Jumat, 09 Agustus 2019

Pornos dan Moichos (32): Bukan Termasuk Buah Roh


Jumat, 9 Agustus 2019
Bacaan Alkitab: Galatia 5:19-23
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu. (Gal 5:19)


Pornos dan Moichos (32): Bukan Termasuk Buah Roh


Sebagian besar orang Kristen pastilah pernah mendengar mengenai buah Roh. Buah Roh ini adalah hasil dari karya Roh Kudus yang berada di dalam kehidupan orang percaya, selain karunia Roh. Menurut saya, perbedaan utama antara buah Roh dan karunia Roh adalah bahwa buah Roh seharusnya bersifat permanen, sementara karunia Roh lebih bersifat “temporer”. Mengapa karunia Roh bersifat temporer? Karena karunia Roh diberikan kepada umat percaya untuk membangun jemaat, semisal karunia untuk bernubuat, karunia untuk menyembuhkan, dan lain sebagainya. Sementara itu buah Roh seharusnya bersifat permanen serta bisa dinikmati dan dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya.

Sebagian besar dari kita tentu sudah pernah belajar mengenai apa saja yang termasuk buah Roh. Sayangnya, banyak orang Kristen menganggap bahwa selain buah Roh ada juga buah daging. Nyatanya, Paulus tidak pernah menggunakan istilah buah daging, melainkan perbuatan daging (ay. 19a). Perbuatan daging ini adalah hal-hal yang pada umumnya dilakukan oleh orang yang belum menerima Roh Kudus. Namun tidak menutup kemungkinan ada pula orang Kristen yang masih melakukan perbuatan daging ini. Dalam hal ini kita harus berani fair menyatakan bahwa tidak semua orang yang mengaku orang Kristen sudah benar-benar menerima Roh Kudus dan dipimpin oleh-Nya.
Apa saja yang termasuk dalam perbuatan daging? Paulus menuliskan sekian banyak hal-hal yang merupakan perbuatan daging, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (ay. 19b-21a). Ini adalah perbuatan yang dilakukan oleh mereka yang masih hidup di dalam daging.

Mari kita ambil salah satu contoh, yaitu percabulan yang sesuai dengan tema serial renungan kita. Dalam bahasa aslinya, Rasul Paulus menggunakan kata porneia (πορνεία) yang juga digunakan Paulus dalam surat-suratnya ke jemaat lain (di kota Roma, Korintus, dan lain sebagainya). Kata ini menggambarkan praktik percabulan yang sudah parah tingkatannya, sehingga dapat mengganggu hakikat pernikahan (jika yang melakukan adalah orang yang sudah menikah). Menariknya dalam ayat 19 ini, kata-kata yang digunakan hampir sama dengan apa yang dituliskan Paulus dalam ayat bahasan kita sebelumnya (2 Kor 12:21) yaitu: percabulan (porneia), kecemaran (akatharsia), dan hawa nafsu (aselgeia). Namun demikian, dalam 2 Kor 12:21, Alkitab Terjemahan Baru Bahasa Indonesia menggunakan kata-kata: percabulan, kecemaran, dan ketidaksopanan. Namun dalam bahasa aslinya, kata yang digunakan dalam kedua ayat tersebut adalah sama persis.

Sangat mungkin Paulus teringat akan suratnya kepada jemaat di Korintus ketika menulis surat kepada jemaat di Galatia ini (atau bahkan sebaliknya, teringat akan jemaat Galatia ketika Paulus menulis surat keduanya kepada jemaat Korintus) mengingat kata yang digunakan sama persis antara kedua ayat tersebut. Selain percabulan, kecemaran, dan ketidaksopanan, ada banyak perbuatan daging lainnya yang disebutkan, seperti penyembahan berhala, perseteruan, amarah, pesta pora, dan lain sebagainya (ay. 20-21a). Yang menarik di sini, Paulus menuliskan bahwa perbuatan daging itu pasti dapat dilihat atau bersifat nyata (ay. 19a). Kata “nyata” di sini dalam bahasa aslinya adalah phaneros (φανερός) yang berarti apparent, clear, visible, manifest (nyata, terang, jelas terlihat, jernih, gamblang, dapat dilihat, terwujudkan).

Jadi sebenarnya, hal-hal perbuatan daging seperti yang telah disebutkan di ayat 19-21 tersebut adalah hal-hal yang dapat dilihat oleh orang lain. Terlihat di sini tidak hanya bermakna dapat dilihat oleh mata jasmani saja, tetapi juga dapat dilihat oleh mata rohani. Orang yang memiliki jiwa dan pikiran yang jernih dan sehat akan dapat membedakan mana yang merupakan perbuatan daging dan mana yang merupakan buah Roh.

