Jumat, 04 Oktober 2019

Pornos dan Moichos (46): Keberatan Tuhan kepada Jemaat-Nya


Jumat, 4 Oktober 2019
Bacaan Alkitab: Wahyu 2:12-16
Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. (Why 2:14)


Pornos dan Moichos (46): Keberatan Tuhan kepada Jemaat-Nya


Jika kita bekerja di suatu perusahaan atau kantor, kita tentu mempunyai seorang atasan atau bos. Pernahkah kita mendapat suatu keberatan dari bos kita? Tentu keberatan yang disampaikan pasti terkait dengan kesalahan atau kemelesetan yang kita lakukan di pandangan bos kita tersebut. Jika sampai ada bos yang menyampaikan keberatan kepada kita, sesungguhnya bos itu adalah bos yang baik, karena ia tidak langsung menghukum dan memecat kita ketika kita melakukan kesalahan. Bos kita itu masih mengingatkan kita dan menyampaikan keberatan sebelum kita benar-benar melakukan kesalahan yang lebih fatal lagi.

Demikian juga dengan Tuhan. Jika kita memandang Tuhan sebagai majikan kita, maka kita harus siap menerima keberatan dari Tuhan ketika kita melakukan hal yang salah, atau bahkan ketika kita baru akan melakukan hal yang salah. Hendaknya keberatan dari Tuhan itu tidak dipandang sebagai suatu hukuman atau suatu kebencian dari-Nya kepada kita. Justru tingkatan dari keberatan itu masih berada di bawah teguran, karena ia belum sampai menegur kita tetapi baru menyampaikan keberatan-Nya kepada kita. Itu adalah semacam peringatan dini dari-Nya sebelum kita sampai melakukan kesalahan atau dosa yang lebih fatal lagi.

Hari ini kita akan belajar bagaimana Tuhan pun memiliki keberatan kepada salah satu jemaat yang tercatat di kitab Wahyu, yaitu jemaat di kota Pergamus. Sebagai salah satu dari tujuh jemaat yang disebutkan dalam kitab Wahyu, secara umum kita dapat melihat kondisi kota Pergamus yang cukup “berbahaya” bagi orang percaya pada waktu itu. Dikatakan bahwa jemaat Pergamus seakan-akan tinggal di tempat tahta Iblis, atau tempat dimana  iblis diam (ay. 13a & 13d). Bahkan Tuhan digambarkan sebagai sosok yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua (ay. 12). Ini menunjukkan bahwa jemaat Pergamus menghadapi tantangan yang tidak mudah, karena mereka harus berhadapan langsung untuk melawan kuasa kegelapan.

Salah satu tantangan yang dihadapi mereka antara lain adalah aniaya, dimana salah satu hamba-Nya yang bernama Antipas, dibunuh di hadapan jemaat (ay. 13c). Ini merujuk pada tindakan Iblis yang mencoba untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan kekristenan di kota tersebut, antara lain dengan membunuh para pemimpin jemaat pada waktu itu. Namun demikian, di tengah tantangan aniaya yang begitu hebat, jemaat Pergamus tetap diberi pujian dari Tuhan karena mereka tidak menyangkal iman mereka kepada Tuhan (ay. 13b).

Namun demikian, Tuhan ternyata memiliki beberapa keberatan terhadap jemaat Pergamus ini (ay. 14a). Keberatan Tuhan yang dimaksud antara lain adalah karena ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam (ay. 14b). Apakah ajaran Bileam itu? Jika kita membaca kisah dalam Perjanjian Lama, kita akan melihat bagaimana Bileam adalah seorang yang memiliki “karunia” untuk memberkati dan mengutuk orang lain (Bil 22:6). Sebenarnya jika kita teliti membaca ayat di kitab Bilangan, memang Bileam memiliki suatu hubungan yang spesial dengan Allah (Elohim Yahweh) (Bil 22:7-20). Ini menunjukkan bahwa sebenarnya Allah tidak hanya berurusan dengan bangsa Israel saja tetapi juga dapat berurusan dengan orang lain di luar orang Israel. Kita juga melihat bahwa pada akhirnya Bileam tidak jadi mengutuki bangsa Israel tetapi pada akhirnya memberkati mereka. Bileam tidak lagi peduli akan upah tenung yang besar yang dijanjikan Balak kepadanya.

