Rabu, 27 September 2017
Bacaan
Alkitab: Lukas 11:37-44
Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar
persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu
mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain
jangan diabaikan. (Luk 11:42)
Persepuluhan di dalam Alkitab (17): Tradisi yang Salah Dapat Membawa
Celaka
Dalam kitab Lukas juga terdapat ayat
yang hampir mirip dengan ayat di renungan sebelumnya yaitu mengenai ucapan
Tuhan Yesus tentang praktik persembahan persepuluhan yang dilakukan oleh orang
Farisi terhadap tanaman-tanaman yang terkecil. Ada sedikit perbedaan jika di
kitab Matius Tuhan langsung berbicara kepada para ahli Taurat dan orang Farisi,
tetapi di kitab Lukas ini Tuhan berbicara lebih dahulu kepada orang Farisi
secara khusus.
Tentu kita harus memperhatikan konteks
ucapan Tuhan Yesus tersebut, mengapa Tuhan sampai mengucapkan hal tersebut
kepada orang Farisi. Dalam perikop ini, Lukas mengawali tulisannya mengenai
kejadian dimana Tuhan Yesus selesai mengajar, lalu ada seorang Farisi yang datang
mengundang Tuhan Yesus untuk makan di rumahnya. Maka Tuhan Yesus pun masuk ke
dalam rumah orang Farisi tersebut dan makan di sana (ay. 37). Pada waktu makan
tersebut, orang Farisi heran karena Tuhan Yesus tidak mencuci tangan-Nya
sebelum makan (ay. 38), sementara kebiasaan orang Farisi adalah untuk mencuci
tangan sebelum makan, dan banyak lagi tradisi dan adat istiadat lainnya (Mrk
7:1-5). Dan di dalam kesempatan itulah, Tuhan Yesus berkata kepada orang Farisi
yang ada di situ (termasuk kepada tuan rumah yang mengundang-Nya makan), bahwa
mereka (orang-orang Farisi) hanya membersihkan bagian luar dari cawan dan
pinggan, sementara bagian dalamnya penuh dengan rampasan dan kejahatan (ay.
39).
Ucapan ini dapat diartikan bahwa orang
Farisi cenderung untuk hanya mempersoalkan apa yang kelihatan dari luar tetapi
tidak pernah berurusan dengan apa yang didalam. Mereka lebih suka terlihat
bersih dari luar (sehingga perlu mencuci tangan, atau melakukan adat
istiadat/tradisi lainnya), daripada memiliki sikap hati yang benar dan tidak
jahat. Ini adalah sikap yang bodoh dan munafik, karena bagian luar dan dalam
seharusnya adalah satu paket, karena sama-sama diciptakan oleh Tuhan. Artinya,
percuma jika kita hanya terlihat bagus di luar tetapi busuk di dalam.
Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata
kepada orang-orang Farisi supaya mereka memberikan isinya sebagai sedekah
supaya semuanya bersih bagi mereka (ay. 41). Tentu Tuhan Yesus mengucapkan hal
ini sebagai suatu “peralihan” ketika ia sedang membahas mengenai tradisi Yahudi
mengenai mencuci tangan sebelum makan dengan sikap kemunafikan orang Farisi
dalam segala hal, termasuk dalam hal uang. Tuhan Yesus ingin agar orang Farisi memiliki
sikap hati yang dalam segala hal, dan itu harus dimulai dari “ perkara kecil”
yaitu soal uang, dimana mereka harus punya hati yang benar dalam menggunakan
uang, dalam memberikan persembahan dan sedekah.
Selama ini orang Farisi terkenal
sebagai orang yang religius, yang dapat terlihat dari tindakan mereka dalam
memberikan persembahan persepuluhan, dimana mereka membayar persepuluhan dari
seluruh hasil tanah, bahkan termasuk sayuran yang terkecil sekalipun seperti
selasih (ay. 42a). Namun demikian, tindakan mereka dalam memberikan persembahan
persepuluhan dari hal-hal yang terkecil ini pun ternyata tidak mendatangkan
berkat tetapi mendatangkan celaka, karena itu semua hanya dilakukan secara
lahiriah tanpa sikap batin yang benar. Mereka merasa sedang melakukan hukum
Tuhan bahkan membela Tuhan melalui tindakan mereka memberikan persepuluhan,
tetapi mereka lupa bahwa mereka telah mengabaikan keadilan dan kasih Allah (ay.
42b).
