Sabtu,
5 Oktober 2019
Bacaan Alkitab: Wahyu 2:18-20
Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut
dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah
dan makan persembahan-persembahan berhala. (Why 2:20)
Pornos dan Moichos (47): Wanita Izebel yang Menyesatkan Hamba-Hamba Tuhan
Setelah
kemarin kita belajar dari jemaat Pergamus, maka hari ini dan setelahnya kita
akan belajar dari jemaat di Tiatira. Pesan Tuhan kepada jemaat di Tiatira dimulai
dengan tulisan bahwa ini adalah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala
api dan kaki-Nya bagaikan tembaga (ay. 18). Tuhan tentu tahu segala pekerjaan
dan apa yang kita lakukan. Demikian pula dengan jemaat di Tiatira, dimana Tuhan
tahu segala pekerjaan mereka, kasih mereka, iman mereka, pelayanan mereka, dan
ketekunan mereka (ay. 19a). Dalam hal ini Tuhan tahu bahwa pekerjaan mereka
yang terakhir lebih banyak atau lebih besar daripada yang pertama (ay. 19b).
Jelas
bahwa jemaat Tiatira ini adalah jemaat yang sangat rajin, karena pekerjaan (ergon/ἔργον) yang
mereka lakukan dipuji karena semakin hari pekerjaan mereka semakin banyak atau
semakin besar. Ini dapat berarti bahwa mereka mungkin saja punya banyak
pekerjaan atau pelayanan di dalam jemaat yang semakin hari semakin bertambah
banyak. Apakah ini salah? Dari satu sisi, ini adalah hal yang baik karena
dengan demikian ada banyak orang yang dapat menerima pelayanan mereka, baik jemaat
maupun orang-orang di luar jemaat. Namun demikian, di sisi lain juga masih ada
potensi kemelesetan karena mereka hanya fokus pada apa yang kelihatan dan
terlihat baik dari luar tanpa memperhatikan apa yang ada di dalam.
Meskipun
dalam hal pekerjaan dan pelayanan ini jemaat Tiatira patut menerima pujian,
namun ternyata Tuhan juga mencela mereka, karena mereka membiarkan wanita
Izebel untuk mengajar dan menyesatkan hamba-hamba Tuhan (ay. 20). Karena kitab Wahyu
ini penuh dengan simbol-simbol, maka untuk mengerti dengan lebih dalam lagi
maka kita harus menyelidiki apa yang dimaksud dengan wanita Izebel di dalam
ayat ini. Kita juga harus menyelidiki mengapa wanita Izebel ini berbahaya dan
apa yang dilakukan oleh wanita Izebel ini terhadap jemaat Tuhan.
Kata
Izebel (Iezabel/ Ἰεζάβελ) ini hanya muncul
satu kali dalam Alkitab Perjanjian Baru yaitu di ayat 20 ini. Jika merujuk pada
Perjanjian Lama, kita akan mengerti bahwa Izebel ini adalah istri raja Ahab (1
Raj 16:31). Izebel adalah wanita yang sangat jahat, bahkan mungkin salah satu
yang terjahat yang tercatat dalam Alkitab. Setidaknya Alkitab mencatat
bagaimana Izebel membujuk Ahab untuk menyembah dewa-dewa lain (1 Raj 16:31), bagaimana
Izebel membunuhi nabi-nabi Tuhan (1 Raj 18:4 & 13), bagaimana Izebel
mengancam akan membunuh Elia hingga Elia takut (1 Raj 19:2-3), dan bagaimana
Izebel merancang pembunuhan Nabot hanya supaya Ahab dapat menikmati kebun
anggurnya (1 Raj 21:5-16).
Jelaslah
jika Tuhan menggunakan istilah “wanita Izebel” dalam pesan kepada jemaat di
Tiatira, maka ada suatu masalah yang luar biasa yang mengancam iman jemaat
tersebut. Alkitab menulis bahwa apa yang diajarkan oleh wanita Izebel ini adalah
supaya hamba-hamba Tuhan berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan
berhala (ay. 20b). Sebenarnya apa yang dilakukan Izebel ini hampir sama dengan
yang dilakukan oleh Bileam, karena mempengaruhi jemaat untuk berbuat zinah dan
makan persembahan-persembahan berhala (bandingkan dengan Why 2:14). Kata “zinah”
di ayat 20 ini menggunakan kata porneusai (πορνεῦσαι) dari akar kata porneuó (πορνεύω),
kata yang sama persis dengan yang digunakan di ayat 14. Hal ini bisa merujuk
kepada perzinahan jasmani maupun perzinahan rohani.
Namun
jika mau jujur, menurut pendapat saya “ajaran wanita Izebel” di jemaat Tiatira
ini jauh lebih berbahaya daripada “ajaran Bileam” di jemaat Pergamus. Mengapa
saya berkata demikian?
Pertama,
dari target penyesatannya. Pada jemaat Pergamus, ajaran Bileam “hanya”
menargetkan jemaat untuk mengikuti ajaran tersebut. Namun pada jemaat Tiatira,
wanita Izebel ini menyebut dirinya sebagai nabiah (nabi perempuan) dan kemudian
mengajar dan meyesatkan hamba-hamba Tuhan. Walaupun sebenarnya semua orang
percaya juga adalah hamba Tuhan, tetapi dalam konteks ayat ini kata hamba-hamba
(doulos/δοῦλος) lebih merujuk kepada orang-orang yang
memegang posisi tertentu dalam jemaat. Bayangkan adanya 2 musuh, yang satu
mengincar orang biasa tetapi yang satu mengincar para pemimpin, jelas bahwa
musuh yang mengincar atau menargetkan para pemimpin adalah jauh lebih berbahaya.
