Minggu, 22 Februari
2015
Bacaan Alkitab: 1 Samuel
3:19-21
Maka tahulah
seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan
jabatan nabi TUHAN. (1 Sam 3:20)
Ketika Imam Lewi Digantikan
oleh Nabi Non-Lewi
Orang Israel yang merupakan keturunan Yakub
dibagi menjadi 13 suku sesuai dengan anak-anak Yakub, yaitu: Ruben, Simeon,
Lewi, Yehuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Efraim, Manasye, dan
Benyamin. Memang tanah perjanjian itu (tanah Kanaan) dibagi-bagi hanya kepada
12 suku dari Israel, karena suku Lewi adalah suku yang dikuduskan oleh Tuhan
untuk melayani Tuhan sebagai imam Tuhan di antara suku-suku Israel lainnya.
Oleh karena itu, suku Lewi sangatlah spesial,
karena mereka hidup di tengah-tengah kedua belas suku lainnya dengan memegang
jabatan sebagai imam. Hanya orang dari suku Lewi yang boleh menjabat sebagai
Imam. Sejak masa Harun yang diangkat sebagai Imam Besar dan anak-anaknya serta
keturunannya yang menjadi imam bagi bangsa Israel, bahkan hingga zaman Tuhan
Yesus dimana Imam besar dan para imam lainnya harus berasal dari suku Lewi.
Pada masa Samuel hidup, yang menjadi Imam
Besar adalah Eli, yang dibantu oleh kedua anaknya yang bernama Hofni dan
Pinehas (1 Sam 1:3). Seorang Imam Besar tentu saja memiliki posisi yang sangat
terhormat. Tidak hanya dari posisi, tetapi juga secara ekonomi dan penghasilan,
keluarga imam tentu sudah sangat berkecukupan. Mereka juga mendapatkan hak dari
setiap korban yang dipersembahkan oleh segenap bangsa Israel. Mereka tidak
perlu menabur dan menanam, membajak dan menuai, atau beternak dan bedagang
untuk hidup. Mereka hanya cukup melayani bangsa Israel sebagai imam dan semua
kebutuhan hidupnya pasti berkecukupan bahkan berkelimpahan.
Seharusnya dengan kondisi seperti itu, para
imam di masa itu menjadi imam yang hidup benar di hadapan Tuhan. Sayangnya,
Alkitab menulis bahkan para imam pun melakukan tindakan yang sangat keji dan
memalukan Tuhan. Anak-anak Eli (dan mungkin saja imam-imam lainnya juga
melakukannya) mengambil garpun untuk memakan daging yang sedang
dipersembahkan/dikorbankan kepada Allah (1 Sam 2:12-14), meminta kepada jemaat
Tuhan yang datang dengan kekerasan (1 Sam 2:16), bahkan tidur dengan perempuan-perempuan
yang melayani di depan kemah Tuhan (1 Sam 2:22). Kejahatan yang terakhir ini
sungguh sangat keji. Saya mengandaikan jika hal ini masih terjadi di masa
sekarang ini, maka hal itu dapat digambarkan sebagai “anak-anak Pendeta/Gembala
sidang yang melakukan hubungan seks dengan sesama pelayan Tuhan, yaitu perempuan-perempuan
yang melayani sebagai Worship Leader/Singer/Choir/Pemusik/Pendoa, dan mereka melakukan
hubungan seks itu di depan (atau di dalam) gereja”. Semoga di masa sekarang ini
hal tersebut tidak pernah terjadi karena sungguh-sungguh memalukan nama Tuhan.
Namun Tuhan tidak tinggal diam. Dia
membangkitkan seorang nabi yang menyuarakan kebenaran Firman Tuhan, yaitu
Samuel. Tuhan menyertai Samuel sedemikian rupa sehingga Alkitab menulis bahwa
tidak ada satu pun dari FirmanNya yang dibiarkan Tuhan gugur (ay. 19). Arti
dari kalimat ini sungguh sangat dalam karena setiap Firman yang disampaikan
oleh Samuel benar2 tertanam di hati setiap orang yang mendengarnya. Bahkan hal
tersebut juga dapat diartikan bahwa setiap nubuatan yang disampaikan Samuel,
semuanya digenapi oleh Tuhan.
Samuel memang bukan berasal dari keturunan
imam yaitu keturunan suku Lewi. Ia adalah seorang dari suku Efraim karena
ayahnya, Elkana, adalah orang Efraim (1 Sam 1:1). Oleh karena itu dia tidak
dapat menjadi seorang imam. Akan tetapi Samuel tidak mempermasalahkan latar
belakangnya. Ia tetap berusaha menjadi seorang pelayan Tuhan sesuai dengan
posisinya. Samuel tidak ngotot untuk menjadi imam, tetapi ia belajar dan menekuni
agar dapat menjadi seorang nabi, yaitu
seorang nabi yang menyampaikan suara-suara Tuhan kepada segenap bangsa Israel.
Dari ketekunannya itulah, seluruh Israel pun tahu dan mengakui bahwa kepada
Samuel telah dipercayakan jabatan nabi Tuhan (ay. 20). Bukan Samuel yang
mengangkat diri sebagai nabi, tetapi Tuhan sendiri yang mengangkat Samuel sebagai
nabiNya. Bahkan pada masa itu, Tuhan memilih Samuel sebagai perantara yang
menyampaikan Firman Tuhan (ay. 21). Ia tidak memilih imam besar, ia tidak
memilih imam-imam lainnya dari suku Lewi yang seharusnya lebih pantas memimpin bangsa
Israel, tetapi kita dapat melihat bahwa segenap bangsa Israel menganggap Samuel
menjadi pemimpin mereka, dan bukan Imam Besar, sampai dengan bangsa Israel
memiliki seorang raja yaitu Saul.
Oleh karena itu, saya berharap para pembaca
renungan ini tidak mempermasalahkan latar
belakang kita, segala kelemahan dan kekurangan kita dalam melayani
Tuhan. Bagian kita adalah senantiasa belajar dan bertekun dalam panggilan kita
masing-masing. Kita juga mungkin tidak berasal dari keluarga pendeta atau
keluarga hamba Tuhan. Mungkin keluarga besar kita justru belum mengenal Tuhan.
Tetapi Tuhan tidak mau melihat latar belakang kita. Ia mau kesungguhan hati
kita. Jika kita mau seperti Samuel, yang berjuang agar menjadi seorang nabi
yang benar, bukankah kita juga seharusnya seperti itu? Yaitu berjuang melakukan
yang terbaik bagi Tuhan, untuk kepentingan Tuhan dan kerajaanNya.
Bacaan Alkitab: 1 Samuel
3:19-21
3:19 Dan Samuel
makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu
yang dibiarkan-Nya gugur.
3:20 Maka tahulah
seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan
jabatan nabi TUHAN.
3:21 Dan TUHAN
selanjutnya menampakkan diri di Silo, sebab Ia menyatakan diri di Silo kepada
Samuel dengan perantaraan firman-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.