Rabu, 18 Maret 2020

Pengurapan dalam Perjanjian Baru: (3) Yesus Yang Diurapi Allah Bapa


Rabu, 18 Maret 2020
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 4:23-31
Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya. Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi (Kis 4:26-27)


Pengurapan dalam Perjanjian Baru: (3) Yesus Yang Diurapi Allah Bapa


Bacaan Alkitab kita hari ini sudah beralih dari masa ketika Tuhan Yesus hidup, kepada masa dimana Tuhan Yesus telah naik ke surga dan Roh Kudus telah dicurahkan pada hari Pentakosta. Singkat cerita, Petrus dan Yohanes telah melakukan mujizat yang sangat luar biasa yaitu menyembuhkan seorang yang telah lumpuh sejak lahir selama sekitar 40 tahun. Karena itulah rakyat banyak sangat bersukacita atas mujizat tersebut. Dalam hal ini Petrus dan Yohanes memanfaatkan kesempatan ini untuk memberitakan Injil keselamatan melalui karya Yesus Kristus. Oleh karena itu para pemimpin Yahudi termasuk para imam, tua-tua dan ahli Taurat kemudian menangkap dan menyidang kedua murid tersebut. Para pemimpin agama Yahudi tersebut merasa tidak suka dengan pemberitaan Injil yang dilakukan, karena hal itu akan mengancam posisi mereka sebagai pemimpin agama yang terhormat.

Namun karena takut kepada orang banyak akibat mujizat yang luar biasa – dan yang dilakukan oleh orang biasa pula, mengingat mereka dahulu hanyalah seorang nelayan – maka para pemimpin Yahudi ini pun tidak dapat menyiksa maupun menangkap mereka (setidaknya untuk konteks pada waktu itu). Kemudian setelah Petrus dan Yohanes dilepaskan, maka mereka pun pergi kepada teman-teman mereka dan menceritakan apa yang mereka alami (termasuk ancaman para imam dan tua-tua) (ay. 23). Ketika murid-murid yang lain mendengar hal tersebut, mereka kemudian berseru (bisa jadi juga dalam bentuk berdoa) (ay. 24a). Adapun isi seruan mereka adalah bahwa mereka sadar bahwa Tuhanlah yang menjadikan langit dan bumi ini beserta isinya (ay. 24b).

Dalam hal ini mereka kemudian mengutip apa yang telah ditulis oleh Daud dalam kitab Perjanjian Lama (ay. 25a), yang berbunyi demikian: “Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya” (ay. 25b-26). Jika kita menelusuri kalimat tersebut, kita akan mengerti bahwa ayat tersebut dikutip dari kitab Mazmur pasal 2 ayat 1-2. Kalimat tersebut ditulis oleh pemazmur (yang mungkin adalah Raja Daud) untuk menunjukkan bagaimana bangsa-bangsa dan raja-raja dunia selalu berusaha untuk menyerang umat Tuhan dan yang diurapi oleh-Nya. Tentu konteks tulisan di kitab Mazmur tersebut dipandang relevan dengan kondisi yang dialami oleh jemaat mula-mula yang baru saja “ditinggalkan Tuhan Yesus ke surga”. Hal ini menunjukkan bahwa sejak dahulu kala, memang dunia selalu memusuhi kebenaran yang sejati.

Selanjutnya mereka pun berkata dengan merujuk konteks kejadian yang mereka alami, yaitu bagaimana raja-raja (dalam hal ini Herodes dan Pilatus) serta bangsa-bangsa (baik bangsa Romawi maupun bangsa Israel sendiri) berusaha melawan Yesus Kristus yang telah Engkau urapi (ay. 26). Sebenarnya, ada beberapa kata yang berpotensi menimbulkan kebingungan dalam ayat-ayat ini, antara lain:

Pertama, di ayat 24 dikatakan bahwa para murid berdoa kepada Tuhan, namun di ayat 27, mereka berkata bahwa raja-raja dan bangsa-bangsa melawan Yesus, hamba-Mu yang kudus yang Engkau urapi. Ayat ini berpotensi membingungkan pemahaman mengenai Allah Tritunggal, karena seakan-akan mereka berdoa kepada Tuhan di ayat 24, lalu di ayat 27 mereka berkata bahwa Yesus telah Engkau urapi (yang dapat mengesankan bahwa Yesus bukanlah Tuhan). Apakah benar demikian?

