Jumat, 04 Oktober 2019

Pornos dan Moichos (47): Wanita Izebel yang Menyesatkan Hamba-Hamba Tuhan


Sabtu, 5 Oktober 2019
Bacaan Alkitab: Wahyu 2:18-20
Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. (Why 2:20)


Pornos dan Moichos (47): Wanita Izebel yang Menyesatkan Hamba-Hamba Tuhan


Setelah kemarin kita belajar dari jemaat Pergamus, maka hari ini dan setelahnya kita akan belajar dari jemaat di Tiatira. Pesan Tuhan kepada jemaat di Tiatira dimulai dengan tulisan bahwa ini adalah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga (ay. 18). Tuhan tentu tahu segala pekerjaan dan apa yang kita lakukan. Demikian pula dengan jemaat di Tiatira, dimana Tuhan tahu segala pekerjaan mereka, kasih mereka, iman mereka, pelayanan mereka, dan ketekunan mereka (ay. 19a). Dalam hal ini Tuhan tahu bahwa pekerjaan mereka yang terakhir lebih banyak atau lebih besar daripada yang pertama (ay. 19b).

Jelas bahwa jemaat Tiatira ini adalah jemaat yang sangat rajin, karena pekerjaan (ergon/ἔργον) yang mereka lakukan dipuji karena semakin hari pekerjaan mereka semakin banyak atau semakin besar. Ini dapat berarti bahwa mereka mungkin saja punya banyak pekerjaan atau pelayanan di dalam jemaat yang semakin hari semakin bertambah banyak. Apakah ini salah? Dari satu sisi, ini adalah hal yang baik karena dengan demikian ada banyak orang yang dapat menerima pelayanan mereka, baik jemaat maupun orang-orang di luar jemaat. Namun demikian, di sisi lain juga masih ada potensi kemelesetan karena mereka hanya fokus pada apa yang kelihatan dan terlihat baik dari luar tanpa memperhatikan apa yang ada di dalam.

Meskipun dalam hal pekerjaan dan pelayanan ini jemaat Tiatira patut menerima pujian, namun ternyata Tuhan juga mencela mereka, karena mereka membiarkan wanita Izebel untuk mengajar dan menyesatkan hamba-hamba Tuhan (ay. 20). Karena kitab Wahyu ini penuh dengan simbol-simbol, maka untuk mengerti dengan lebih dalam lagi maka kita harus menyelidiki apa yang dimaksud dengan wanita Izebel di dalam ayat ini. Kita juga harus menyelidiki mengapa wanita Izebel ini berbahaya dan apa yang dilakukan oleh wanita Izebel ini terhadap jemaat Tuhan.

Kata Izebel (Iezabel/ Ἰεζάβελ) ini hanya muncul satu kali dalam Alkitab Perjanjian Baru yaitu di ayat 20 ini. Jika merujuk pada Perjanjian Lama, kita akan mengerti bahwa Izebel ini adalah istri raja Ahab (1 Raj 16:31). Izebel adalah wanita yang sangat jahat, bahkan mungkin salah satu yang terjahat yang tercatat dalam Alkitab. Setidaknya Alkitab mencatat bagaimana Izebel membujuk Ahab untuk menyembah dewa-dewa lain (1 Raj 16:31), bagaimana Izebel membunuhi nabi-nabi Tuhan (1 Raj 18:4 & 13), bagaimana Izebel mengancam akan membunuh Elia hingga Elia takut (1 Raj 19:2-3), dan bagaimana Izebel merancang pembunuhan Nabot hanya supaya Ahab dapat menikmati kebun anggurnya (1 Raj 21:5-16).

Jelaslah jika Tuhan menggunakan istilah “wanita Izebel” dalam pesan kepada jemaat di Tiatira, maka ada suatu masalah yang luar biasa yang mengancam iman jemaat tersebut. Alkitab menulis bahwa apa yang diajarkan oleh wanita Izebel ini adalah supaya hamba-hamba Tuhan berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala (ay. 20b). Sebenarnya apa yang dilakukan Izebel ini hampir sama dengan yang dilakukan oleh Bileam, karena mempengaruhi jemaat untuk berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala (bandingkan dengan Why 2:14). Kata “zinah” di ayat 20 ini menggunakan kata porneusai (πορνεῦσαι) dari akar kata porneuó (πορνεύω), kata yang sama persis dengan yang digunakan di ayat 14. Hal ini bisa merujuk kepada perzinahan jasmani maupun perzinahan rohani.

Namun jika mau jujur, menurut pendapat saya “ajaran wanita Izebel” di jemaat Tiatira ini jauh lebih berbahaya daripada “ajaran Bileam” di jemaat Pergamus. Mengapa saya berkata demikian?

Pertama, dari target penyesatannya. Pada jemaat Pergamus, ajaran Bileam “hanya” menargetkan jemaat untuk mengikuti ajaran tersebut. Namun pada jemaat Tiatira, wanita Izebel ini menyebut dirinya sebagai nabiah (nabi perempuan) dan kemudian mengajar dan meyesatkan hamba-hamba Tuhan. Walaupun sebenarnya semua orang percaya juga adalah hamba Tuhan, tetapi dalam konteks ayat ini kata hamba-hamba (doulos/δοῦλος) lebih merujuk kepada orang-orang yang memegang posisi tertentu dalam jemaat. Bayangkan adanya 2 musuh, yang satu mengincar orang biasa tetapi yang satu mengincar para pemimpin, jelas bahwa musuh yang mengincar atau menargetkan para pemimpin adalah jauh lebih berbahaya.

