Minggu, 10 Juni 2018

Pornos dan Moichos (10): Berbeda dengan Angkatan yang Tidak Setia


Senin, 11 Juni 2018
Bacaan Alkitab: Markus 8:34-38
“Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” (Mrk 8:38)


Pornos dan Moichos (10): Berbeda dengan Angkatan yang Tidak Setia


Konteks dari bacaan Alkitab kita hari ini adalah ketika Tuhan Yesus menyampaikan pemberitahuan pertama mengenai penderitaan yang akan Tuhan Yesus alami dan sekaligus syarat-syarat untuk mengikut Dia. Dalam ayat-ayat sebelumnya kita dapat melihat bagaimana Simon Petrus seakan-akan ingin tampil sebagai pahlawan ketika ia menegor Tuhan Yesus ketika Tuhan menyampaikan bahwa Ia akan mengalami penderitaan dan bahkan mati. Di sini kita melihat bahwa Simon Petrus sebenarnya masih belum mengerti tujuan Tuhan Yesus datang ke dunia. Petrus masih berharap bahwa Tuhan akan menjadi Mesias secara jasmani, dan membawa bangsa Israel/Yahudi mengalahkan musuh mereka yaitu kerajaan Romawi sehingga bangsa Yahudi menjadi bangsa yang besar seperti pada zaman raja Daud.

Itu bukanlah tujuan Tuhan Yesus datang ke dunia. Tuhan Yesus memang adalah Mesias, tetapi bukan dalam artian memulihkan kerajaan Israel secara jasmani, tetapi untuk membuka jalan menuju Bapa. Oleh sebab itu ketika ada orang yang berkata hendak mengikut Tuhan Yesus (terutama karena melihat mujizat-mujizat yang luar biasa), maka Tuhan dengan tegas mengatakan standar yang harus ia kenakan, yaitu menyangkal dirinya, memikul salibnya dan baru bisa mengikut Tuhan dengan benar (ay. 34). Kita akan mengerti bahwa Tuhan tidak pernah menurunkan standar hidup yang harus seseorang kenakan untuk berkenan ke hadapan Bapa. Seseorang tidak dapat mengikut Tuhan tanpa menyangkal diri dan memikul salibnya (akhiran “nya” dengan huruf kecil yang artinya setiap orang memiliki salibnya masing-masing yang harus dipikul).

Bahkan dalam ayat selanjutnya, Tuhan berkata bahwa semua orang yang hendak mengikut Tuhan harus berani kehilangan nyawanya (ay. 35). Nyawa di sini dapat berarti jiwa, kehormatan, bahkan segala kesenangan hidupnya demi kerajaan Tuhan. Ini berarti bahwa tidak ada sesuatu yang dipertahankan dalam kehidupan ketika kita memutuskan untuk mengikut Tuhan. Ingat bahwa kehilangan nyawa di sini bukan sembarang kehilangan nyawa tetapi harus kehilangan nyawanya karena Tuhan dan karena Injil. Tidak mungkin orang Kristen yang benar kemudian berani mati dengan membawa bom dan meledakkan diri. Itu adalah kehilangan nyawa secara konyol. Kehilangan nyawa di sini berarti berani kehilangan segala sesuatu demi Tuhan dan kebenaran Firman Tuhan. Ada orang-orang tertentu yang mungkin bisa tidak masalah memberikan uang kepada orang lain, tetapi siapkah ia ketika harus kehilangan kehormatan, harga diri, bahkan nama baik ketika ia difitnah? Kehilangan nyawa di sini berarti harus siap mengiring Tuhan secara ekstrem dan berani melepaskan apapun demi Tuhan.

Masih banyak orang Kristen yang berkata hendak mengikut Tuhan tetapi di sisi lain ia masih mencoba memegang dunia dengan segala harta dan keindahannya. Dalam ayat selanjutnya Tuhan Yesus jelas berkata bahwa apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia kehilangan nyawanya (ay. 36). Di sini jelas bahwa tidak mungkin orang bisa kehilangan nyawa ketika ia masih ingin mendapatkan kenikmatan dari dunia. Kita tidak dapat berdiri di kedua sisi, tetapi harus memilih salah satu: Tuhan dan kerajaan-Nya, atau dunia dan kerajaannya (yaitu diri sendiri dan kerajaan kita sendiri). Orang harus memilih salah satu, kehilangan nyawa di dunia ini dan memperoleh nyawa di kekekalan, atau mempertahankan/menyelamatkan nyawa di dunia ini tetapi kehilangan nyawa di kekekalan.

Prinsip ini sebenarnya sederhana tetapi banyak orang Kristen belum memahaminya sampai level yang benar. Kebanyakan orang Kristen hanya menganggap bahwa ketika ia menjadi orang Kristen dan pergi beribadah ke gereja (apalagi sudah melayani di gereja), maka mereka sudah merasa berkorban bagi Tuhan dan itu sudah sama dengan kehilangan nyawa demi pekerjaan Tuhan. Padahal itu sama sekali bukan kehilangan nyawa. Jika kehilangan nyawa hanya dimaknai secara dangkal seperti itu, maka Tuhan tidak perlu berkata kepada murid-murid-Nya dan kepada orang banyak yang mau mengikut Tuhan untuk menyangkal diri dan memikul salib. Kehilangan nyawa berarti rela kehilangan segala sesuatu bahkan apa yang dipandang berharga demi Tuhan.

Sikap kehilangan nyawa ini mungkin baru disadari ketika seseorang sudah berada di ujung maut, misalnya ketika di ruang ICU rumah sakit dengan nafas yang sudah tersengal-sengal ketika menghadapi kematian. Ketika seseorang sudah di ujung maut, maka ia baru menyadari bahwa mungkin ia selama ini masih belum sepenuhnya rela kehilangan nyawa dalam artian belum melakukan apa yang pantas bagi Tuhan. Di situ akan muncul penyesalan yang luar biasa namun semua sudah terlambat.