Dalam ayat selanjutnya Paulus menuliskan mengenai buah Roh, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Kata buah di sini merujuk kepada buah yang dihasilkan oleh tanaman, analogi yang sama bahwa kehidupan seseorang juga pasti menghasilkan dampak yang diibaratkan seperti buah. Buah yang dihasilkan oleh tanaman adalah sesuatu yang dapat dilihat, dinikmati, bahkan dirasakan oleh orang lain. Setahu saya, hampir semua tanaman memiliki buah yang dapat terlihat, tidak disembunyikan di tanah (seperti umbi). Sama halnya dengan buah secara fisik, maka seharusnya buah Roh juga dapat terlihat dengan jelas oleh orang lain, tidak tersembunyi di dalam hati. Hal ini menunjukkan bahwa buah Roh seperti yang dijelaskan di ayat 22-23 itu sejajar dengan perbuatan daging yang disebutkan di ayat 19-21, yaitu sama-sama dapat dilihat, dirasakan, bahkan dinikmati oleh orang di sekitarnya.

Namun menurut saya ada sebuah perbedaan mendasar antara perbuatan daging di ayat 19-21 dan buah Roh di ayat 22-23. Menarik melihat bahwa kata buah Roh di ayat 22 adalah kata yang bersifat tunggal/singular, bukan jamak (termasuk di dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris maupun bahasa Yunani). Sementara itu kata perbuatan di ayat 19 adalah kata yang bersifat jamak/plural. Mengapa Paulus menggunakan jenis kata yang berbeda? Bukankah penjelasan buah Roh ada lebih dari satu? Mengapa Paulus menggunakan jenis kata singular pada kata “buah Roh”?

Menurut pendapat saya pribadi, perbedaan utama adalah ketika seseorang telah dipenuhi Roh Kudus dan dipimpin oleh Roh Kudus, maka Roh Kudus akan bekerja dalam diri orang tersebut sehingga orang itu dapat menghasilkan buah Roh. Buah Roh di sini bersifat tunggal meskipun dijelaskan dengan lebih dari satu kata. Saya berpendapat bahwa buah Roh yang dihasilkan oleh seseorang pasti dapat terlihat dari 9 aspek tersebut: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Dalam hal ini saya percaya bahwa seseorang yang dipimpin oleh Roh Kudus tidak mungkin hanya penuh sukacita tetapi tidak punya kasih. Seseorang yang dipimpin oleh Roh Kudus tidak mungkin lemah lembut tetapi tidak setia. Kesembilan aspek rohani tersebut saling terkait dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kesembilan aspek tersebut seharusnya akan nampak dalam diri orang-orang yang dipimpin oleh Roh Kudus.

Sebaliknya, kata “perbuatan daging” menggunakan jenis kata yang bersifat jamak. Artinya adalah seseorang yang hidup menurut daging (atau hidup di dalam kedagingan) bisa saja tidak melakukan percabulan, tetapi ia masih memiliki rasa perselisihan, iri hati, dan amarah di dalam dirinya. Ia mungkin saja tidak menyembah berhala, tetapi hidupnya dihabiskan untuk kepentingan dirinya sendiri, bahkan jika perlu memecah-belah pihak lain demi keuntungannya. Hal ini tentu berbeda dengan buah Roh yang harus memiliki seluruh aspek buah Roh dalam diri orang percaya. Oleh karena itu, dapat dilihat sulitnya bagi seseorang untuk hidup di dalam pimpin oleh Roh Kudus, karena ia harus berjuang meninggalkan perbuatan-perbuatan daging dan berjuang pula untuk menghasilkan buah Roh dalam kehidupannya (tentu semuanya harus ada dalam tuntunan Roh Kudus)

Kesembilan aspek yang disebutkan dalam buah Roh tidak mungkin melanggar hukum apapun yang ada di dunia ini (ay. 23b). Orang tidak mungkin dihukum karena berbuat kasih, karena sabar, atau karena murah hati. Namun kalaupun ada orang-orang jahat yang menerapkan hukum yang melarang buah Roh tersebut, maka buah Roh itu akan tetap berbicara dan berdampak kepada orang lain. Kasih mungkin dapat disalahkan dan seakan-akan dapat “dikalahkan”. Namun pada akhirnya, kasih akan menang karena dalam kekekalan nanti, hanya orang-orang yang berbuat kasih (dan juga memiliki aspek buah Roh lainnya) yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah, sementara orang yang melakukan perbuatan daging akan ditolak masuk ke dalamnya dan tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah (ay. 21b).



Bacaan Alkitab: Galatia 5:19-23
5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.