Senin, 16 Juni 2014
Bacaan Alkitab: 1 Tesalonika
4:1-8
Supaya kamu
masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di
dalam pengudusan dan penghormatan (1 Tes 4:4)
Apa Alasan Kita
Menikah?
Bagaimanapun juga, pernikahan adalah sesuatu
hal yang penting dalam kehidupan manusia. Bahkan saya sendiri menilai bahwa
pernikahan adalah hal yang sangat penting selain keselamatan kita. Ketika kita
memutuskan untuk menikah, sesungguhnya kita harus mengerti mengapa kita
menikah, apa tujuan kita menikah, dan apa yang harus kita lakukan saat kita
menikah dan setelah kita menikah. Menurut pendapat saya secara pribadi,
keputusan untuk menikah dengan seseorang adalah keputusan terpenting kedua
setelah keputusan untuk menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita.
Ketika kita memilih presiden dalam pemilihan
umum, jika kita salah memilih presiden maka kita akan merasakan dampaknya
selama 5 tahun ke depan. Tetapi jika kita salah memilih pasangan hidup yang
kita nikahi, maka kita akan merasakan dampaknya seumur hidup kita. Keputusan
untuk menikah hanya berada di bawah keputusan untuk menerima keselamatan di
dalam Yesus Kristus, karena jika kita salah memilih (tidak mau memilih Yesus
sebagai Juruselamat pribadi kita), maka kita akan mengalami sengsara kekal di
neraka kelak.
Oleh karena itu, saya bersyukur diingatkan
tentang sejumlah ayat yang akan kita baca dalam bagian bacaan Alkitab kita hari
ini. Dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Paulus awalnya memuji jemaat
Tesalonika bahwa mereka telah mendengarkan Firman Tuhan dan telah mencoba untuk
menuruti Firman Tuhan agar mereka dapat hidup berkenan kepada Tuhan, namun di
sisi lain Paulus pun melihat masih ada beberapa hal yang harus mereka
tingkatkan lagi dalam konteks hidup menurut Firman Tuhan (ay. 1-2). Salah satu
hal yang cukup ditekankan Paulus adalah mengenai perkawinan atau pernikahan.
Paulus memulai dengan kalimat agar jemaat
Tesalonika menjauhi percabulan, karena mereka telah dikuduskan oleh Allah (ay.
3). Terkait dengan hal tersebut, maka Paulus menasehatkan jemaat Tesalonika
agar mereka mengambil seorang perempuan menjadi isteri mereka sendiri dan hidup
di dalam pengudusan dan penghormatan (ay. 4), dan bukan di dalam keinginan hawa
nafsu seperti yang dibuat oleh kebanyakan orang yang tidak mengenal Allah (ay.
5). Memang pada waktu itu masih terjadi ketidaksetaraan gender yang menyebabkan
surat Tesalonika terutama ditujukan kepada kaum pria saja, sehingga Paulus
meminta mereka untuk mengambil isteri, dan tidak ditulis agar kaum wanita
mengambil suami. Tetapi dalam konteks saat ini, saya rasa ayat 3 s.d. 5 ini
sangat relevan digunakan kepada seluruh jemaat Tuhan baik pria maupun wanita.
Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari ketiga ayat tersebut, antara
lain:
Pertama, Tuhan ingin agar kita menikah di
dalam kekudusan (ay. 3a). Dalam sejarah kekristenan, pernikahan adalah suatu
hal yang sangat kudus dan sakral, karena terdapat unsur perjanjian antara kedua
belah mempelai (pria dan wanita) di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, ketika
kedua mempelai mengucapkan janji nikah mereka di hadapan Tuhan, maka Tuhan pun
melihat mereka sudah dipersatukan dalam suatu ikatan pernikahan yang kudus dan
mereka tidak boleh dan tidak dapat diceraikan (Mat 19:6)
Kedua, Tuhan ingin agar kita menikah dengan 1
orang saja (ay. 4a). Pernikahan Kristen adalah pernikahan seumur hidup, artinya
selama maut belum memisahkan, maka seorang suami hanya boleh memiliki 1 isteri
dan sebaliknya seorang isteri juga hanya boleh memiliki 1 suami. Ingat bahwa
bagi Adam pun hanya diciptakan seorang Hawa, dan bukan banyak Hawa. Oleh karena
itu, penting bagi kita untuk menyadari kebenaran ini, agar kita sungguh-sungguh
memikirkan dengan benar siapa orang yang akan menikah dengan kita. Jangan
melihat contoh-contoh poligami dalam Alkitab Perjanjian Lama, karena itu adalah
konteks bangsa Israel pada waktu itu. Kita yang hidup di zaman anugerah (masa
Perjanjian Baru), harus memiliki standar yang lebih tinggi, dalam hal ini yaitu
menikah dengan 1 orang hingga maut memisahkan.
