Kamis, 19 Juni 2014
Bacaan Alkitab: 1 Timotius 1:1-7
Ketika aku hendak
meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya
engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan
mengajarkan ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada
putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib
hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman. (1 Tim 1:3-4)
Rasul Asli vs
Rasul Palsu
Kitab 1 Timotius awalnya merupakan salah satu
surat personal Paulus kepada Timotius, salah satu anak rohaninya yang sangat
dikasihinya. Walaupun sebenarnya bersifat personal, ternyata banyak hal yang
dapat kita pelajari dari kitab 1 Timotius ini dalam kaitannya bagi kita selaku
orang percaya. Dalam suratnya Paulus pun menyatakan Timotius sebagai anaknya
yang sah di dalam iman (ay. 2), suatu ungkapan yang luar biasa, yang mungkin
hanya dapat disampaikan dengan perasaan yang tulus dari Paulus, salah seorang
tokoh Kristiani yang sangat berpengaruh di dunia ini kepada Timotius.
Dalam surat 1 Timotius ini, Paulus memulai
dengan salam pembuka, yang berasal dari Paulus selaku rasul Kristus Yesus (ay.
1a). Paulus menyatakan bahwa bukan dirinya sendiri yang mengaku sebagai rasul,
tetapi ia menjadi rasul atas perintah Allah dan Kristus Yesus (ay. 1b). Dengan
demikian secara tidak langsung Paulus ingin menyampaikan bahwa ada orang lain
yang mengaku sebagai rasul Kristus, padahal mereka adalah rasul-rasul palsu.
Bahkan Paulus pun telah mengingatkan Timotius untuk tinggal sementara di kota
Efesus dan memberikan nasehat kepada beberapa orang tertentu untuk
menanggulangi dampak dari ajaran-ajaran yang menyimpang yang disampaikan oleh
rasul-rasul palsu tersebut. Oleh sebab itu bacaan Alkitab kita hari ini akan
mengupas bagaimana kita dapat membedakan rasul asli dan rasul palsu tersebut.
Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, paling
sedikit ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seorang hamba Tuhan, khususnya
rasul, adalah seorang rasul yang asli, antara lain:
Pertama, seorang rasul yang asli mengajarkan
bagaimana jemaat Tuhan dapat tertib hidup dalam keselamatan yang diberikan
Allah dalam iman (ay. 4b). Artinya adalah seorang rasul akan mengajarkan atau
menyampaikan pertama-tama tentang keselamatan di dalam iman kepada Allah
melalui Yesus Kristus, dan bagaimana jemaat Tuhan dapat mengerjakan keselamatan
itu dengan hidup tertib di hadapan Tuhan. Antara lain adalah hidup dengan
kudus, menjauhi dosa dan melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita.
Kedua, seorang rasul yang asli akan mengajar
atau memberikan nasehat dengan kasih (ay. 5a). Seorang rasul asli mungkin bukan
rasul yang tidak pernah marah atau berkata dengan keras dan tegas. Seorang
rasul asli akan tetap mengatakan kebenaran walaupun kebenaran itu mungkin
sangat keras dan akan “menegur” jemaat yang berbuat dosa. Walaupun demikian,
seorang rasul asli akan melakukannya dengan kasih dan bukan bertujuan untuk memojokkan
jemaat yang salah tersebut.
Ketiga, seorang rasul yang asli akan mengajar
dengan hati yang suci, hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas
(ay. 5b). Artinya seorang rasul yang asli akan memiliki motivasi yang benar dan
tulus dalam mengajar jemaat. Ia tidak mementingkan kepentingannya secara
pribadi, tetapi semua dilakukan hanya bagi kemuliaan nama Tuhan dan agar jemaat
semakin bertumbuh di dalam iman kepada Yesus Kristus.
Sebaliknya, seorang rasul palsu tidak akan
menyampaikan ajaran yang benar, tetapi ajaran yang berbeda dengan ajaran yang
diajarkan oleh para rasul asli seperti Petrus, Paulus, dan lain sebagainya (ay.
3b). Artinya ajaran yang disampaikan rasul palsu tidak akan konsisten dengan
apa yang tertulis di dalam Alkitab, atau justru malah bertentangan dengan
ajaran-ajaran yang sehat. Rasul-rasul palsu akan menyampaikan ajaran tentang
dongeng-dongeng yang tidak jelas asal usulnya (ajaran yang tidak ada di Alkitab
tetapi selalu ditekankan dan disampaikan berulang-ulang), mementingkan silsilah
yang tidak ada putus-putusnya (seperti bangsa Yahudi yang suka melihat silsilah
orang, bahkan sering menilai Yesus dari silsilah keluarganya yang “hanya”
tukang kayu), mengajarkan hal-hal yang justru menjadikan perdebatan abadi dan
tidak membawa damai sejahtera (ay. 4a), menyampaikan berbagai omongan yang
sia-sia dan tidak berguna (ay. 6), dan menyampaikan sesuatu yang mereka sendiri
tidak mengerti tetapi justru dianggap sebagai suatu kebenaran yang dipaksakan
untuk diajarkan kepada jemaat (ay. 7).
Jelas bahwa kita harus berhati-hati dari rasul-rasul
palsu yang mungkin sudah masuk ke gereja-gereja di seluruh dunia. Bagaimana
cara kita mengenali? Tentu kita dapat melihat dari buahnya. Seorang rasul asli
akan menghasilkan buah-buah yang benar dan mendatangkan damai sejahtera. Sedangkan
rasul palsu akan menghasilkan buah-buah yang tidak mendatangkan damai
sejahtera, melainkan mendatangkan perpecahan, iri hati, dan lain sebagainya.
Hati-hatilah terhadap rasul-rasul palsu seperti itu. Saatnya kita berjaga-jaga
dan meningkatkan kewaspadaan kita, dan jangan lupa berdoa bagi diri kita dan
jemaat tempat kita bertumbuh, agar kita dapat membedakan mana rasul yang asli
dan yang palsu, mana ajaran yang asli (benar) dan ajaran yang palsu (salah).
Bacaan Alkitab: 1 Timotius 1:1-7
1:1 Dari Paulus,
rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus
Yesus, dasar pengharapan kita,
1:2 kepada
Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai
sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.
1:3 Ketika aku
hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau
supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar
mereka jangan mengajarkan ajaran lain
1:4 ataupun sibuk
dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan
persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam
iman.
1:5 Tujuan
nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang
murni dan dari iman yang tulus ikhlas.
1:6 Tetapi ada
orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang
sia-sia.
1:7 Mereka itu
hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri
dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.