Rabu, 20 Juli 2016

Apakah Kehendak Allah Itu? (Bagian 2 - Pengudusan)



Rabu, 20 Juli 2016
Bacaan Alkitab: 1 Tesalonika 4:3-8
“Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan” (1 Tes 4:3)


Apakah Kehendak Allah Itu? (Bagian 2 - Pengudusan)


Ayat kedua yang berbicara tentang kehendak Allah secara terus terang di dalam Perjanjian Baru tercantum dalam bacaan Alkitab kita hari ini. Kehendak Allah yang kedua adalah pengudusan diri kita (ay. 3a). Dalam hal ini, pengudusan dapat diartikan sebagai suatu proses yang membuat diri kita menjadi kudus. Adapun kudus sendiri dapat diartikan sebagai “dipisahkan dari dunia”, sehingga kita harus membuat diri kita semakin berbeda (tidak serupa) dengan dunia, dan di sisi lain berubah untuk menjadi semakin serupa dengan Tuhan (Rm 12:2).

Dalam konteks luas, pengudusan adalah suatu proses seumur hidup. Kita harus kudus dalam segala hal, sama seperti Tuhan adalah Kudus. Alkitab menulis bahwa Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus (ay. 7). Artinya setiap kita harus menyadari apa makna kita ada di dunia ini, yaitu untuk melakukan apa yang Tuhan kehendaki, dalam hal ini melakukan apa yang kudus dan hidup dalam pengudusan yang progresif setiap saat.

Dalam konteks lebih sempit, pengudusan dapat diartikan sebagai pengudusan dari percabulan (ay. 3b). Hal ini tentu harus dipahami bahwa pada zaman gereja mula-mula, mereka hidup di antara bangsa-bangsa penyembah berhala (bangsa Romawi dan Yunani) yang secara umum biasa hidup dalam percabulan. Bahkan di salah satu kota, terdapat kuil dimana pelayan kuil juga merangkap sebagai pelacur. Sehingga ketika umat percaya hidup di tengah-tengah bangsa yang cabul, Paulus mengingatkan agar jemaat Tuhan tidak terpengaruh dengan percabulan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar mereka.

Paulus mengingatkan pentingnya kekudusan dalam suatu pernikahan (ay. 4). Pernikahan harus dipandang sebagai sesuatu yang sakral dan kudus, bukan hanya sebagai sarana untuk melampiaskan hawa nafsu seksual (ay. 5). Dalam kekristenan, pernikahan tidak dilakukan hanya sekedar untuk “menghalalkan” persetubuhan. Pernikahan harus dipandang sebagai usaha Tuhan untuk mempersatukan seorang pria dan seorang wanita di dalam suatu lembaga keluarga yang kudus di hadapan Allah. Oleh karena itu, betapa berbahayanya jika di gereja ada hamba Tuhan yang tidak mengerti hal ini sehingga banyak jemaat yang disesatkan oleh pemahaman yang salah. Ini sama saja dengan “memperdayakan saudara seiman” (ay. 6). 

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengerti akan kehendak Allah yaitu pengudusan diri kita. Ini adalah proses dan perjuangan seumur hidup. Sangat sulit untuk menjaga kekudusan hidup, terutama di akhir zaman dimana kekudusan sudah tidak dipandang penting lagi, misalnya ketika begitu banyak orang “dinikahkan” hanya karena sudah hamil duluan. Parahnya lagi para hamba Tuhan (Pendeta) bisa melegalkan dan mengesahkan pernikahan macam ini dengan alasan “pertimbangan pastoral”. Betapa bahaya orang-orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan namun tidak mau mengerti dan tidak mau melakukan kehendak Tuhan. Bisa jadi pada hari terakhir mereka termasuk golongan hamba-hamba Tuhan yang ditolak Tuhan (Mat 7:21-23), karena mereka tidak mau mendengar suara Roh Kudus yang mengingatkan mereka. Ingat bahwa Alkitab telah berkata bahwa siapa yang menolak kebenaran Firman Tuhan, maka orang tersebut sudah menolak Allah (ay. 7).


Bacaan Alkitab: 1 Tesalonika 4:3-8
4:3 Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,
4:4 supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan,
4:5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah,
4:6 dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu.
4:7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
4:8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.