Tetapi dalam perjalanannya ketika hendak bertemu dengan Balak, ada satu peristiwa di mana Allah sempat murka kepada Bileam (Bil 22:22). Alkitab memang tidak menceritakan dengan rinci mengenai hal ini, tetapi ada kemungkinan bahwa Bileam berubah hatinya ketika ia sedang dalam perjalanan untuk menemui  Balak. Meskipun awalnya Bileam sudah bertekad bahwa ia hanya akan mengatakan apa yang Allah firmankan (Bil 22:20), tetapi  mungkin saja ketika ia pergi bersama-sama dengan pemuka Moab yaitu utusan Balak, hatinya mulai goyah dan mulai memikirkan upah yang besar yang dapat ia terima. Ketika hatinya sudah mulai serong, untungnya Allah masih memperingatkan dan menegurnya, sehingga ia pun bertobat dan tidak mengutuk bangsa Israel.

Kemungkinan hal inilah yang dipersoalkan dalam ayat 14 ini, dimana Bileam (sebelum ia bertobat) sempat memberi nasehat kepada Balak untuk menyesatkan orang Isreal (ay. 14c). Sebenarnya kata “ajaran” di ayat ini menggunakan kata didaché (διδαχή) dan kata “memberi nasehat” menggunakan kata didaskó (διδάσκω) yang merupakan dua kata yang memiliki makna yang hampir sama, hanya berbeda jenis katanya saja. Saya pikir kita tidak perlu terlalu lama membahas Bileam dan Balak, tetapi kita harus menyadari bahwa yang lebih penting lagi adalah bagaimana adanya suatu nasehat/ajaran yang salah, yang diajarkan oleh orang-orang yang tidak mengerti, sehingga orang yang menerima ajaran itu menjadi tersesat. Dalam hal ini contoh kesesatan yang digunakan adalah supaya orang Israel makan persembahan berhala dan berbuat zinah (kemungkinan berhala yang dimaksud adalah berhala orang Moab dan supaya orang Israel berzinah/kawin dengan orang-orang Moab) (ay. 14d).

Dalam Bahasa aslinya, kata berzinah di sini adalah kata porneusai (πορνεῦσαι) dari akar kata porneuó (πορνεύω). Meskipun kata porneuó ini dapat bermakna perzinahan secara harafiah (berzinah secara fisik), seperti yang tertulis dalam kitab 1 Korintus (1 Kor 6:18, 1 Kor 10:8), tetapi kata ini juga dapat bermakna sebagai suatu perzinahan rohani, yang dicontohkan umat Israel ketika mereka menyembah dewa-dewa Moab (meskipun harus diakui bahwa sangat mungkin penyembahan berhala itu dimulai dari perzinahan antara umat Israel dengan bangsa Moab, yang ujung-ujungnya membawa hati umat Israel condong untuk menyembah dewa-dewa Moab dan dewa lainnya).

Dalam ayat selanjutnya, dapat dilihat bahwa kalimat “orang-orang yang menganut ajaran Bileam” itu adalah gambaran dari orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus (ay. 15). Siapakah Nikolaus ini? Saya sendiri belum mendapatkan jawaban pasti mengenai apakah ajaran dari “sekte” Nikolaus ini meskipun di internet cukup banyak beredar informasi mengenai hal tersebut. Hal ini disebabkan saya masih belum tahu pasti mana penjelasan yang benar (atau minimal bisa dianggap benar) terkait ajaran Nikolaus ini. Namun karena kata ini digunakan juga dalam tulisan kepada jemaat di Efesus, maka kemungkinan besar ajaran Nikolaus ini sudah beredar cukup luas di kalangan jemaat pada waktu itu (Why 2:6). Yang jelas ajaran Nikolaus ini adalah ajaran sesat yang dibenci oleh Tuhan (Why 2:6), sehingga cukup memalukan jika ada jemaat di kota Pergamus yang masih memegang ajaran Nikolaus ini.

Mengingat kitab Wahyu adalah kitab yang penuh dengan simbol, maka kita tidak dapat meyakini dengan pasti apa yang dimaksudkan oleh Yohanes mengenai ajaran Nikolaus ini. Namun demikian, karena sebenarnya jemaat Pergamus dan 6 jemaat lainnya merupakan penggambaran jemaat Tuhan yang ada di seluruh dunia, maka bisa jadi “ajaran Nikolaus” ini juga dialami oleh sekelompok jemaat Tuhan. Jika ciri-ciri ajaran Nikolaus hampir sama dengan ajaran Bileam, maka bisa disimpulkan bahwa ajaran Nikolaus tersebut membawa jemaat Tuhan untuk mencintai “obyek lain” dan mengajak melakukan perzinahan (bisa perzinahan jasmani maupun perzinahan rohani).

