Rabu, 25 Juni 2014
Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh
20:1-13
Yosafat menjadi
takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada
seluruh Yehuda supaya berpuasa. (2 Taw 20:3)
Tetap Mencari
Tuhan di Saat Kita Takut
Siapa di antara kita yang tidak pernah takut?
Pernahkah kita takut akan sesuatu? Ataukah ada di antara kita yang tidak pernah
takut? Saya rasa takut adalah sebuah hal yang wajar bagi kita yang hidup
sebagai manusia. Sangat wajar kita merasakan takut ketika menghadapi bahaya,
ketika menghadapi permasalahan, ketika menghadapi sesuatu yang terlihat
mengancam kita, atau ketika menghadapi sesuatu hal yang lebih besar dari apa
yang menjadi kesanggupan kita. Namun, bolehkah sebagai anak-anak Tuhan merasa
takut?
Beberapa pendeta mengatakan bahwa kita
sebagai anak-anak Tuhan tidak perlu takut karena takut itu tidak berasal dari
Tuhan. Saya sendiri lebih cenderung mengatakan bahwa kita boleh merasa takut,
tetapi kita tidak boleh hidup dalam ketakutan. Takut adalah suatu mekanisme
normal kita sebagai manusia, tetapi jika kita hidup dalam ketakutan (selalu
takut setiap saat), berarti ada yang tidak normal dengan kita. Saya sendiri
berpandangan bahwa ketika kita takut, di situlah kita menyadari bahwa kita
tidak mampu mengatasi masalah yang kita hadapi, dan kita membutuhkan sosok yang
dapat membantu kita menghadapi semuanya. Siapa sosok tersebut? Tentu saja Tuhan
kita.
Kita akan belajar dari kisah salah seorang
Raja Yehuda, yaitu Raja Yosafat. Sebagai seorang raja, tentu kita berpikir bahwa ia tidak akan merasakan
rasa takut, minimal takut yang dirasakannya akan berbeda dengan rasa takut yang
umum kita rasakan sebagai orang biasa. Akan tetapi, sebenarnya Yosafat juga
sama dengan kita, yaitu ia juga pernah takut. Ia takut ketika bani Moab dan bani
Amon datang dalam jumlah yang besar untuk menyerang Yehuda (ay. 1-3a). Akan
tetapi Yosafat melakukan tindakan yang benar ketika ia takut. Meskipun dilanda ketakutan,
ia tidak mencari pertolongan ke bangsa-bangsa lain apalagi ke dewa-dewa lain,
tetapi ia mengambil keputusan untuk mencari Tuhan (ay. 3b). Hingga pada
akhirnya, Tuhan pun memberi kemenangan dengan cara yang ajaib kepada Yosafat
dan seluruh bangsa Yehuda (2 Taw 20:22-25).
Ada beberapa kunci bagaimana Yosafat dapat
memperoleh kemenangan yang luar biasa tersebut, antara lain:
Pertama, meskipun takut, Yosafat tetap
berusaha mencari Tuhan (ay. 3a-3b). Yosafat pada saat itu memiliki banyak
alternatif pertolongan. Ia dapat meminta bantuan dari kerajaan lainnya. Ia juga
dapat berharap kepada dewa-dewa yang disembah bangsa-bangsa lain, dan lain
sebagainya. Akan tetapi Yosafat memilih untuk tetap mencari Tuhan dalam
kesesakannya. Ketika ia takut, ia tidak melihat ketakutannya tetapi lebih
memilih untuk melihat dan mencari Tuhan. Ini juga seharusnya menjadi prinsip
hidup kita, walaupun kita takut akan sesuatu hal (misal: masa depan, jodoh,
pekerjaan, dan lain sebagainya), kita harus tetap mengutamakan dan mencari
Tuhan.
Kedua, Yosafat tidak mencari Tuhan sendiri,
tetapi mengajak seluruh rakyatnya (ay. 3c-4, 13). Yosafat tidak mau menjadi
single fighter dalam hal ini (menghadapi ketakutannya). Ketika kita takut dan
kita hanya bertindak seorang diri, maka kita akan sangat mudah dikalahkan oleh
rasa ketakutan kita tersebut. Akan tetapi jika kita menghadapi rasa takut
bersama-sama, maka kita akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Selain itu,
Yosafat adalah pemimpin bangsa Yehuda pada waktu itu. Sehingga ia memiliki
kewajiban untuk memimpin dan menggembalakan rakyatnya. Oleh karena itu ia tidak
segan mengajak segenap bangsa Yehuda berpuasa dan datang kepada Tuhan (ay. 3c),
bahkan dari seluruh kota-kota yang ada, seluruh bangsa datang kepada Tuhan (ay.
