Senin, 19 Mei 2014

Privasi dengan Tuhan (1): Memberi



Senin, 19 Mei 2014
Bacaan Alkitab: Matius 6:1-4
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (Mat 6:4)


Privasi dengan Tuhan (1): Memberi


Apa yang dimaksud dengan privasi? Privasi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sesuatu hal yang bukan merupakan konsumsi publik. Suatu hal yang bersifat privasi berarti adalah hal yang tidak dapat dilihat atau dinikmati oleh banyak orang selain orang-orang tertentu yang memang berhak atau diijinkan untuk melihat dan menikmatinya. Contoh paling baik dari privasi ini adalah hubungan suami isteri, yang memang hanya boleh dilakukan oleh suami dan isteri yang sah, dan seharusnya tidak boleh menjadi konsumsi publik alias dilihat oleh orang lain atau dilakukan dengan orang lain.

Dalam Alkitab, Tuhan pun menggambarkan hubungan antara Tuhan dengan jemaatNya bagaikan suami dan isterinya. Beberapa kali jemaat Tuhan digambarkan sebagai mempelai perempuan yang harus selalu siap sedia menyongsong kedatangan sang mempelai pria, yaitu Tuhan sendiri. Dalam Alkitab, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan secara privasi dengan Tuhan, artinya hal yang kita lakukan bukan merupakan konsumsi publik melainkan harus menjadi urusan kita antara kita dengan Tuhan secara pribadi.

Hal pertama yang harus kita jaga privasinya adalah tentang bersedekah atau memberi. Bacaan Alkitab kita hari ini berbicara tentang “kritikan” Yesus mengenai kebiasaan kebanyakan orang-orang Yahudi pada waktu itu, yaitu  mereka suka memberi dengan memamerkan kepada orang lain. Orang Yahudi pada waktu itu memiliki kecenderungan untuk memberikan persembahan di rumah ibadat dengan kebiasaan yang unik, yaitu sebelum memberi mereka mencanangkan pemberian mereka (ay. 2a). Mereka bahkan mencanangkan dengan suara keras sehingga orang lain bisa mendengarnya. Sangat mungkin pada waktu itu orang yang mendengarkan “pencanangan pemberian” tersebut akan memuji orang-orang yang mencanangkan pemberian dalam jumlah yang besar. Yesus berkata dengan sangat keras mengenai hal tersebut: “Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya” (ay. 2b).

Ketika kita memberi sesuatu bagi sesama kita apalagi ketika kita memberi bagi Tuhan, maka saya sangat percaya Tuhan pasti melihat pemberian kita. Jangankan dalam ajaran Kristiani, dalam agama manapun di dunia, ketika kita memberi kepada sesama, kepada orang yang membutuhkan, bahkan kepada Tuhan, maka Tuhan pasti mencatat perbuatan kita tersebut. Namun demikian, jika kita memberi dengan motivasi yang salah, yaitu agar kita dipuji orang, maka di hadapan Tuhan upah kita tersebut sebenarnya sudah kita terima, yaitu pujian dari orang lain. Oleh karena itu Tuhan mengajarkan kepada kita agar ketika kita memberi (baik dalam hal memberi sedekah maupun memberi persembahan kepada Tuhan), kita melakukannya dengan cara yang benar. Tidak perlu orang lain mengetahui berapa jumlah yang kita berikan. Dalam bahasa kiasan, Tuhan Yesus bahkan mengatakan agar tangan kiri kita tidak perlu mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanan kita (ay. 3).

Sayangnya, banyak orang Kristen masih belum mengerti prinsip ini. Contoh paling mudah, berapa banyak ketika kita memberikan persembahan persepuluhan di gereja, atau persembahan lainnya dalam rangka pelayanan pekerjaan Tuhan, kita mencantumkan nama lengkap kita? Padahal kita tahu bahwa gereja akan menerbitkan laporan penerimaan persembahan dan nama kita akan tercantum di buletin gereja atau laporan persembahan tersebut. Apa motivasi kita melakukan hal tersebut? Jika kita melakukannya hanya agar orang lain mengetahui berapa jumlah persembahan yang kita berikan, maka sesungguhnya kita sudah menerima upah kita dan Tuhan tidak akan berkenan kepada persembahan kita.

Jika kita ingin agar penerimaan persembahan kita dapat dilacak misalnya, kita cukup memberikan kode nama kita atau kode apapun yang kita ingin tuliskan. Misal nama saya Randite, saya cukup memberi inisial Rd atau bahkan inisial lain yang tidak berhubungan dengan nama saya dalam amplop persembahan. Bahkan saya cenderung lebih suka tidak menulis kode atau inisial apapun dalam amplop persembahan saya. Yang terpenting Tuhan tahu bahwa saya sudah memberi kepada Tuhan. Urusan apakah persembahan saya “ditilep” atau “disalahgunakan” oleh pihak yang mengelola persembahan, itu adalah urusan mereka dengan Tuhan. Bagian saya hanyalah memberi apa yang menjadi kewajiban saya kepada Tuhan, atau memberi apa yang saya ingin berikan kepada Tuhan.

Memang tidak mudah, terlebih beberapa suku atau daerah pada umumnya terbiasa untuk menuliskan nama dalam amplop yang kita berikan (misal amplop yang kita berikan pada saat pernikahan kerabat kita). Akan tetapi, mari kita berusaha minimal ketika kita memberikan persembahan bagi Tuhan, kita memberikan dengan tersembunyi (ay. 4), dengan motivasi yang benar, yaitu bukan agar kita dipuji Tuhan, tetapi agar persembahan kita berkenan di hadapan Tuhan (ay. 1).


Bacaan Alkitab: Matius 6:1-4
6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.