Sangat besar kemungkinan bahwa “obyek lain” yang dimaksud ini adalah dunia dengan segala keindahannya. Iblis mencoba untuk merayu orang percaya supaya tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hati tetapi membuat mereka terpikat dengan percintaan dunia. Tidak hanya kekayaan dan keindahan dunia (dalam hal ini harta maupun kedudukan) yang digunakan, tetapi juga sangat mungkin adalah pemuasan hawa nafsu seksual. Hal ini sangat mungkin digunakan iblis karena jika jemaat sudah terpikat oleh godaan hawa nafsu seksual, maka mereka dapat dikatakan sudah berzinah secara jasmani dan selangkah lagi untuk berzinah secara rohani.

Oleh karena itu, Tuhan berkata kepada jemaat Pergamus: “Bertobatlah!” dengan menggunakan tanda seru (!). Memang di dalam pesan kepda keenam jemaat lainnya, ada juga penggunaan kata “bertobat” dan juga penggunaan tanda seru. Namun dengan kata perintah yang sangat singkat (Sebab itu bertobatlah!), hendaknya kita dapat belajar satu hal bahwa apa yang dilakukan oleh jemaat Pergamus itu tidak disukai oleh Tuhan. Pertobatan yang dimaksud adalah pertobatan pikiran atau pertobatan pola pikir (metanoeó/μετανοέω). Semua pertobatan harus dimulai dari pikiran, karena jika pikiran seseorang masih belum diubah, maka pertobatan secara tindakan itu hanyalah suatu pertobatan yang semu dan sangat mudah untuk kembali kepada dosa yang dilakukan.

Jika tidak ada pertobatan, maka Tuhan berkata bahwa Dia akan segera datang kepada mereka (ay. 16b). Menurut saya ayat ini tidak berbicara tentang kedatangan-Nya yang kedua kali, melainkan lebih kepada kehadiran-Nya yang akan menjadi “lawan” bagi orang-orang yang hidupnya tidak benar. Bahkan kepada mereka yang menjadi musuh Allah (karena mencintai dunia dengan segala keindahannya), maka Tuhan akan memerangi mereka pedang yang ada di mulut-Nya (ay. 16c). Dalam banyak ayat di kitab lain selain Wahyu, kata “pedang” menggunakan kata machaira (μάχαιρα) yang pada umumnya memiliki makna sebagai “a short sword, dagger” pedang pendek, belati, yang umum digunakan untuk menusuk. Namun di kitab Wahyu, kata “pedang” hanya menggunakan satu kata yaitu rhomphaia (ῥομφαία) yang pada umumnya memiliki makna “a sword, scimitar” pedang, pedang yang melengkung yang umum digunakan pada masyarakat timur tengah, yang pada umumnya digunakan untuk menebas dan memotong (walaupun bisa juga digunakan untuk menusuk).

Kata pedang ini sangat mungkin menunjukkan suatu hukuman dari Tuhan, seperti yang umum digunakan di dalam kitab Wahyu (Bandingkan dengan Why 6:8, Why 19:15, Why 19:21). Oleh karena itu, kedatangan Tuhan yang dimaksud di ayat 16 ini sungguh menakutkan. Kita sebagai orang Kristen yang normal tentu rindu melihat Tuhan datang di dalam ibadah kita, Tuhan datang di dalam gereja, bahkan Tuhan datang di rumah dan di hati kita. Tetapi jika Tuhan datang sebagai musuh yang akan memerangi kita dengan pedang dari mulut-Nya. Oleh karena itu jagalah diri kita dan bertobatlah selagi masih ada kesempatan. Jika Tuhan masih menyampaikan keberatan-Nya kepada kita, maka biarlah kita dengar-dengaran dan segera menginstropeksi diri kita dengan benar. Jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan sehingga kita sampai pada tahap dimana tidak dapat diubah lagi. Jika sampai kita menjadi musuh Allah, siapakah yang akan mampu menyelamatkan kita dari murka-Nya yang dahsyat?



Bacaan Alkitab: Wahyu 2:12-16
2:12 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus: Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua:
2:13 Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam.
2:14 Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.
2:15 Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus.
2:16 Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulut-Ku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.