Tentu untuk memahami hal ini kita harus melihat ayat dalam bahasa aslinya. Dalam bahasa aslinya, kata Tuhan di ayat 24 menggunakan kata despota (Δέσποτα) dari akar kata despotés (δεσπότης). Kata ini memang dapat bermakna lord (tuan) atau Lord (Tuhan). Namun kata despotés ini berbeda dengan kata Tuhan di ayat 27 yang menggunakan kata kurios (κύριος). Dalam Alkitab Perjanjian Baru, kata kurios ini sangat identik dengan Tuhan Yesus. Namun kata despotes ini dapat memiliki makna yang bermacam-macam (tidak spesifik merujuk kepada Tuhan Yesus). Jika kita perhatikan, dikatakan bahwa mereka berdoa kepada Allah (theos) yang merujuk kepada Allah Bapa. Namun mengapa kemudian mereka menggunakan kata despotés dalam isi doanya?

Kata despotés ini secara harafiah juga memiliki hubungan dengan kata posis yang berarti seorang suami. Pada masa itu, dalam kondisi masyarakat yang sangat patrilineal, seorang suami adalah kepala rumah tangga yang memiliki kedudukan sangat tinggi dan terhormat. Dalam keluarga, seorang suami bertindak sebagai kepala, sebagai raja (dalam pengambilan keputusan), sebagai imam, dan peran-peran lainnya. Tentu pada masa itu apa yang dikatakan oleh suami haruslah dilakukan oleh istri dan anak-anaknya. Jadi penggunaan kata despotés di sini hendak menunjukkan bagaimana entitas atau pribadi yang dimaksud ini memiliki suatu otoritas atau kekuasaan yang mutlak yang apapun kehendaknya harus dilakukan.

Kata despotés ini digunakan beberapa kali dalam Perjanjian Baru. Dalam Terjemahan Bahasa Inggris kata ini ditulis sebagai (Sovereign) Lord, Master, Masters (Tuhan, Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuan, Tuan-tuan). Dalam Alkitab Terjemahan Baru Bahasa Indonesia, kata despotés ini ditulis sebagai Penguasa, Tuhan, dan Tuan. Bahkan dalam Yud 1:4 kata despotés disandingkan dengan kata kurios (Master and Lord atau Penguasa dan Tuan). Dalam sebagian terjemahan Alkitab bahasa Inggris, kata despotés dalam ayat 24 ini diterjemahkan sebagai Lord, Master, dan juga Sovereign Lord. Jadi, ada kemungkinan juga kata despotés ini bisa merujuk kepada pribadi Tuhan Yesus sebagai Anak Allah, atau lembaga Allah Tritunggal (yang di dalamnya terdapat Allah Bapa dan Allah Anak juga).

Sementara itu penggunaan kata “Tuhan dan Yang Diurapi-Nya” dalam ayat 26 memang sekilas terkesan bahwa ada dua pribadi di sini: yaitu Tuhan, dan Yang Diurapi-Nya. Apalagi Alkitab terjemahan bahasa Indonesia menggunakan huruf tebal untuk kedua pribadi tersebut, sehingga terkesan ada dua pribadi dalam ayat 26 ini. Perhatikan bahwa ayat ini adalah kutipan langsung dari Mzm 2:2 yang berbunyi demikian: “Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya”. Dalam kitab Mazmur, kata “yang diurapi-Nya” menggunakan huruf kecil, karena memang merujuk kepada umat Israel secara umum, atau tokoh-tokoh tertentu yang mendapatkan pengurapan dalam Perjanjian Lama seperti para imam dan raja.

Jika demikian, apakah terjemahan Alkitab kita salah karena menggunakan huruf besar? Dengan membandingkan Alkitab terjemahan lain khususnya bahasa Inggris, ditemukan bahwa dalam ayat 26 kata Yang Diurapi-Nya memang menunjuk pada pribadi ilahi yang menggunakan huruf besar. Jelas bahwa bukan manusia biasa (misal: jemaat Tuhan, atau para rasul) yang dimaksud dengan “Yang Diurapi-Nya” dalam ayat 26 ini. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh, kita perlu melihat ayat ini dalam bahasa aslinya. Dalam bahasa Yunani, frasa “untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya” menggunakan frasa kata tou Kyriou kai kata tou Christou autou. Terjemahan secara bebas atas frasa tersebut adalah “against the Lord and against the Christ of Him” (melawan Tuhan dan melawan Kristus yang adalah Dia/yang berasal dari-Nya).

Dari bahasa aslinya jelas bahwa sebenarnya Tuhan dan Kristus itu adalah pribadi yang sama, tetapi digunakan pengulangan untuk menunjukkan bahwa Tuhan (Yesus) itu adalah Kristus atau Mesias yang dimaksud. Penggunaan kata autou dalam ayat 26 juga dapat menekankan bahwa Kristus/Mesias yang dimaksud adalah Dia (Tuhan Yesus) sendiri atau Kristus/Mesias yang dimaksud adalah berasal dari Dia (artinya tidak ada orang lain yang merupakan Mesias selain Yesus). Jadi penggunaan kata “Yang Diurapi-Nya” tentu merujuk kepada Yesus Kristus, bukan dalam artian Yesus diurapi oleh diri-Nya sendiri, tetapi Yesus itulah Mesias atau pribadi yang diurapi (oleh Allah Bapa).