4), hingga seluruh anggota keluarga juga datang mencari Tuhan (ay. 13). Ini
juga menjadi pelajaran bagi kita agar kita juga hidup dalam komunitas yang
mendukung kita, bahkan jika kita sudah menjadi pemimpin, kita pun perlu menjadi
pemimpin yang melayani orang-orang yang kita pimpin.
Ketiga, Yosafat berdoa kepada Tuhan dengan
iman dan mengutip Firman Tuhan dalam doanya (ay. 5-11). Yosafat tidak berdoa
dengan pasrah, tetapi kunci dari doa Yosafat adalah mengutip Firman Tuhan yang
ia tahu. Yosafat mengucapkan janji-janji Tuhan dalam doanya, dan percaya bahwa
ketika ia berdoa dengan iman yang benar, maka Tuhan akan menjawab doanya. Ini
juga harus menjadi kunci kita ketika kita takut bahwa Tuhan senantiasa
mendengar doa kita ketika kita berdoa dengan iman yang benar kepada Tuhan. Kita
seharusnya berdoa bukan dengan membabi buta (misal dengan suara yang keras dan
diulang-ulang berkali-kali), atau berdoa dengan pasrah (terserah Tuhan saja),
atau berdoa dengan cara lain yang tidak sesuai dengan prinsip kebenaran Firman
Tuhan.
Ketiga prinsip di atas dapat digunakan pada
saat kita takut ketika menghadapi masalah atau hal apapun. Kita boleh tetap
percaya dan mencari Tuhan, berkumpul bersama komunitas yang mendukung (tidak
menghadapi hanya seorang diri), dan berdoa dengan iman yang benar kepada Tuhan.
Apapun yang kita alami, kita tahu bahwa itu tidak akan melebihi kekuatan kita
(1 Kor 10:13). Oleh karena itu, walau kita takut, tapi jangan sampai kita
senantiasa hidup dalam ketakutan. Milikilah iman yang benar kepada Tuhan.
Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh
20:1-13
20:1 Setelah itu
bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan
orang Meunim.
20:2 Datanglah
orang memberitahukan Yosafat: "Suatu laskar yang besar datang dari
seberang Laut Asin, dari Edom, menyerang tuanku. Sekarang mereka di
Hazezon-Tamar," yakni En-Gedi.
20:3 Yosafat
menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan
kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa.
20:4 Dan Yehuda
berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada TUHAN. Mereka datang dari semua kota
di Yehuda untuk mencari TUHAN.
20:5 Lalu Yosafat
berdiri di tengah-tengah jemaah Yehuda dan Yerusalem di rumah TUHAN, di muka
pelataran yang baru
20:6 dan berkata:
"Ya TUHAN, Allah nenek moyang kami, bukankah Engkau Allah di dalam sorga?
Bukankah Engkau memerintah atas segenap kerajaan bangsa? Kuasa dan keperkasaan
ada di dalam tangan-Mu, sehingga tidak ada orang yang dapat bertahan melawan
Engkau.
20:7 Bukankah
Engkau Allah kami yang menghalau penduduk tanah ini dari depan umat-Mu Israel,
dan memberikannya kepada keturunan Abraham, sahabat-Mu itu, untuk
selama-lamanya?
20:8 Lalu mereka
mendiami tanah itu, dan mendirikan bagi-Mu tempat kudus untuk nama-Mu. Kata
mereka:
20:9 Bila sesuatu
malapetaka menimpa kami, yakni pedang, penghukuman, penyakit sampar atau
kelaparan, kami akan berdiri di muka rumah ini, di hadapan-Mu, karena nama-Mu
tinggal di dalam rumah ini. Dan kami akan berseru kepada-Mu di dalam kesesakan
kami, sampai Engkau mendengar dan menyelamatkan kami.
20:10 Sekarang,
lihatlah, bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir ini! Ketika
orang Israel datang dari tanah Mesir, Engkau melarang mereka memasuki
negerinya. Oleh sebab itu mereka menjauhinya dan tidak memusnahkannya.
20:11 Lihatlah,
sebagai pembalasan mereka datang mengusir kami dari tanah milik yang telah
Engkau wariskan kepada kami.
20:12 Ya Allah
kami, tidakkah Engkau akan menghukum mereka? Karena kami tidak mempunyai
kekuatan untuk menghadapi laskar yang besar ini, yang datang menyerang kami.
Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju
kepada-Mu."
20:13 Sementara
itu seluruh Yehuda berdiri di hadapan TUHAN, juga segenap keluarga mereka
dengan isteri dan anak-anak mereka.