Ketiga, Tuhan ingin agar dalam pernikahan ada
pengudusan dan penghormatan (ay. 4b). Dalam keluarga atau rumah tangga yang
dibentuk oleh Tuhan dalam suatu pernikahan yang kudus, harus ada suatu prinsip
pengudusan dan penghormatan antar anggota-anggota keluarga. Hal tersebut banyak
dibahas oleh Paulus dalam surat-suratnya yang lain, dimana antara lain isteri
harus tunduk kepada suami sedangkan suami harus mengasihi isteri (Ef 5:22-28),
anak-anak harus menaati orang tua dan orang tua harus mendidik anak dalam
kebenaran (Ef 6:1-4), dan lain sebagainya. Dengan adanya suatu keharmonisan
dalam keluarga Kristen, maka ada pengudusan Tuhan yang turun terhadap keluarga
tersebut.
Keempat, Tuhan ingin agar kita menikah bukan
sekedar agar tidak melakukan percabulan atau bukan di dalam keinginan hawa
nafsu (ay. 3b & 5). Banyak orang di dunia ini yang menikah hanya sekedar
agar sudah “sah” dalam melakukan hubungan suami isteri, atau menikah agar tidak
jatuh dalam dosa hawa nafsu. Hal tersebut mungkin terlihat tidak salah, tetapi
melalui ayat-ayat ini Tuhan mengingatkan bahwa motivasi atau tujuan tersebut
adalah salah besar. Mau menikah atau tidak menikah, kita seharusnya menjauhi
percabulan dan dapat mengendalikan hawa nafsu. Jika kita meinkah hanya karena
sudah tidak kuat mengontrol hawa nafsu seksual kita, maka pernikahan kita akan
menjadi pernikahan yang “hanya” berorientasi pada seks, dan tidak akan menjadi
suatu pernikahan yang diberkati oleh Tuhan.
Tuhan mengingatkan kita agar tidak
membanding-bandingkan dengan orang di luar Tuhan yang seringkali menikah karena
motivasi-motivasi yang tidak benar, melainkan kita harus menikah karena
memiliki motivasi dan tujuan yang benar. Pernikahan yang dimulai dengan dasar
atau motivasi yang salah, kemungkinan besar tidak akan bertahan lama kecuali
mereka sadar dan segera bertobat dari motivasi yang salah tersebut.
Dalam segala hal, ingat bahwa segala sesuatu
yang dilakukan dengan tujuan atau motivasi yang salah, itu adalah hal yang
tidak berkenan di hadapan Tuhan, dan Tuhan dapat membalas kepada kita atas
kesalahan kita tersebut (ay. 6). Selain itu, kita pun harus ingat bahwa Allah
kita adalah Allah yang kudus dan kita pun harus mampu hidup kudus di hadapan
Tuhan sesuai dengan panggilan Tuhan kepada kita (ay. 7). Kita pun tidak boleh menolak Firman yang mungkin
sangat menegur kita (ay. 8), tetapi kita justru harus bersyukur jika saat ini
kita masih diingatkan Tuhan melalui FirmanNya yang mungkin tegas dan keras,
tapi bertujuan membuat kita untuk dapat hidup semakin berkenan di hadapanNya.
Jika saat ini kita belum menikah, maka inilah
kesempatan kita untuk memulai dengan dasar yang benar. Jika kita mau mengubah
pola pikir kita sehingga kita menikah dengan motivasi yang benar, maka
pernikahan kita akan diberkati dengan luar biasa oleh Tuhan. Bahkan jika kita sudah menikah namun dulu
atau selama ini kita masih memiliki motivasi yang salah dalam pernikahan kita,
maka saat ini adalah saat dimana kita kembali diingatkan Tuhan agar kembali
memiliki motivasi yang benar dalam pernikahan. Pernikahan bukanlah permainan,
tetapi suatu hal yang sangat serius dan penting sehingga harus didasari dengan
benar, bukan dengan main-main.
Bacaan Alkitab: 1 Tesalonika
4:1-8
4:1 Akhirnya, saudara-saudara,
kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari
kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang
telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh
lagi.
4:2 Kamu tahu
juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan
Yesus.
4:3 Karena inilah
kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,
4:4 supaya kamu
masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di
dalam pengudusan dan penghormatan,
4:5 bukan di
dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak
mengenal Allah,
4:6 dan supaya
dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya.
Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan
dan tegaskan dahulu kepadamu.
4:7 Allah
memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
4:8 Karena itu
siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang
telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.