Pertanyaan kedua yang mungkin muncul berkaitan dengan ayat selanjutnya. Ayat 27 memang berbicara tentang kondisi paralel yang dihadapi oleh jemaat mula-mula yang hampir mirip dengan kondisi yang dialami oleh pemazmur dalam Mzm 2:1-2 tersebut. Namun ada frasa di akhir ayat yang cukup sulit dimengerti yaitu “melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi”. Jika di ayat 24, mereka berseru kepada Tuhan (kurios), maka di ayat 27 ini akan menjadi aneh jika doa yang sama ditujukan kepada kurios yang umum ditujukan kepada pribadi Anak Alah.

Salah satu kemungkinan adalah bahwa doa atau seruan ini ditujukan kepada pribadi Allah Tritunggal karena di awal menggunakan kata despotés, dan bukan kata Theos (yang umum merujuk kepada pribadi Allah Bapa) atau kata kurios (yang umum merujuk kepada pribadi Allah Anak). Ada kemungkinan bahwa ayat 24-26 sebenarnya lebih ditujukan kepada pribadi Allah Anak, sementara ayat 27 ini lebih ditujukan kepada pribadi Allah Bapa. Salah satu pertimbangan adalah peristiwa ini terjadi di awal jemaat mula-mula, sehingga mereka mungkin masih perlu belajar membedakan mana ucapan doa mereka yang seharusnya ditujukan kepada Allah Bapa (Theos), mana yang ditujukan kepada Allah Anak (kurios), dan mana yang ditujukan kepada pribadi Allah Tritunggal. Orang percaya yang memiliki kehidupan doa yang benar, tentu akan mengetahui saat-saat dimana ucapan doanya lebih ditujukan kepada pribadi Allah Bapa atau ditujukan kepada pribadi Allah Anak, atau bahkan mungkin kepada pribadi Allah Tritunggal. Tentu mereka yang sudah sampai pada level ini pasti mengerti bahwa isi doa kepada Allah Bapa tentu berbeda dengan isi doa kepada Allah Anak, serta ada pula doa yang lebih “umum” ditujukan kepada Allah Tritunggal.

Jika melihat frasa “melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi” dalam ayat 27, besar kemungkinan bahwa ayat 27 ini adalah doa atau seruan yang ditujukan kepada pribadi Allah Bapa (Theos). Dalam ayat 27 ini, tidak ada lagi kata Mesias dalam bahasa aslinya tetapi digunakan kata kerja echrisas (ἔχρισας) dari akar kata chrió (χρίω) yang berarti mengurapi, dengan cara menggosokkan atau menuangkan minyak zaitun kepada seseorang untuk menggambarkan aliran Roh Kudus. Pengurapan di sini juga dapat berarti suatu pernyataan yang menyatakan bahwa orang yang diurapi tersebut adalah orang yang benar-benar ditunjuk atau disahkan (authorized) oleh Allah. Ibarat dealer mobil atau bengkel mobil, ada dealer/bengkel yang memang merupakan authorized dealer (dealer resmi yang ditunjuk oleh pabrikan), dan ada pula dealer lain yang sama-sama bisa menjual mobil, tetapi tidak ditunjuk langsung oleh pabrikan. Pengurapan Yesus Kristus oleh Allah Bapa menunjukkan bahwa Yesus Kristus inilah pribadi yang memang ditunjuk dan disahkan untuk menjadi utusan Allah yang menyelamatkan. Dan karena Yesus Kristus inilah pribadi yang diurapi Allah Bapa, maka Ia adalah satu-satunya pribadi yang dapat menyelamatkan manusia, sehingga tidak ada keselamatan di luar Kristus (Yoh 17:3).

Tentu sebagai utusan yang sah, maka Yesus harus mampu melakukan/melaksanakan tugas-Nya selama di dunia ini (ay. 28). Inkarnasi Tuhan Yesus ke dalam tubuh manusia juga diiringi dengan suatu tugas yang maha mulia untuk menyelamatkan manusia. Ia tidak boleh melakukan dosa sekecil apapun, rela mengosongkan diri, rela teraniaya, bahkan harus mampu taat sampai mati di atas kayu salib. Barulah dengan ketaatan-Nya yang sempurna, ia dapat menjadi Juruselamat bagi manusia, yang kemudian tidak hanya memikul dosa dunia, tetapi juga memberikan teladan hidup yang harus dikenakan oleh orang-orang yang mengaku percaya kepada-Nya. Itulah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Tuhan Yesus selama dalam hidup-Nya di dunia ini (Yoh 4:3-4).

