Selasa, 20 Mei 2014

Privasi dengan Tuhan (2): Berdoa



Selasa, 20 Mei 2014
Bacaan Alkitab: Matius 6:5-15
Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (Mat 6:6)


Privasi dengan Tuhan (2): Berdoa


Bagian kedua terkait dengan privasi antara kita dengan Tuhan yaitu mengenai doa atau hal berdoa. Orang Yahudi pada zaman Yesus hidup juga sering melakukan kesalahan dalam berdoa. Hal inilah yang dikritik dan ditegur Yesus melalui ucapanNya pada bagian bacaan Alkitab kita hari ini. Orang Yahudi pada saat itu cenderung suka berdoa di tempat-tempat umum, dengan cara yang menarik perhatian orang lain, misalnya dengan menengadahkan tangan di tempat-tempat strategis yang mudah terlihat orang, atau berdoa dengan suara keras-keras. 

Sebenarnya Tuhan Yesus tidak mengkritik cara berdoa kebanyakan orang Yahudi. Apa yang dikritik Tuhan adalah sikap munafik yang dilakukan oleh kebanyakan orang Yahudi (para pemuka agama) pada waktu itu. Mereka suka berdoa denganberdiri di tempat-tempat strategis agar dilihat dan dipuji orang (ay. 5a). Sama seperti dengan hal memberi, Tuhan Yesus berkata bahwa orang-orang seperti itu sudah menerima upahnya (ay. 5b). Tuhan Yesus juga mengajarkan bahwa ketika kita berdoa sebaiknya kita berdoa di dalam kamar, dengan menutup pintu, agar doa kita didengarkan oleh Bapa kita (ay. 6).

Hal tersebut bukan berarti kita tidak boleh berdoa bersama-sama dengan orang lain. Kita tentu harus berdoa bersama-sama di gereja atau di persekutuan, atau dalam kondisi-kondisi tertentu. Tetapi yang lebih penting lagi adalah motivasi kita dalam berdoa, yaitu agar kita tidak berdoa agar dipuji orang, tetapi tujuan utama kita adalah agar doa kita didengar Tuhan. Bahkan selain mengajarkan agar kita berdoa di tempat tersembunyi, Tuhan Yesus juga mengajar kita suatu konsep doa yang sangat luar biasa, yang kita lebih kenal dengan nama “Doa Bapa Kami” (ay.9-15).

Walaupun demikian, ada sejumlah orang Kristen yang salah menangkap makna atau esensi dari Doa Bapa Kami ini. Mereka menjadikannya hanya sebagai hafalan semata atau suatu doa yang harus sering diulang-ulang setiap saat. Padahal Tuhan ingin agar kita berdoa dengan motivasi yang benar. Doa Bapa Kami harus dimaknai sebagai suatu contoh doa dengan prinsip-prinsip yang benar, antara lain yang memuliakan Bapa (ay. 9), meminta kehendak Bapa terjadi dalam kehidupan kita (ay. 10), bahkan meminta hal-hal yang cukup (bukan berkelimpahan) dalam hidup kita (ay. 11). Ini suatu konsep doa yang luar biasa, dan konsep ini yang harus kita lakukan dan aplikasikan dalam doa-doa pribadi kita kepada Tuhan, bukan hanya sekedar mengulang kata-kata yang sama dari Doa Bapa Kami.

Ingatlah bahwa bukan dari banyaknya kata-kata atau banyaknya pengulangan doa maka doa kita dikabulkan (ay. 7). Banyak agama lain di luar agama Kristen mengajarkan bahwa doa-doa yang diulang-ulang secara terus menerus hingga 100 kali bahkan lebih, maka hal itu akan mampu menjadi suatu doa yang akan dijawab oleh Tuhan. Namun Alkitab tidak pernah mengajarkan seperti itu. Kita harus menyadari bahwa Tuhan kita sudah mengerti apa yang menjadi keperluan kita bahkan sebelum kita berdoa dan meminta kepadaNya (ay. 8). Oleh karena itu, menurut pendapat saya, doa yang benar bukan saja hanya doa yang dijawab oleh Tuhan, tetapi doa yang benar adalah doa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau doa kita sudah sesuai dengan kehendak Tuhan, mau doa kita dijawab atau tidak dijawab sekalipun, tidak akan menjadi masalah bagi kita. Bukankah Yesus sendiri juga memiliki doa yang tidak dijawab oleh Allah Bapa ketika ia berdoa di taman Getsemani?

Kita harus belajar memiliki suatu privasi dalam doa-doa pribadi kita, khususnya doa-doa terkait pergumulan pribadi kita. Jangan pernah kita berdoa agar orang lain memuji kata-kata doa kita yang terdengar indah, padahal doa kita tidak berkuasa karena kita lebih fokus terhadap kata-kata doa kita dibandingkan dengan fokus kepada Tuhan yang mendengarkan doa kita. Belajarlah dari Tuhan Yesus, ketika ia berdoa pagi-pagi benar, ia berdoa sendirian tanpa murid-muridNya (Mrk 1:35). Bahkan ketika menaikkan doaNya di taman Getsemani, Yesus berdoa sendiri meninggalkan murid-muridNya yang tertidur (Mat 26:36-39). Doa yang dilakukan dengan motivasi yang benar, akan menjadi doa yang berkenan di hadapan Tuhan.


Bacaan Alkitab: Matius 6:5-15
6:5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]
6:14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.
6:15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.