Selanjutnya Tuhan bahkan mengecam
kebiasaan atau tradisi orang Farisi yang lain, yaitu suka duduk di tempat
terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar (ay. 43). Ini
adalah salah satu tanda bahwa orang Farisi suka dengan hal-hal lahiriah yang
mudah dilihat orang lain. Mereka suka duduk di tempat terdepat supaya dipandang
sebagai orang yang mencari Tuhan dan dekat dengan Tuhan. Mereka sangat suka
dihormat orang lain, dan bahkan sikap inilah yang membuat orang Farisi takut
bahwa orang Yahudi akan lebih menghormati Tuhan Yesus daripada mereka sehingga
akhirnya mereka ingin membunuh Tuhan Yesus.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata
bahwa orang Farisi ibarat kubur yang tidak memakai tanda, sehingga orang-orang
yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya (ay. 44). Orang Farisi adalah
orang terkemuka dalam jabatan agama Yahudi, sehingga banyak orang Yahudi
menghormati mereka bahkan menaati mereka. Banyak orang Yahudi yang melakukan
tradisi orang Farisi karena mereka percaya bahwa orang Farisi pasti mengajarkan
apa yang benar. Nyatanya orang Farisi ibarat kuburan yang tidak memakai tanda.
Mereka terlihat putih bersih dari luar tetapi isinya busuk. Tidak hanya busuk,
tetapi mereka juga menyesatkan orang-orang yang tulus ingin beribadah kepada
Tuhan. Inilah mengapa Tuhan sangat mengkritik perilaku orang Farisi yang
munafik tersebut.
Jadi dalam hal ini Tuhan Yesus ingin
menunjukkan bahwa persembahan persepuluhan yang selama ini dilakukan oleh orang
Farisi, bahkan diajarkan oleh orang Farisi kepada orang Yahudi, adalah suatu
tradisi yang tidak dipahami dengan benar. Persembahan persepuluhan seperti yang
diajarkan di dalam hukum Taurat memang adalah kebenaran, tetapi ketika itu
sudah menjadi tradisi yang ditambah-tambahkan dari generasi ke generasi, maka
hal tersebut dapat menjadi sesuatu yang salah. Pemberian persembahan
persepuluhan oleh orang Farisi hanyalah menjadi suatu tradisi lahiriah yang
justru membawa celaka bagi mereka dan bukan membawa berkat. Hal ini dikarenakan
mereka hanya mementingkan apa yang kelihatan secara lahiriah saja dan bukan
sikap hati yang ada di dalamnya.
Ini bukan berarti bahwa memberikan
persembahan persepuluhan di masa Perjanjian Baru adalah hal yang salah. Tuhan
Yesus tidak pernah mengatakan demikian. Akan tetapi, kita harus belajar supaya
tidak menjadikan persembahan persepuluhan sebagai suatu “tradisi Kristen” yang
harus dilestarikan. Persembahan persepuluhan dan juga persembahan lainnya,
bahkan setiap tindakan kita harus didasarkan pada sikap hati yang benar. Hal
ini membuat seluruh tindakan kita harus mencerminkan unsur keadilan dan unsur kasih
Allah (dan jika perlu ditambah dengan unsur kesetiaan). Orang Kristen tidak
boleh merasa sudah melakukan bagiannya dengan memberikan persembahan
persepuluhan. Orang Kristen harus bisa hidup sesuai kasih Allah, termasuk dalam
hal memberi persembahan. Itu berarti kita harus memperkarakan berapa uang yang
harus kita berikan, kepada siapa kita berikan, dimana kita harus memberikan,
kapan kita harus memberikan, dan bagaimana kita harus memberikannya. Ingat
bahwa berapapun jumlah uang yang Tuhan ingin kita berikan kepada orang lain
ataupun pekerjaan Tuhan, berikan itu dengan sukacita. Orang Kristen di masa Perjanjian
Baru tidak boleh hanya terikat dengan prinsip persembahan persepuluhan secara
lahiriah tanpa sikap hati yang benar, karena itu hanya akan membuat kita sama
seperti orang Farisi yang dicela Tuhan sebagai kuburan tanpa tanda yang
menyesatkan orang lain.
Bacaan
Alkitab: Lukas 11:37-44
11:37 Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk
makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan.
11:38 Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak
mencuci tangan-Nya sebelum makan.
11:39 Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu
membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh
rampasan dan kejahatan.
11:40 Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia
juga yang menjadikan bagian dalam?
11:41 Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya
semuanya akan menjadi bersih bagimu.
11:42 Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar
persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu
mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain
jangan diabaikan.
11:43 Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di
tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar.
11:44 Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai
tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.