Kedua, dari dampaknya terhadap jemaat. Pada jemaat Pergamus, ajaran Bileam ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam ini. Beberapa orang itu saja sudah cukup memberi pengaruh negatif kepada jemaat. Bayangkan jika di jemaat Tiatira, justru hamba-hamba Tuhan yang seharusnya menyampaikan kebenaran tetapi justru mereka sudah terkontaminasi dengan “wanita Izebel”. Kira-kira pengajaran macam apa yang akan disampaikan oleh para hamba-hamba Tuhan kepada jemaat? Dampak dari penyesatan ini sudah sangat masif dan berbahaya bagi jemaat Tuhan.

Ketiga, dari dampaknya terhadap para pemimpin jemaat. Karena target penyesatan “wanita Izebel” ini adalah para hamba-hamba Tuhan yang notabene adalah pemimpin jemaat, maka kita akan melihat  bagaimana jemaat Tiatira membiarkan wanita Izebel ini mengajar dan menyesatkan. Kira-kira, mungkinkah jemaat biasa memiliki wewenang untuk membiarkan wanita Izebel ini menyesatkan? Bukankah yang seharusnya memiliki wewenang adalah para pemimpin jemaat? Kita dapat melihat bagaimana para pemimpin yang sudah terkontaminasi ajaran wanita Izebel ini pada akhirnya membiarkan ajaran itu dalam pengajaran yang kemudian menyesatkan hamba-hamba Tuhan dan tentunya juga jemaat Tuhan.

Kata “membiarkan” dalam ayat 20 ini menggunakan kata aphiémi (ἀφίημι), yang dapat berarti “to send away, to let go, to release, to permit, to tolerate” (mengutus, melepaskan, membiarkan, mengizinkan, membolehkan, mentolerir). Jadi hamba-hamba Tuhan di jemaat Tiatira tentu sudah mengerti standar kebenaran, tetapi pada akhirnya mereka membiarkan dan menoleransi ajaran wanita Izebel ini masuk ke dalam jemaat. Kita telah membahas dalam renungan hari sebelumnya bahwa ajaran Bileam kemungkinan besar merujuk kepada percintaan dunia dan juga hawa nafsu. Ini berarti bahwa ajaran “wanita Izebel” juga memiliki kemiripan, tetapi dengan dosis atau dampak yang lebih besar lagi karena dapat mempengaruhi hamba-hamba Tuhan.

Jika boleh mengibaratkan dan menganalogikan, jika ajaran Bileam mengajarkan jemaat untuk cinta uang, mencari uang dengan sebanyak-banyaknya supaya kaya, bahkan jika perlu melakukan tindakan yang melawan hukum, maka ajaran “wanita Izebel” jauh lebih dahsyat dari itu. Ajaran “wanita Izebel” yang ditujukan kepada hamba-hamba Tuhan mungkin adalah percintaan dunia dengan barang-barang bermerek, keterikatan dengan rumah, mobil, dan perhiasan (kalau tidak menggunakan mobil merek ini dan tipe ini, atau menggunakan jam tangan merk ini maka ada sesuatu yang kurang). Ajaran “wanita Izebel” mungkin juga akan nampak dalam keserakahan dan ketamakan, sehingga hamba-hamba Tuhan menuntut jemaat untuk memberikan persembahan lebih banyak, bahkan mengadakan banyak jam-jam ibadah supaya dengan demikian semakin banyak kolekte yang masuk, atau mungkin mengadakan perbedaan antara orang-orang yang rajin memberi persembahan (antara lain persembahan persepuluhan) kepada pendeta dan yang bukan, dan mendorong orang-orang berlomba-lomba untuk memberi lebih banyak supaya dapat memperoleh tempat istimewa di hati pendeta.

Saya yakin bahwa hamba-hamba Tuhan di kota Tiatira bukannya tidak mengerti bahwa hal itu salah, tetapi mereka sudah terikat dan tidak dapat melepaskan diri dari ikatan tersebut. Lebih bahaya lagi jika ajaran “wanita Izebel” ini menyerang istri-istri pendeta sehingga para pendeta mau tidak mau harus menyampaikan ajaran ini supaya dapat memuaskan gaya hidup istri-istri pendeta. Hal ini sangat mungkin dapat terjadi karena pada kenyataannya, di dalam Perjanjian Lama Izebel pun mempengaruhi raja Ahab (yang merupakan pemimpin umat Israel) dan membuat Ahab mengambil banyak keputusan yang salah, bahkan hingga mengorbankan nyawa rakyatnya sendiri. Raja Ahab yang seharusnya melindungi rakyatnya justru membiarkan rakyatnya mati hanya karena hasutan Izebel yang ada di sampingnya.

Karena ketujuh jemaat di kitab Wahyu adalah gambaran mengenai jemaat Tuhan di segala tempat dan waktu hingga saat ini, jadi sangatlah mungkin kalau ada beberapa jemaat Tuhan yang mengalami tantangan seperti ini. Iblis mungkin tidak menyerang jemaat secara langsung, tetapi mencoba menyerang jemaat dengan menguasai para pemimpinnya. Betapa berbahayanya jika hal ini terjadi. Jika sampai hamba-hamba Tuhan didapati tersesat oleh pengajaran “wanita Izebel” tersebut, maka jemaat tersebut sebenarnya sudah berada di ambang kehancuran.



Bacaan Alkitab: Wahyu 2:18-20
2:18 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga:
2:19 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.
2:20 Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.