para keluarga bersukacita, tidak
dapat dirasakan oleh Hana karena kesedihannya itu. Meskipun Elkana suaminya
mencoba untuk menenangkannya dan menghiburnya (ay. 8), tetapi Hana tetap sedih
karena kondisinya yang tidak dapat memberi anak bagi suaminya.
Memang pada akhirnya nanti Tuhan membela Hana
dengan cara memberi anak yang dinamakan Samuel untuk menghapus kesedihan Hana.
Akan tetapi kita melihat di sini bahwa poligami tidak memberikan “kesenangan”
kepada seorang suami, tetapi justru memberikan “kesedihan” bagi para isteri, khususnya
isteri-isteri yang dimadu. Bahkan saya berani berkata bahwa poligami hanya
memberikan “kesenangan” sesaat kepada si suami karena pada akhirnya, dia
sendiri akan direpotkan oleh segala macam permasalahan yang terjadi. Belum lagi
harus menafkahi lebih dari satu isteri dan anak-anak yang banyak, permasalahan
harta warisan, dan lain sebagainya
Oleh karena itu sebagai anak-anak Tuhan yang
hidup dalam kebenaran, kita mesti menyadari betul tentang hal ini dan menolak
prinsip Poligami, Poliandri, dan sebagainya. Kita harus mengerti bahwa Tuhan
menciptakan satu orang pasangan hidup bagi kita. Oleh sebab itu janji nikah
kita di gereja adalah mengasihi isteri satu-satunya (bagi suami) atau mengasihi
suami satu-satunya (bagi isteri), sampai maut memisahkan kita. Jika Tuhan sudah
memisahkan suami atau isteri kita dengan kematian, memang sesungguhnya adalah
hak kita untuk menikah kembali (bahkan kita juga masih boleh memilih untuk
tetap melajang sepanjang sisa umur kita). Tetapi di luar alasan itu, kita hanya
boleh memiliki satu pasangan yang sah di hadapan Tuhan. Bagi saya, tidak ada
kompromi tentang hal ini.
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1:1-8
1:1 Ada seorang
laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin
Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim.
1:2 Orang ini
mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina;
Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.
1:3 Orang itu
dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan
mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi
imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas.
1:4 Pada hari
Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya, dan
kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian.
1:5 Meskipun ia
mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah
menutup kandungannya.
1:6 Tetapi
madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup
kandungannya.
1:7 Demikianlah
terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina
menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.
1:8 Lalu Elkana,
suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa
engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga
bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.