Selasa, 03 Maret 2020

Pengurapan dalam Perjanjian Baru: (1) Mesias, Yang Diurapi (oleh Allah)


Selasa, 03 Maret 2020
Bacaan Alkitab: Lukas 2:25-26
Dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. (Luk 2:26)


Pengurapan dalam Perjanjian Baru: (1) Mesias, Yang Diurapi (oleh Allah)


Hari ini kita akan memulai seri baru mengenai pengurapan dalam Perjanjian Baru. Dalam sejumlah renungan saya yang terdahulu, beberapa kali saya membahas mengenai pengurapan yang merupakan suatu tradisi yang sangat erat kaitannya dengan agama Yahudi/Yudaisme. Namun demikian, sebenarnya praktik pengurapan tersebut sudah tidak relevan lagi di masa Perjanjian Baru. Oleh karena itulah kita mencoba untuk melihat praktik pengurapan dari perspektif Perjanjian Baru.

Kata urapan (atau yang mirip dengan itu, seperti diurapi, mengurapi, dan lain sebagainya) pertama kali muncul di dalam Alkitab Terjemahan Baru Bahasa Indonesia di ayat renungan kita hari ini. Konteks peristiwa ini adalah ketika Lukas mencatat adanya seorang laki-laki yang bernama Simeon yang tinggal di Yerusalem (ay. 25a). Dikatakan bahwa ia adalah seorang yang benar dan saleh (ay. 25b). Tentu saya yakin bahwa Simeon ini pastilah sudah cukup terkenal di kalangan orang-orang Yerusalem pada waktu itu karena kesalehannya dan hidupnya yang benar.

Dikatakan bahwa ia menantikan penghiburan bagi Israel (ay. 25c). Dalam hal ini penghiburan yang dimaksud sangat erat kaitannya dengan kedatangan Sang Mesias, yang dipercaya oleh orang Yahudi bahwa Mesias akan memulihkan kerajaan Israel. Persoalannya adalah hampir semua orang Yahudi berpikir bahwa pemulihan itu akan terjadi secara fisik/duniawi, dimana Mesias akan mendirikan kerajaan Israel yang baru dan mengalahkan musuh-musuh mereka, sama seperti Raja Daud yang membawa bangsa Israel mencapai puncak kejayaannya.

Ini adalah kesalahan pemahaman yang umum dimiliki oleh orang Yahudi pada waktu itu. Saya tidak tahu apakah Simeon sudah memiliki pemahaman yang benar mengenai konsep Mesias ini. Namun karena dikatakan bahwa Roh Kudus ada di atas dirinya (ay. 25d), maka ada kemungkinan bahwa ia sudah memahami konsep Mesias yang benar. Hal itu dapat dilihat dari ucapan Simeon di ayat-ayat selanjutnya yang sama sekali tidak menyinggung mengenai kejayaan kerajaan Israel secara duniawi.

Roh Kudus yang ada pada diri Simeon juga menyatakan bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan (ay. 26). Dari kalimat ini ada kemungkinan bahwa Simeon adalah seorang yang sudah cukup tua/lanjut usia. Ketika ia melihat bayi Yesus yang dibawa oleh kedua orang tua-Nya, ia kemudian mengenali bahwa bayi ini adalah Mesias. Dan ia sangat bersyukur dan berkata, jikalau hari ini ia harus mati, maka ia akan mati dalam damai sejahtera karena ia sudah melihat keselamatan yang datang dari Allah. Simeon memang belum melihat bagaimana karya keselamatan Yesus Kristus (dan mungkin tidak sempat melihatnya dengan matanya sendiri). Namun melihat bagaimana Anak Allah turun menjadi manusia dalam rupa seorang bayi kecil saja ia sudah sangat berbahagia.

Ada hal yang menarik di sini bagaimana Alkitab Terjemahan Baru menggunakan kata: Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan (ay. 26b). Padahal dalam bahasa aslinya hanya digunakan 2 kata: Christon Kyriou (Χριστὸν Κυρίου). Secara harafiah kata tersebut dapat berarti Christ of [the] Lord atau the Lord’s Christ (Kristus sang Tuhan, atau Kristus yang berasal dari Tuhan). Kata Kristus (Christon/Christos) sendiri merupakan kata Yunani yang sepadan dengan kata Mesias (atau Masyiakh atau Al Masih) dalam Perjanjian Lama yang menggunakan bahasa Ibrani. Kata Mesias itu secara sederhana dapat berarti “Yang Diurapi”. Diurapi oleh siapa? Tentu dalam konteks Perjanjian Lama, ada para imam yang diurapi oleh imam lain (imam besar), serta ada raja-raja yang juga diurapi oleh imam. Namun dalam konteks Perjanjian Baru, hampir semua pengurapan berbicara mengenai pengurapan yang dari Allah.

