Senin, 05 Februari 2018

Pornos dan Moichos (4): Berasal dari Hati



Senin, 5 Februari 2018
Bacaan Alkitab: Matius 15:15-20
Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. (Mat 15:19)


Pornos dan Moichos (4): Berasal dari Hati


Konteks dan latar belakang ucapan Yesus dalam bagian bacaan Alkitab kita hari ini adalah ketika ada orang Farisi mempersoalkan mengapa murid-murid Tuhan Yesus tidak melakukan adat istiadat orang Yahudi, yaitu tidak mencuci tangan mereka sebelum makan (Mat 15:2)? Orang Farisi berpendapat bahwa mencuci tangan sebelum makan membuat makanan menjadi bersih sehingga apa yang masuk ke dalam mulut tidak menjadi najis. Hal ini mungkin dilandasi kondisi pada waktu itu dimana mereka sedang dijajah bangsa Romawi, sehingga ditakutkan orang Yahudi tanpa sengaja menyentuh apa yang najis/haram (misalnya sehabis menyentuh tembok yang mungkin sebelumnya telah disentuh bangsa non Yahudi yang baru saja memakan babi). Oleh karena itu supaya mereka tidak sampai memasukkan hal-hal yang haram/najis ke dalam tubuh mereka (yang sama artinya dengan makan sesuatu yang haram), mereka harus membasuh tangan mereka sebelum makan.

Namun Tuhan Yesus menjawab bahwa bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang (Mat 15:11). Lebih lanjut lagi Tuhan Yesus berkata juga bahwa "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lubang” (Mat 15:13-14). Kalimat itu bagi kita hidup di masa kini mungkin sudah terdengar jelas maknanya. Akan tetapi murid-murid Tuhan Yesus pada waktu itu belum menangkap maksud dari ucapan Tuhan Yesus. Sehingga Petrus pun bertanya kepada Tuhan Yesus: “Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami” (ay.15).

Tuhan Yesus pun berkata kepada Petrus: “Kamu pun masih belum dapat memahaminya?” (ay. 16). Ini menunjukkan keheranan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, khususnya Petrus yang sebenarnya termasuk dalam salah satu murid yang dekat dengan Tuhan Yesus. Dalam hal ini Tuhan Yesus menjelaskan bahwa segala makanan yang masuk ke dalam mulut akan turun ke perut, dicerna, lalu dibuang ke dalam jamban (ay. 17). Jadi sebenarnya makanan itu juga tidaklah menajiskan karena akan langsung menjadi kotoran yang dibuang. Bahkan secara implisit Tuhan Yesus hendak mengatakan bahwa yang meskipun orang memakan sesuatu yang halal (tidak najis/tidak haram), tapi toh ujung-ujungnya akan menjadi kotoran yang najis. Dan semua makanan pasti akan menjadi kotoran manusia dan dibuang.

Oleh karena itu, sebaik apapun orang memilih mekanannya (memilih supaya tidak haram), ujung-ujungnya akan menjadi sesuatu yang najis juga. Kalimat ini ditujukan kepada orang Yahudi yang sangat ketat menjaga agar makanannya halal (kosher) dalam segala hal. Mereka bukan hanya tidak memakan babi dan lain sebagainya, tetapi cara menyembelihnya, cara memasaknya, bahkan alat memasaknya juga dijaga supaya tidak sampai terkontaminasi dengna hal-hal yang haram/najis. Mereka bahkan membuat tradisi sendiri untuk senantiasa mencuci tangan supaya meskipun makanannya sudah halal/kosher, namun tangan mereka juga tidak sampai menyentuh yang haram.

Dalam hal ini Tuhan Yesus mengkritik orang Farisi karena terlalu memfokuskan pada kehalalan/kekudusan terhadap makanan yang akan masuk ke dalam mulut, tetapi mereka tidak pernah mempersoalkan apa yang keluar dari dalam mulut. Padahal apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang (ay. 18). Tuhan Yesus berkata demikian kepada orang Farisi karena apa yang mereka ucapkan bukannya perkataan yang baik meskipun mereka berusaha agar citra mereka di mata manusia tetap terhormat. Ini terlihat dari perkataan mereka yang senantiasa menentang ajaran Tuhan Yesus. Sampai-sampai Tuhan Yesus pun berkata: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (Mat 15:8-9).

Kemudian Tuhan Yesus menjelaskan bahwa menjaga apa yang keluar dari mulut jauh lebih sulit daripada menjaga apa yang masuk ke dalam mulut. Mengapa demikian? Karena apa yang keluar dari dalam mulut berasal dari hati. Dan adalah sulit untuk menjaga hati dan mulut, jauh lebih sulit daripada menjaga makanan. Ada firman Tuhan yang berbunyi: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams 4:23). Perintah untuk menjaga hati harus dilakukan dengan segala kewaspadaan, dan bukan dengan sembarangan atau dengan secukupnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses menjaga hati itu benar-benar sulit dan membutuhkan perjuangan.

