Selasa, 1 Oktober
2013
Bacaan Alkitab: Matius
10:37-39
“Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih
dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya
laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Mat
10:37)
Menempatkan Tuhan
pada Posisi Tertinggi
Beberapa waktu
yang lalu, gembala sidang saya menekankan tentang pentingnya menempatkan Tuhan
pada posisi tertinggi dalam kehidupan kita. Atau dengan kata lain, kita memberi
nilai tinggi bagi Tuhan. Maksudnya adalah demikian: Dalam hidup kita, kita
pasti memiliki prioritas atau hal-hal yang dianggap lebih penting daripada hal
lainnya. Masalahnya, seringkali justru Tuhan tidak kita tempatkan pada urutan
nomor 1 alias yang paling diprioritaskan, tetapi seringkali Tuhan justru tidak
masuk 10 besar. Seringkali Tuhan kalah dengan pekerjaan kita, studi kita, pacar
kita, uang kita, isteri kita, anak kita, keluarga kita, orang tua kita, karir
kita, dan lain sebagainya.
Apa kata Tuhan
sendiri mengenai hal ini?
Tuhan Yesus dalam
suatu pengajarannya menyampaikan kebenaran yang cukup mengejutkan, khususnya
bagi kita yang suka menomorduakan atau bahkan menomorsepuluhkan Tuhan dalam
hidup kita. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa “Barangsiapa mengasihi bapa atau
ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi
anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku”
(ay. 37). Jadi Tuhan Yesus tidak ingin kita mengasihi orang tua kita atau
mengasihi anak-anak kita lebih daripada kita mengasihi Tuhan.
Apakah itu mungkin?
Bukankah secara manusia kita pasti memiliki dorongan untuk mengasihi orang tua
kita dan anak-anak kita? Bahkan di budaya timur pun, keluarga pasti
dinomorsatukan ketimbang hal lain seperti pekerjaan misalnya. Orang Indonesia
pun banyak yang menganggap keluarga adalah segala-galanya, atau keluarga jauh
lebih penting daripada hal-hal lainnya.
Memang hal itu
benar. Jika kita membandingkan keluarga (orang tua, pasangan dan anak-anak)
dengan hal lain di dunia ini, saya sangat mendukung jika ada orang yang
memposisikan keluarga sebagai prioritas. Tetapi ingat bahwa kita tidak
membandingkan hal-hal yang ada di dunia ini saja. Kita juga memiliki Tuhan, dan
kita harus menempatkan Tuhan pada posisi yang seharusnya. Dimanakah posisi
Tuhan yang seharusnya? Dalam ayat 37 tersebut dengan jelas dinyatakan bahwa
Tuhan harus menjadi yang terutama, bahkan lebih utama dari hal lainnya termasuk
keluarga kita sendiri. Jika tidak? Tuhan Yesus sendiri menyatakan dengan jelas:
kita tidak layak bagi Tuhan (ay. 37b).
Ada 1 hal lagi
yang menyebabkan kita tidak layak bagi Tuhan, yaitu ketika kita tidak memikul
salib kita masing-masing (ay. 38). Apa itu memikul salib? Ini bukan berarti
kita harus memikul salib dari kayu seperti apa yang dilakukan Yesus ketika akan
disalib. Ini berbicara tentang beban yang memang harus kita alami dan kita
tanggung ketika kita memutuskan untuk mengiring Tuhan. Memikul salib bukan
berbicara tentang hal yang enak-enak saja atau berbicara tentang penderitaan
yang diakibatkan oleh kesalahan kita. Memikul salib adalah menderita bukan
karena kesalahan kita, tetapi menderita karena kita berbuat benar dan karena
kita menjadi pengikut Tuhan. Masing-masing orang memiliki salibnya
masing-masing. Kita tidak perlu iri dengan salib orang lain, karena Tuhan jauh
lebih tahu kapasitas kita dalam memikul salib. Tuhan sudah menyesuaikan salib
kita dengan kemampuan kita untuk memikulnya.
Terakhir juga
adalah kebenaran yang tidak kalah pentingnya. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa
siapa yang mempertahankan nyawanya, justru ia akan kehilangan nyawanya.
Sebaliknya, siapa yang kehilangan nyawanya karena Tuhan, maka ia akan
memperolehnya kembali (ay. 39). Ini juga berbicara tentang prioritas. Apakah
kita menganggap nyawa kita atau kehidupan kita jauh lebih berharga daripada Tuhan?
Memang hal ini mungkin tidak akan dialami oleh seluruh anak Tuhan. Namun sejarah
membuktikan bahwa penganiayaan terhadap
anak-anak Tuhan masih terjadi dan terus terjadi di berbagai penjuru dunia. Ketika
hal itu dihadapkan kepada kita, mana yang akan kita pilih? Menyangkal Tuhan dan
tetap hidup? Atau tetap beriman kepada Tuhan dan mati dibunuh? Saat hal itu
terjadi pada kita, ingatlah selalu ayat ini. Tidak masalah jika kita mati di
dunia ini demi Tuhan, karena kita akan mendapatkan kehidupan kekal di surga
kelak. Tetapi jika kita memilih untuk menyangkal Tuhan agar kita tetap hidup,
maka Tuhan pun akan menyangkal kita pada penghakiman terakhir.
Ini adalah
kebenaran yang tidak mudah. Bahkan mungkin kebanyakan pendeta tidak berani
menyampaikan kebenaran ini kepada jemaatnya. Akan tetapi, suka atau tidak
suka, ini adalah kebenaran yang sejati.
Tuhan harus kita utamakan dan kita prioritaskan di atas segala-galanya. Tuhan
harus menjadi yang nomor 1 di atas orang tua kita, pasangan kita, anak-anak
kita, pekerjaan kita, bahkan di atas hidup kita. Memang tidak mudah dan pasti
banyak tantangan. Tetapi percayalah, ketika kita sudah mampu melakukannya, kita
akan melihat bahwa segala jerih payah kita di dalam Tuhan tidak akan pernah
berakhir sia-sia.
Bacaan Alkitab: Matius
10:37-39
10:37 Barangsiapa
mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan
barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia
tidak layak bagi-Ku.
10:38 Barangsiapa
tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
10:39 Barangsiapa
mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.