Sebenarnya saya kurang mengerti mengapa para penerjemah Perjanjian Baru menggunakan kata yang cukup Panjang untuk ayat 26 ini, dibandingkan menggunakan kata yang lebih pendek seperti: “Kristus, yang berasal dari Tuhan” atau “Kristus Tuhan itu” (seperti Terjemahan Lama). Dalam hal ini kata Christos diterjemahkan sebagai Mesias dan bukan menggunakan kata Kristus yang lebih umum. Lagi pula kata Christos sebenarnya juga sudah digunakan di ayat pertama dalam Perjanjian Baru: “Inilah silsilah Yesus Kristus (Christos), anak Daud, anak Abraham” namun tidak diterjemahkan sebagai Mesias (Mat 1:1).

Lagipula terdapat sedikit kata yang membingungkan dalam ayat 26 ini yaitu Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Penggunaan kata yang diurapi Tuhan di sini dapat menimbulkan kerancuan. Memang di Perjanjian Lama, ada sedikit kerancuan mengenai kata Tuhan dan Allah dalam ayat-ayat Perjanjian Lama. Seakan-akan Tuhan dan Allah itu sama (meskipun tentu jika kita membedah lebih dalam, ada perbedaan makna antara Tuhan dan Allah). Namun di Perjanjian Baru, kata “Allah” hampir selalu merujuk kepada sosok Bapa di surga (Allah Bapa), sementara kata “Tuhan” hampir selalu merujuk pada pribadi Anak Allah yaitu Yesus Kristus. Itulah mengapa orang Kristen memanggil Yesus sebagai Tuhan dan memanggil Bapa sebagai Allah. Bahkan Tuhan Yesus ketika turun menjadi manusia di bumi ini juga menyebut pribadi Allah Bapa dengan kata “Allah” atau “Bapa”. Prinsip pemahaman mengenai Tuhan dan Allah dalam Kekristenan ini memang sangat rawan jika “dibenturkan” dengan konsep agama lain. Oleh karena itu hendaknya kita tetap menahan diri untuk tidak menghakimi orang beragama lain dari sudut pandang kitab suci kita, apalagi di media sosial, karena memang ada perbedaan prinsip mengenai kata Tuhan dan Allah antara Alkitab dengan kitab suci agama lain.

Jika diterapkan dalam ayat 26, maka akan sedikit terjadi kebingungan yang mengindikasikan bahwa seakan-akan Mesias itu adalalah Dia yang diurapi Tuhan. Saya sendiri lebih suka menggunakan kata Mesias, yaitu Dia yang diurapi. Jika perlu seharusnya memang harus ditambahkan kata “oleh Allah” dan bukan “oleh Tuhan”. Namun karena juga digunakan kata Kurios di ayat 26 itu, lebih baik ayat tersebut diterjemahkan sebagai: “Kristus/Mesias, yang adalah Tuhan itu” atau “Kristus/Mesias yang (berasal) dari Tuhan”.

Walaupun demikian kita tetap harus berterima kasih kepada penerjemah Alkitab Terjemahan Baru karena dari situ kita dapat belajar mengenai arti kata Kristus yang adalah Mesias atau “Yang Diurapi”. Jika kata ini ditujukan kepada bayi Yesus dalam konteks ayat ini tentu itu adalah suatu hal yang sangat benar, karena memang Yesus adalah Kristus/Mesias/Juruselamat. Selain itu Yesus juga adalah pribadi yang diurapi oleh pribadi yang lebih tinggi secara hirarki, yaitu diurapi oleh Allah Bapa. Dalam renungan-renungan selanjutnya kita akan melihat bagaimana kata pengurapan digunakan dalam banyak kesempatan di Perjanjian Baru untuk merujuk sosok Yesus Kristus. Bahkan sudah tidak ada praktik pengurapan seperti dalam Perjanjian Lama yang dilakukan terhadap orang-orang dengan posisi tertentu. Dengan memahami prinsip pengurapan dalam Perjanjian Baru, diharapkan kita semua dapat membedakan konteks pengurapan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru supaya kita dapat menjadi orang Kristen yang cerdas.



Bacaan Alkitab: Lukas 2:25-26
2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.