Jumat, 23 Mei 2014
Bacaan Alkitab: Matius 12:46-50
Sebab siapa pun
yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah
saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku. (Mat 12:50)
Menjadi Saudara
Yesus
Mungkin sebagian besar orang akan
bertanya-tanya ketika membaca judul renungan ini, “Apa iya kita harus menjadi
saudara Yesus? Bukankah Yesus sudah lahir 2.000 tahun yang lalu dan kita saat
ini juga hidup di Indonesia, dan tidak ada hubungan darah antara kita dan
Yesus?”. Memang betul bahwa kita sesungguhnya tidak memiliki hubungan
persaudaraan secara jasmani dengan Yesus, kecuali fakta bahwa kita sama-sama
dilahirkan dari keturunan Adam dan Hawa. Akan tetapi, sebenarnya secara rohani
kita pun memiliki hubungan saudara (bahkan harus memiliki hubungan saudara)
dengan Yesus.
Bacaan Alkitab kita hari ini dimulai dengan kedatangan
ibu Yesus dan para saudara-saudaraNya (saudara Yesus secara jasmani, mungkin
adalah adik-adikNya, saudara-saudara sepupuNya, atau mungkin kerabat dari
keluarga besarNya) ketika Yesus sedang berbicara dengan orang banyak (ay. 46).
Saat itu ada orang yang memberitahukan kepada Yesus bahwa ibuNya dan
saudara-saudaraNya sedang berdiri di luar dan ingin menemuiNya (ay. 47). Namun
demikian, menarik melihat reaksi Yesus yang seakan-akan tidak menghormati atau
menghargai keluargaNya secara jasmani. Saat itu Yesus mengucapkan “Siapa ibuKu?
Dan siapa saudara-saudaraKu?” (ay. 48). Sepintas apa yang diucapkan Yesus
adalah suatu ketidakhormatan Yesus kepada ibu dan saudara-saudaraNya.
Namun jika kita perhatikan sungguh-sungguh,
bahwa saat itu Yesus sedang menyampaikan kebenaran Firman Tuhan kepada orang
banyak. Oleh karena itu ketika keluarga Yesus (ibu dan saudara-saudaraNya) datang
kepada Yesus, hal tersebut digunakan Yesus untuk menekankan tentang siapa yang
dapat disebut sebagai saudara Yesus, khususnya dalam konteks saudara secara
rohani. Ingat bahwa yang datang adalah saudara jasmani Tuhan Yesus. Oleh karena
itu, dengan kata lain Yesus ingin mengatakan bahwa walaupun ia memiliki saudara
secara jasmani, yang lebih penting lagi adalah menjadi saudara Yesus secara
rohani. Alkitab kita di bagian lain juga mengatakan bahwa Yesus adalah saudara
yang sulung dan kita adalah saudara-saudara yang lainnya (Rm 8:29).
Oleh karena itu, tidak salah jika Yesus
menunjuk murid-muridNya sebagai saudara-saudaraNya (tentu dalam konteks secara
rohani), karena mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengikuti Yesus (ay.
49). Bahkan secara lebih terang-terangan lagi, disebutkan bahwa orang yang
pantas disebut sebagai saudara Yesus adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa
di surga (ay. 50). Oleh karena itu, jika kita sebagai orang percaya sudah
melakukan apa kehendak Bapa di surga, maka kita pun secara otomoatis akan
menjadi anak-anak Allah dan sekaligus menjadi saudara Yesus (secara rohani).
Hanya kita sendiri yang tahu apakah kita
sudah melakukan kehendak Bapa atau belum. Hanya kita snediri pula yang tahu apakah
kita sudah pantas disebut sebagai saudara-saudara Yesus. Bahkan walaupun kita
saat ini belum pantas disebut sebagai saudara Yesus (karena masih belum
sepenuhnya melakukan kehendak Bapa kita di surga), mari kita juga tetap dan
sama-sama berusaha untuk semakin hari kita boleh semakin menyenangkan hati
Tuhan, sehingga suatu saat nanti kita boleh layak disebut dan menjadi saudara-saudara
Yesus.
Bacaan Alkitab: Matius 12:46-50
12:46 Ketika
Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya
berdiri di luar dan berusaha menemui Dia.
12:47 Maka
seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada
di luar dan berusaha menemui Engkau."
12:48 Tetapi
jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa
ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?"
12:49 Lalu
kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan
saudara-saudara-Ku!
12:50 Sebab siapa
pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki,
dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."