Dalam ayat selanjutnya, kita dapat memperhatikan bahwa ucapan mereka kemudian lebih ditujukan kepada pribadi Allah Anak karena penggunaan kata Kurios. Mereka berseru kepada Tuhan Yesus bahwa ada ancaman yang mereka terima sebagai konsekuensi dari memberitakan dan melakukan Injil (ay. 29). Ancaman ini sebenarnya juga sudah diterima oleh Tuhan Yesus selama hidup-Nya di dunia. Namun bedanya, Tuhan Yesus sudah menang karena Ia sudah menerima segala ancaman dan aniaya, bahkan kematian sebagai bagian dari “tugas” yang harus Ia lakukan. Persoalannya adalah para murid pada masa itu masih belum sampai pada level tersebut. Namun pada dasarnya mereka sudah tahu bahwa mereka pasti akan menerima ancaman dan aniaya sebagai konsekuensi logis iman mereka kepada Tuhan. Perhatikan bahwa mereka tidak meminta supaya Tuhan menghalaukan ancaman dan aniaya tersebut. Namun isi doa mereka adalah supaya mereka memperoleh keberanian untuk tetap memberitakan Injil.

Dan tidak hanya itu juga, merek ajuga meminta supaya mereka tetap memiliki karunia untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat (ay. 30). Ayat ini juga perlu diperhatikan konteksnya. Pada masa itu, pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Tuhan Yesus memang penuh dengan mujizat. Bahkan di masa awal jemaat Tuhan terbentuk, mujizat juga masih ada dan banyak dilakukan oleh para rasul. Mengapa mujizat penting? Karena mujizat inilah salah satu tanda yang menunjukkan bahwa para rasul memang adalah orang-orang yang diutus oleh Allah yang benar. Salah satunya adalah bagaimana mujizat yang dilakukan oleh Petrus dan Yohanes di dalam Bait Allah membuat banyak orang Yahudi percaya kepada mereka, dan membuat mereka mau mendengar apa yang disampaikan oleh Petrus dan Yohanes.

Dalam hal ini, mujizat adalah tanda bahwa para rasul (dan juga orang-orang Kristen) adalah orang yang benar. Orang lain yang belum percaya (baik itu orang Yahudi maupun orang non Yahudi) banyak yang menjadi percaya karena melihat mujizat. Namun perlu diingat bahwa di masa jemaat mula-mula pun, masa-masa yang penuh dengan mujizat itu hanya terjadi di awal-awal saja. Setelah itu, yang ada hanyalah penganiayaan tanpa henti, dimana orang percaya disiksa, dijadikan santapan binatang buas, disalib, dibakar hidup-hidup, bahkan dibunuh dengan cara-cara yang sadis lainnya. Jelas bahwa mujizat itu penting, khususnya bagi mereka yang bertugas sebagai pemberita Injil di daerah yang tidak mengenal Injil, atau di masa-masa awal kekristenan. Namun seiring berjalannya waktu, bagi mereka yang telah bertahun-tahun menjadi Kristen seharusnya tidak berhenti sampai di mujizat saja, tetapi harus terus bertumbuh dan tidak menganggap mujizat sebagai hal yang paling penting. Sayangnya sejumlah gereja dan pendeta masih “memarkir” jemaat mereka dalam urusan mujizat, sehingga meskipun sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun menjadi Kristen, mereka tetap saja seperti anak-anak rohani dan mengabaikan pentingnya pertumbuhan rohani. Sebagai penutup, Alkitab kemudian menulis ketika mereka berdoa, turunlah Roh Kudus memenuhi mereka dan kemudian mereka memberitakan firman Allah dengan berani (ay. 31).

Jadi apa kesimpulan dari bacaan Alkitab kita hari ini? Mengingat konteks renungan kita adalah mengenai pengurapan dalam Perjanjian Baru, maka dari ayat-ayat tersebut kita dapat melihat dua hal penting mengenai pengurapan oleh Allah Bapa. Pertama, Yesus adalah Mesias, yaitu pribadi yang diurapi oleh Allah menjadi satu-satunya utusan Allah untuk menyelamatkan manusia. Kedua, pengurapan dari Allah berarti pengesahan dan penunjukan Allah terhadap seseorang sebagai pihak yang telah diotorisasi (authorized) sebagai utusan Allah. Dalam konteks ayat ini, Yesuslah pribadi yang sudah diotorisasi oleh Allah Bapa sendiri melalui pengurapan atas diri-Nya. Dalam renungan selanjutnya, kita akan melihat lebih dalam lagi mengenai pengurapan Allah dalam diri Tuhan Yesus ini, khususnya terkait dengan kehidupan dan pelayanan-Nya.



Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 4:23-31
4:23 Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka.
4:24 Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.
4:25 Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?
4:26 Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya.
4:27 Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi,
4:28 untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu.
4:29 Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu.
4:30 Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus."
4:31 Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.