Banyak orang tidak mau kehilangan nyawa selama di dunia ini. Mereka bisa malu karena Tuhan dan karena perkataan Tuhan di tengah-tengah dunia ini (ay. 38a). Kata “malu” di ayat ini dalam bahasa aslinya adalah epaischynthē (ἐπαισχυνθῇ) dari akar kata epaischunomai (ἐπαισχύνομαι) selain berarti be ashamed, disgraced, personally humiliated (malu, ternoda, dihina secara pribadi), tetapi juga dapat memiliki makna being disgraced, like someone "singled out" because they misplaced their confidence or support, being disgraced, bringing on "fitting" shame that matches the error of wrongly identifying (aligning) with something (malu seperti seseorang yang diasingkan/dikucilkan karena dianggap berbeda prinsip dengan keyakinan atau dukungan orang banyak, atau malu dengan dipandang berbeda/tidak cocok/tidak sesuai dengan sesuatu hal).

Kata malu di sini di ayat 38 ini jelas berbicara mengenai sikap malu karena berbeda dengan kebanyakan orang. Jika dikaitkan dengan ajaran Tuhan Yesus mengenai syarat-syarat mengikut Tuhan, maka malu di sini tidak hanya berarti malu karena menjadi orang Kristen kemudian menyembunyikan “kekristenannya” di kalangan masyarakat yang mayoritas bukan orang Kristen. Jika kita mau menggali lebih dalam, maka sikap malu di sini juga dapat berarti menjadi malu ketika berbeda pandangan dengan orang-orang beragama Kristen lainnya yang ingin hidup secara wajar, dalam hal ini misalnya adalah masih mencintai dunia dengan segala kenikmatannya. Padahal Alkitab jelas mengatakan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yak 4:4). Ketika kita memiliki sikap untuk rela kehilangan nyawa, maka kita akan dipandang aneh oleh orang-orang Kristen lainnya. Dalam kondisi tertentu, kita bisa menjadi malu karena dipandang berbeda dan pada akhirnya bersikap kompromistis dengan prinsip-prinsip keberagamaan Kristen yang sesungguhnya bukan Injil yang benar.

Untuk lebih mengerti kata “malu” di ayat ini, kita perlu melihat kalimat selanjutnya dimana Tuhan Yesus mengatakan “angkatan yang tidak setia dan berdosa”. Kata tidak setia dalam ayat ini menggunakan kata moichalidi (μοιχαλίδι) dari akar kata moichalis (μοιχαλίς) yang sejajar dengan seorang wanita yang sudah menikah yang kemudian berzinah dengan orang lainnya. Jadi yang dimaksud dengan angkatan yang tidak setia dan berdosa ini bukanlah mereka yang tidak percaya Tuhan Yesus (atau secara sederhana adalah mereka yang bukan orang Kristen), melainkan mereka yang mengaku percaya kepada Tuhan tetapi masih “berselingkuh” dengan Tuhan yaitu ketika mereka masih mengharapkan kebahagiaan dunia dan tidak mau melepaskan percintaan dengan dunia.

Di sinilah kesungguhan orang-orang Kristen yang mau hidup benar akan diuji, yaitu ketika mereka diperhadapkan dengan orang-orang yang mengaku beragama Kristen tetapi hidupnya tidak sejalan dengan hidup Kristus, karena masih tidak mau melepaskan percintaan dengan dunia. Ujian bagi kita yang mau hidup benar adalah apakah kita masih bersikap kompromistis dengan hal-hal seperti itu atau berani berkata benar dan mengambil sikap benar di hadapan Tuhan. Jika kita tidak mau menyangkal diri, maka kita dapat menjadi “malu” di hadapan angkatan yang tidak setia ini tetapi tidak malu di hadapan Tuhan.

Kita harus sadar bahwa pembuktian kita hanyalah satu, yaitu ketika Tuhan datang untuk yang kedua kalinya dan menjadi Hakim yang Agung, yang Adil dan yang Benar (ay. 38b). Di situlah segala kehidupan kita akan dihakimi dan tidak ada yang tersembunyi. Di situlah Tuhan akan membuktikan apakah kita benar-benar telah menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Tuhan dengan cara rela kehilangan nyawanya, ataukah sebenarnya masih belum benar-benar rela kehilangan nyawa karena malu terhadap angkatan yang tidak setia tersebut.

Inilah ujian kita yang sebenarnya bagi kita yang mengaku menjadi orang Kristen. Kita harus berjuang untuk tidak hanya bersikap sebagai angkatan yang tidak setia, tetapi juga untuk siap kehilangan nyawa kita dan tidak malu di hadapan manusia. Kita harus memiliki prinsip lebih malu di hadapan Tuhan daripada malu di hadapan manusia, termasuk tidak ingin terhormat di hadapan manusia dibandingkan di hadapan Tuhan. Kita harus siap untuk berbeda dari angkatan yang tidak setia dengan menunjukkan kualitas hidup kita yang benar di hadapan Tuhan. Tuhan tidak akan menghilangkan orang-orang yang tidak setia ini, tetapi mereka akan menjadi semacam ujian bagi kita untuk membuktikan apakah kita siap kehilangan nyawa di hadapan Tuhan (dengan sikap berbeda dengan kebanyakan orang lain) ataukah kita menyerah dan menjadi malu di hadapan orang banyak.



Bacaan Alkitab: Markus 8:34-38
8:34 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
8:35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
8:36 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.
8:37 Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
8:38 Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.