Senin, 30 September 2013

Menempatkan Tuhan pada Posisi Tertinggi



Selasa, 1 Oktober 2013
Bacaan Alkitab: Matius 10:37-39
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Mat 10:37)


Menempatkan Tuhan pada Posisi Tertinggi


Beberapa waktu yang lalu, gembala sidang saya menekankan tentang pentingnya menempatkan Tuhan pada posisi tertinggi dalam kehidupan kita. Atau dengan kata lain, kita memberi nilai tinggi bagi Tuhan. Maksudnya adalah demikian: Dalam hidup kita, kita pasti memiliki prioritas atau hal-hal yang dianggap lebih penting daripada hal lainnya. Masalahnya, seringkali justru Tuhan tidak kita tempatkan pada urutan nomor 1 alias yang paling diprioritaskan, tetapi seringkali Tuhan justru tidak masuk 10 besar. Seringkali Tuhan kalah dengan pekerjaan kita, studi kita, pacar kita, uang kita, isteri kita, anak kita, keluarga kita, orang tua kita, karir kita, dan lain sebagainya.

Apa kata Tuhan sendiri mengenai hal ini?

Tuhan Yesus dalam suatu pengajarannya menyampaikan kebenaran yang cukup mengejutkan, khususnya bagi kita yang suka menomorduakan atau bahkan menomorsepuluhkan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku” (ay. 37). Jadi Tuhan Yesus tidak ingin kita mengasihi orang tua kita atau mengasihi anak-anak kita lebih daripada kita mengasihi Tuhan.

Apakah itu mungkin? Bukankah secara manusia kita pasti memiliki dorongan untuk mengasihi orang tua kita dan anak-anak kita? Bahkan di budaya timur pun, keluarga pasti dinomorsatukan ketimbang hal lain seperti pekerjaan misalnya. Orang Indonesia pun banyak yang menganggap keluarga adalah segala-galanya, atau keluarga jauh lebih penting daripada hal-hal lainnya.

Memang hal itu benar. Jika kita membandingkan keluarga (orang tua, pasangan dan anak-anak) dengan hal lain di dunia ini, saya sangat mendukung jika ada orang yang memposisikan keluarga sebagai prioritas. Tetapi ingat bahwa kita tidak membandingkan hal-hal yang ada di dunia ini saja. Kita juga memiliki Tuhan, dan kita harus menempatkan Tuhan pada posisi yang seharusnya. Dimanakah posisi Tuhan yang seharusnya? Dalam ayat 37 tersebut dengan jelas dinyatakan bahwa Tuhan harus menjadi yang terutama, bahkan lebih utama dari hal lainnya termasuk keluarga kita sendiri. Jika tidak? Tuhan Yesus sendiri menyatakan dengan jelas: kita tidak layak bagi Tuhan (ay. 37b).

Ada 1 hal lagi yang menyebabkan kita tidak layak bagi Tuhan, yaitu ketika kita tidak memikul salib kita masing-masing (ay. 38). Apa itu memikul salib? Ini bukan berarti kita harus memikul salib dari kayu seperti apa yang dilakukan Yesus ketika akan disalib. Ini berbicara tentang beban yang memang harus kita alami dan kita tanggung ketika kita memutuskan untuk mengiring Tuhan. Memikul salib bukan berbicara tentang hal yang enak-enak saja atau berbicara tentang penderitaan yang diakibatkan oleh kesalahan kita. Memikul salib adalah menderita bukan karena kesalahan kita, tetapi menderita karena kita berbuat benar dan karena kita menjadi pengikut Tuhan. Masing-masing orang memiliki salibnya masing-masing. Kita tidak perlu iri dengan salib orang lain, karena Tuhan jauh lebih tahu kapasitas kita dalam memikul salib. Tuhan sudah menyesuaikan salib kita dengan kemampuan kita untuk memikulnya.  

Terakhir juga adalah kebenaran yang tidak kalah pentingnya. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa siapa yang mempertahankan nyawanya, justru ia akan kehilangan nyawanya. Sebaliknya, siapa yang kehilangan nyawanya karena Tuhan, maka ia akan memperolehnya kembali (ay. 39). Ini juga berbicara tentang prioritas. Apakah kita menganggap nyawa kita atau kehidupan kita jauh lebih berharga daripada Tuhan? Memang hal ini mungkin tidak akan dialami oleh seluruh anak Tuhan. Namun sejarah membuktikan bahwa penganiayaan  terhadap anak-anak Tuhan masih terjadi dan terus terjadi di berbagai penjuru dunia. Ketika hal itu dihadapkan kepada kita, mana yang akan kita pilih? Menyangkal Tuhan dan tetap hidup? Atau tetap beriman kepada Tuhan dan mati dibunuh? Saat hal itu terjadi pada kita, ingatlah selalu ayat ini. Tidak masalah jika kita mati di dunia ini demi Tuhan, karena kita akan mendapatkan kehidupan kekal di surga kelak. Tetapi jika kita memilih untuk menyangkal Tuhan agar kita tetap hidup, maka Tuhan pun akan menyangkal kita pada penghakiman terakhir.

Ini adalah kebenaran yang tidak mudah. Bahkan mungkin kebanyakan pendeta tidak berani menyampaikan kebenaran ini kepada jemaatnya. Akan tetapi, suka atau tidak suka,  ini adalah kebenaran yang sejati. Tuhan harus kita utamakan dan kita prioritaskan di atas segala-galanya. Tuhan harus menjadi yang nomor 1 di atas orang tua kita, pasangan kita, anak-anak kita, pekerjaan kita, bahkan di atas hidup kita. Memang tidak mudah dan pasti banyak tantangan. Tetapi percayalah, ketika kita sudah mampu melakukannya, kita akan melihat bahwa segala jerih payah kita di dalam Tuhan tidak akan pernah berakhir sia-sia.


Bacaan Alkitab: Matius 10:37-39
10:37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
10:38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
10:39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.