Senin, 05 Juli 2021

Makna Keterhilangan (9): Pertaruhan yang Keliru

Senin, 5 Juli 2021

Bacaan Alkitab: Lukas 15:14

Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. (Luk 15:13)


Makna Keterhilangan (9): Pertaruhan yang Keliru

 

Salah satu keuntungan ketika kita hidup dalam keluarga atau persaudaraan adalah adanya orang-orang yang dapat men-support kita ketika kita dalam keadaan yang kurang mengenakkan. Tentu, hal ini tidak selamanya berlaku karena bisa jadi kita juga bertemu dengan orang-orang yang “mengganggu” kita dalam keluarga atau persaudaraan tersebut. Oleh karena itu, kita pun sebaiknya juga tetap selektif dalam menjalin persaudaraan atau persahabatan dengan orang lain. Tetapi terlepas dari itu semua, keluarga dapat dikatakan sebagai tempat yang aman bagi seseorang, khususnya ketika ada masalah yang datang.

Hal ini tidak berarti bahwa seseorang tidak harus keluar dari “zona nyaman” mereka dan harus tetap tinggal di zona nyaman. Ada masa-masa tertentu dimana kita harus berani keluar dari zona nyaman kita. Ada kalanya kita harus rela berjauhan dari orang-orang yang selama ini mendukung kita supaya kita dapat mandiri. Hal ini bisa saja terjadi ketika kita harus sekolah/kuliah/bekerja di luar kota/luar negeri. Atau seseorang menerima panggilan untuk pergi ke suatu tempat bagi pekerjaan Tuhan.

Sebenarnya, keputusan yang dilakukan oleh anak bungsu ini dapat kita pahami dari sudut pandang manusia pada umumnya. Mungkin saja ia ingin mencoba untuk mandiri dan lepas dari bayang-bayang ayahnya. Akan tetapi, jika mau jujur, ada 1 kesalahan utama si anak bungsu yang menyebabkan proses “keluar dari zona nyamannya” ini menjadi bumerang bagi dirinya. Hal itu adalah ketika ia meminta semua hak yang menjadi miliknya dan pergi dari rumah ayahnya, sebagaimana telah kita bahas di dalam renungan-renungan sebelumnya.

Kita dapat membayangkan, jika si anak bungsu ini menyampaikan keinginannya untuk mencoba mandiri kepada ayahnya, pastilah sang ayah akan merestuinya. Ia akan memberikan sejumlah modal kepada anak bungsu ini untuk mencoba usahanya di tempat lain. Tetapi karena anak bungsu ini meminta apa yang menjadi haknya, kemudian menjual semuanya itu, dan pergi ke tempat yang jauh serta berfoya-foya, maka hal itu menjadi masalah ketika ada hal yang tidak terduga menimpa dirinya.

Alkitab menuliskan kalimat “Setelah dihabiskannya semuanya…”, yang dapat diartikan bahwa segala hak miliknya yang telah ia jual dan dijadikan uang/emas, telah ia habiskan semuanya (ay. 14a). Ya, terlepas dari keinginan untuk mandiri, ternyata membawa uang dalam jumlah banyak dan pergi ke tempat yang baru dapat membuat seseorang terlena dan menjadi boros. Akibatnya semua hartanya habis hanya untuk hal-hal yang tidak produktif. Harta yang sangat banyak itu dapat habis dan karena ia tidak memiliki cadangan lagi (semua hak miliknya sudah diminta dari ayahnya), maka ia menjadi melarat dan jatuh miskin. Ditambah lagi dengan bencana kelapran di negeri itu (yang tidak pernah ia duga sebelumnya), yang mungkin membuat harga-harga naik dan semakin mempercepat habisnya harta milik si anak bungsu (ay. 14b).

Kita dapat simpukan bahwa apa yang dilakukan oleh si anak bungsu ini tidak tepat. Ia memang ingin mandiri dan keluar dari zona nyamannya. Tetapi ia telah mempertaruhkan semua harta miliknya di tempat yang salah. Ia telah mengambil suatu pertaruhan yang salah, yang pada akhirnya nyaris membuat dirinya hilang untuk selama-lamanya. Hartanya sudah habis tanpa ada cadangan. Secara de facto (dan juga de jure), sebenarnya anak bungsu ini sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Jika ia kembali ke ayahnya pun, ia sudah tidak berhak atas apapun, belum ditambah lagi rasa malu yang mungkin ia miliki. Hal ini adalah akibat dari suatu pertaruhan yang keliru, terlebih anak bungsu ini melakukan pertaruhan seluruh miliknya di tempat yang salah, yang kemudian mencelakakan dirinya

 

Bacaan Alkitab: Lukas 15:14

15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.