Kedua,
dari dampaknya terhadap jemaat. Pada jemaat Pergamus, ajaran Bileam ada
beberapa orang yang menganut ajaran Bileam ini. Beberapa orang itu saja sudah
cukup memberi pengaruh negatif kepada jemaat. Bayangkan jika di jemaat Tiatira,
justru hamba-hamba Tuhan yang seharusnya menyampaikan kebenaran tetapi justru
mereka sudah terkontaminasi dengan “wanita Izebel”. Kira-kira pengajaran macam
apa yang akan disampaikan oleh para hamba-hamba Tuhan kepada jemaat? Dampak
dari penyesatan ini sudah sangat masif dan berbahaya bagi jemaat Tuhan.
Ketiga,
dari dampaknya terhadap para pemimpin jemaat. Karena target penyesatan “wanita
Izebel” ini adalah para hamba-hamba Tuhan yang notabene adalah pemimpin jemaat,
maka kita akan melihat bagaimana jemaat Tiatira
membiarkan wanita Izebel ini mengajar dan menyesatkan. Kira-kira, mungkinkah jemaat
biasa memiliki wewenang untuk membiarkan wanita Izebel ini menyesatkan?
Bukankah yang seharusnya memiliki wewenang adalah para pemimpin jemaat? Kita
dapat melihat bagaimana para pemimpin yang sudah terkontaminasi ajaran wanita
Izebel ini pada akhirnya membiarkan ajaran itu dalam pengajaran yang kemudian
menyesatkan hamba-hamba Tuhan dan tentunya juga jemaat Tuhan.
Kata “membiarkan”
dalam ayat 20 ini menggunakan kata aphiémi (ἀφίημι), yang dapat berarti “to send away, to let go, to release, to permit, to
tolerate” (mengutus, melepaskan, membiarkan,
mengizinkan, membolehkan, mentolerir). Jadi hamba-hamba Tuhan di jemaat Tiatira
tentu sudah mengerti standar kebenaran, tetapi pada akhirnya mereka membiarkan
dan menoleransi ajaran wanita Izebel ini masuk ke dalam jemaat. Kita telah
membahas dalam renungan hari sebelumnya bahwa ajaran Bileam kemungkinan besar
merujuk kepada percintaan dunia dan juga hawa nafsu. Ini berarti bahwa ajaran “wanita
Izebel” juga memiliki kemiripan, tetapi dengan dosis atau dampak yang lebih
besar lagi karena dapat mempengaruhi hamba-hamba Tuhan.
Jika boleh
mengibaratkan dan menganalogikan, jika ajaran Bileam mengajarkan jemaat untuk cinta
uang, mencari uang dengan sebanyak-banyaknya supaya kaya, bahkan jika perlu
melakukan tindakan yang melawan hukum, maka ajaran “wanita Izebel” jauh lebih
dahsyat dari itu. Ajaran “wanita Izebel” yang ditujukan kepada hamba-hamba
Tuhan mungkin adalah percintaan dunia dengan barang-barang bermerek, keterikatan
dengan rumah, mobil, dan perhiasan (kalau tidak menggunakan mobil merek ini dan
tipe ini, atau menggunakan jam tangan merk ini maka ada sesuatu yang kurang). Ajaran
“wanita Izebel” mungkin juga akan nampak dalam keserakahan dan ketamakan,
sehingga hamba-hamba Tuhan menuntut jemaat untuk memberikan persembahan lebih
banyak, bahkan mengadakan banyak jam-jam ibadah supaya dengan demikian semakin
banyak kolekte yang masuk, atau mungkin mengadakan perbedaan antara orang-orang
yang rajin memberi persembahan (antara lain persembahan persepuluhan) kepada
pendeta dan yang bukan, dan mendorong orang-orang berlomba-lomba untuk memberi
lebih banyak supaya dapat memperoleh tempat istimewa di hati pendeta.
Saya
yakin bahwa hamba-hamba Tuhan di kota Tiatira bukannya tidak mengerti bahwa hal
itu salah, tetapi mereka sudah terikat dan tidak dapat melepaskan diri dari
ikatan tersebut. Lebih bahaya lagi jika ajaran “wanita Izebel” ini menyerang
istri-istri pendeta sehingga para pendeta mau tidak mau harus menyampaikan
ajaran ini supaya dapat memuaskan gaya hidup istri-istri pendeta. Hal ini sangat
mungkin dapat terjadi karena pada kenyataannya, di dalam Perjanjian Lama Izebel
pun mempengaruhi raja Ahab (yang merupakan pemimpin umat Israel) dan membuat Ahab
mengambil banyak keputusan yang salah, bahkan hingga mengorbankan nyawa rakyatnya
sendiri. Raja Ahab yang seharusnya melindungi rakyatnya justru membiarkan
rakyatnya mati hanya karena hasutan Izebel yang ada di sampingnya.
Karena ketujuh
jemaat di kitab Wahyu adalah gambaran mengenai jemaat Tuhan di segala tempat
dan waktu hingga saat ini, jadi sangatlah mungkin kalau ada beberapa jemaat
Tuhan yang mengalami tantangan seperti ini. Iblis mungkin tidak menyerang
jemaat secara langsung, tetapi mencoba menyerang jemaat dengan menguasai para
pemimpinnya. Betapa berbahayanya jika hal ini terjadi. Jika sampai hamba-hamba
Tuhan didapati tersesat oleh pengajaran “wanita Izebel” tersebut, maka jemaat
tersebut sebenarnya sudah berada di ambang kehancuran.
Bacaan Alkitab: Wahyu 2:18-20
2:18 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman
Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga:
2:19 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik
pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih
banyak dari pada yang pertama.
2:20 Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel,
yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya
berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.