Mengapa demikian? Tuhan Yesus berkata bahwa dari hati muncul segala hal yang jahat: yaitu pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu, dan hujat (ay. 19). Perhatikan bahwa dalam ayat 19 ini digunakan 2 kata yaitu “perzinahan” (moicheiai/μοιχεῖαι dari akar kata moicheia/μοιχεία) dan “percabulan” (porneiai/πορνεῖαι dari akar kata porneia/πορνεία). Dalam ayat 19 ini, digunakan kata yang berbeda yaitu untuk perzinahan untuk moichea dan percabulan untuk porneia. Padahal menurut Kamus Besar Bahasa Inodnesia (KBBI) arti kata “cabul” dalam kosakata bahasa Indonesia adalah “keji dan kotor; tidak senonoh (melanggar kesopanan, kesusilaan)”. Dalam hal ini dikesankan bahwa porneia (yang diterjemahkan percabulan) itu lebih wajar dibandingkan moicheia (yang diterjemahkan perzinahan), padahal dalam bahasa aslinya justru porneia lebih parah daripada moicheia.

Dalam hal ini, yang menjadi penekanan bukanlah pada jenis tindakannya, apakah itu pikiran yang jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, dan lain sebagainya. Yang menjadi penekanan adalah semua itu berasal dari hati. Tidak ada orang yang melakukan perzinahan atau percabulan tanpa adanya niat. Banyak pendapat orang di luar sana yang ketika terjadi suatu perzinahan atau percabulan kemudian menyalahkan pihak korban karena mereka merasa bahwa si korban memakai baju yang “mengundang”, pulang terlalu larut malam, dan sebagainya. Padahal tindakan jahat itu pasti terjadi karena adanya niat (pikiran) dan kesempatan. Dalam hal ini Tuhan Yesus hendak menekankan bahwa selama hati atau pikiran seseorang benar dan murni, maka ia tidak akan melakukan perbuatan yang jahat.

Jadi dalam hal ini Tuhan Yesus ingin menekankan kepada semua orang supaya mereka mengurusi apa yang ada di dalam hati manusia. Jangan hanya terkesan bersih di luar tetapi hatinya busuk. Orang Farisi adalah orang-orang yang sangat pandai bermain watak. Mereka bisa terlihat begitu benar di luar, yaitu dengan menyembunyikan hati yang jahat melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan secara lahiriah. Mereka bahkan sudah mencapai level kemunafikan yang sangat tinggi, karena bisa melakukan tindakan lahiriah yang terlihat baik meskipun dengan isi hati yang busuk. Dengan kata lain, Tuhan Yesus hendak menyatakan supaya kita tidak seperti orang Farisi tersebut.

Segala pikiran jahat dan hal-hal yang jahat di dalam hati akan membuat hati kita menjadi najis, bukan hanya karena makan tanpa membasuh tangan (ay. 20). Kata “hati” di ayat 18 dan 19 menggunakan kata kardia (καρδία), yang dapat berarti the heart (hati, jiwa), mind (pikiran, batin), character (karakter, sifat, watak), inner self (batin), will (kehendak, keinginan), intention (niat, maksud), center (pusat, tengah). Jadi sebenarnya kata kardia lebih merujuk ke unsur batiniah dari manusia (bukan lahiriah/tubuh fisik), atau dapat disamakan dengan jiwa manusia, di mana di dalamnya terdapat pikiran, perasaan, dan kehendak.

Inilah yang harus dijaga oleh manusia supaya hati/jiwa seseorang benar-benar bersih dan suci. Hati/jiwa seseorang akan mewarnai seluruh hidupnya, mulai dari cara berpikirnya, pola pikirnya, perasaannya, bahkan apa yang ia inginkan/kehendaki. Di sini kita harus berjuang supaya hati kita bersih, sehingga apa yang keluar dari mulut kita juga bersih. Kita harus menjaga hati dan menjaga lidah (ucapan) kita sama seperti kita juga menjaga apa yang kita makan. Jika untuk hal-hal lahiriah saja (yaitu makanan yang nantinya akan dibuang) saja kita menjaga begitu rupa, bukankah kita juga harus menjaga hati kita dan apa yang keluar dari dalam hati kita? Itulah perjuangan yang harus kita lakukan seumur hidup kita, supaya hati kita selaras dengan hati Tuhan, hingga berkenan di hadapan-Nya.



Bacaan Alkitab: Matius 15:15-20
15:15 Lalu Petrus berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami."
15:16 Jawab Yesus: "Kamu pun masih belum dapat memahaminya?
15:17 Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?
15:18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.
15:19 Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
15:20 Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.