Rabu, 18 Juni 2014

Rasul Asli vs Rasul Palsu



Kamis, 19 Juni 2014
Bacaan Alkitab: 1 Timotius 1:1-7
Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.  (1 Tim 1:3-4)


Rasul Asli vs Rasul Palsu


Kitab 1 Timotius awalnya merupakan salah satu surat personal Paulus kepada Timotius, salah satu anak rohaninya yang sangat dikasihinya. Walaupun sebenarnya bersifat personal, ternyata banyak hal yang dapat kita pelajari dari kitab 1 Timotius ini dalam kaitannya bagi kita selaku orang percaya. Dalam suratnya Paulus pun menyatakan Timotius sebagai anaknya yang sah di dalam iman (ay. 2), suatu ungkapan yang luar biasa, yang mungkin hanya dapat disampaikan dengan perasaan yang tulus dari Paulus, salah seorang tokoh Kristiani yang sangat berpengaruh di dunia ini kepada Timotius.

Dalam surat 1 Timotius ini, Paulus memulai dengan salam pembuka, yang berasal dari Paulus selaku rasul Kristus Yesus (ay. 1a). Paulus menyatakan bahwa bukan dirinya sendiri yang mengaku sebagai rasul, tetapi ia menjadi rasul atas perintah Allah dan Kristus Yesus (ay. 1b). Dengan demikian secara tidak langsung Paulus ingin menyampaikan bahwa ada orang lain yang mengaku sebagai rasul Kristus, padahal mereka adalah rasul-rasul palsu. Bahkan Paulus pun telah mengingatkan Timotius untuk tinggal sementara di kota Efesus dan memberikan nasehat kepada beberapa orang tertentu untuk menanggulangi dampak dari ajaran-ajaran yang menyimpang yang disampaikan oleh rasul-rasul palsu tersebut. Oleh sebab itu bacaan Alkitab kita hari ini akan mengupas bagaimana kita dapat membedakan rasul asli dan rasul palsu tersebut.

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, paling sedikit ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seorang hamba Tuhan, khususnya rasul, adalah seorang rasul yang asli, antara lain:

Pertama, seorang rasul yang asli mengajarkan bagaimana jemaat Tuhan dapat tertib hidup dalam keselamatan yang diberikan Allah dalam iman (ay. 4b). Artinya adalah seorang rasul akan mengajarkan atau menyampaikan pertama-tama tentang keselamatan di dalam iman kepada Allah melalui Yesus Kristus, dan bagaimana jemaat Tuhan dapat mengerjakan keselamatan itu dengan hidup tertib di hadapan Tuhan. Antara lain adalah hidup dengan kudus, menjauhi dosa dan melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita.

Kedua, seorang rasul yang asli akan mengajar atau memberikan nasehat dengan kasih (ay. 5a). Seorang rasul asli mungkin bukan rasul yang tidak pernah marah atau berkata dengan keras dan tegas. Seorang rasul asli akan tetap mengatakan kebenaran walaupun kebenaran itu mungkin sangat keras dan akan “menegur” jemaat yang berbuat dosa. Walaupun demikian, seorang rasul asli akan melakukannya dengan kasih dan bukan bertujuan untuk memojokkan jemaat yang salah tersebut.

Ketiga, seorang rasul yang asli akan mengajar dengan hati yang suci, hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas (ay. 5b). Artinya seorang rasul yang asli akan memiliki motivasi yang benar dan tulus dalam mengajar jemaat. Ia tidak mementingkan kepentingannya secara pribadi, tetapi semua dilakukan hanya bagi kemuliaan nama Tuhan dan agar jemaat semakin bertumbuh di dalam iman kepada Yesus Kristus.

Sebaliknya, seorang rasul palsu tidak akan menyampaikan ajaran yang benar, tetapi ajaran yang berbeda dengan ajaran yang diajarkan oleh para rasul asli seperti Petrus, Paulus, dan lain sebagainya (ay. 3b). Artinya ajaran yang disampaikan rasul palsu tidak akan konsisten dengan apa yang tertulis di dalam Alkitab, atau justru malah bertentangan dengan ajaran-ajaran yang sehat. Rasul-rasul palsu akan menyampaikan ajaran tentang dongeng-dongeng yang tidak jelas asal usulnya (ajaran yang tidak ada di Alkitab tetapi selalu ditekankan dan disampaikan berulang-ulang), mementingkan silsilah yang tidak ada putus-putusnya (seperti bangsa Yahudi yang suka melihat silsilah orang, bahkan sering menilai Yesus dari silsilah keluarganya yang “hanya” tukang kayu), mengajarkan hal-hal yang justru menjadikan perdebatan abadi dan tidak membawa damai sejahtera (ay. 4a), menyampaikan berbagai omongan yang sia-sia dan tidak berguna (ay. 6), dan menyampaikan sesuatu yang mereka sendiri tidak mengerti tetapi justru dianggap sebagai suatu kebenaran yang dipaksakan untuk diajarkan kepada jemaat (ay. 7).

Jelas bahwa kita harus berhati-hati dari rasul-rasul palsu yang mungkin sudah masuk ke gereja-gereja di seluruh dunia. Bagaimana cara kita mengenali? Tentu kita dapat melihat dari buahnya. Seorang rasul asli akan menghasilkan buah-buah yang benar dan mendatangkan damai sejahtera. Sedangkan rasul palsu akan menghasilkan buah-buah yang tidak mendatangkan damai sejahtera, melainkan mendatangkan perpecahan, iri hati, dan lain sebagainya. Hati-hatilah terhadap rasul-rasul palsu seperti itu. Saatnya kita berjaga-jaga dan meningkatkan kewaspadaan kita, dan jangan lupa berdoa bagi diri kita dan jemaat tempat kita bertumbuh, agar kita dapat membedakan mana rasul yang asli dan yang palsu, mana ajaran yang asli (benar) dan ajaran yang palsu (salah).


Bacaan Alkitab: 1 Timotius 1:1-7
1:1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita,
1:2 kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.
1:3 Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain
1:4 ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.
1:5 Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.
1:6 Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia.
1:7 Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.