Kamis, 14 Juni 2018
Bacaan
Alkitab: Markus 10: 17-22
“Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan
berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak
orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!". Lalu kata orang itu kepada-Nya:
"Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." (Mrk 10:19-20)
Pornos dan Moichos (12): Dosa yang Sebenarnya Bisa Dihindari
Sebenarnya perikop ini juga hampir sama
isinya dengan perikop lain seperti di kitab Matius 19 dan Lukas 18. Ayat
mengenai kata moichos di Matius 19
juga sudah kita bahas sebagian dalam seri-seri sebelumnya, khususnya mengenai
kalimat “Jangan berzinah” yang adalah salah satu perintah Allah. Oleh karena
itu pada renungan hari ini kita akan sedikit lebih fokus pada fakta bahwa
perzinahan sebenarnya merupakan dosa yang dapat dihindari, bahkan sejak muda.
Perikop ini dimulai dengan tulisan yang
menunjukkan setting latar belakang
kejadian, dimana Tuhan Yesus hendak berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya
(ay. 17a). Pada saat itu, datanglah seorang berlari-lari di hadapan-Nya lalu
bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus
kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (ay. 17b). Pertanyaan ini
sangat mirip dengan apa yang ditulis di kitab Matius pasal 19. Namum kita
melihat bahwa Markus mencatat orang yang datang ini datang dengan berlari-lari
(kemungkinan ia ingin segera mendapatkan jawaban dari Tuhan Yesus sebelum Ia
pergi). Orang ini bahkan menyebut Tuhan Yesus sebagai “Guru yang baik” serta
bertelut atau berlutut di hadapan Tuhan Yesus. Hanya ada segelintir orang yang
tercatat berlutut atau sujud di hadapan Tuhan Yesus dan orang ini termasuk
salah satunya. Dalam hal ini Markus hendak menekankan bahwa orang yang datang
ini memang benar-benar serius ingin bertanya bagaimana mendapatkan hidup yang
kekal kepada Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus tidak langsung menjawab
pertanyaannya secara terus terang atau gamblang, melainkan menyatakan bahwa
tidak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja (ay. 18). Lho, bukankah
Tuhan Yesus adalah Anak Allah, mengapa Ia sendiri berkata bahwa tidak ada
seorang pun yang baik? Apakah Tuhan Yesus sendiri tidak baik? Jawaban Tuhan
Yesus di ayat 18 ini menarik untuk kita bedah. Sedikitnya ada 2 kemungkinan
maksud pernyataan Tuhan Yesus, yaitu: 1) Tuhan Yesus hendak menyatakan bahwa
diri-Nya berbeda dengan pribadi Bapa. Memang Tuhan Yesus dan Bapa adalah satu
dalam lembaga Allah, tetapi pribadi Yesus dan Bapa berbeda. Itulah mengapa di
dunia ini Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, bahkan berseru kepada Bapa. Ada pula
kemungkinan selanjutnya yaitu: 2) Tuhan Yesus tidak berhak menyatakan diri-Nya
sebagai pribadi yang baik karena Ia belum menyelesaikan tugas-Nya selama di
dunia ini, yaitu hidup dalam ketaatan yang sempurna kepada Bapa hingga mati di
kayu salib. Barulah ketika Ia berhasil taat hingga kematian-Nya, maka Tuhan
Yesus menjadi pokok keselamatan bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibr
5:7).
Kembali ke ucapan Tuhan Yesus kepada
orang tersebut, Tuhan Yesus baru kemudian menjawab: “Engkau tentu mengetahui
segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan
ibumu” (ay. 19). Apa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus ini adalah ringkasan dari
10 Hukum Allah (Dekalog), khususnya hukum yang mengatur mengenai hubungan
manusia dengan sesamanya yaitu hukum ke-5 hingga ke-10 (walaupun tidak semua
disebutkan dan tidak urut juga). Agak menarik juga mengapa Tuhan Yesus
menggunakan hukum ke-5 hingga ke-10 dan bukannya hukum ke-1 hingga ke-4 yang
mengatur mengenai hubungan manusia dengan Tuhan. Apakah Tuhan Yesus hendak
menyatakan bahwa hukum ke-1 dan ke-4 tidak berguna untuk memperoleh hidup yang
kekal?
Tentu tidak. Alasan Tuhan Yesus
menggunakan hukum ke-5 hingga ke-10 adalah karena hukum tersebut masih mungkin
bisa dilakukan oleh manusia dibandingkan dengan hukum ke-1 hingga ke-4. Jika
mau jujur, inti dari hukum ke-5 hingga ke-10 itu juga dimiliki oleh
bangsa-bangsa lain selain bangsa Israel/Yahudi (meskipun bisa jadi dalam
“kadar” yang lebih rendah). Sebagai contoh, tidak ada satu pun suku bangsa atau
agama di dunia ini yang tidak mengajarkan manusia untuk menghormati orang
tuanya. Ini menunjukkan bahwa hukum ke-5 hingga ke-10 termasuk hukum yang masih
memungkinkan untuk dilakukan oleh manusia, dibanding dengan hukum ke-1 hingga
ke-4 yang lebih abstrak lagi dalam pelaksanaannya.
Termasuk di dalam hukum yang disebutkan
oleh Tuhan Yesus adalah perintah atau hukum ke-7 yaitu “Jangan berzinah”. Dalam
bahasa Yunani, kata “berzinah” menggunakan kata moicheusēs (μοιχεύσῃς) dari akar kata moicheuó (μοιχεύω). Kata ini sejajar dengan kata naaph (נָאַף) dalam bahasa Ibrani. Kata “berzinah”
dalam konteks ayat ini dapat diartikan sebagai tindakan melakukan hubungan
seksual yang dilakukan oleh seseorang yang sudah menikah dengan orang lain yang
bukan pasangannya. Meskipun di dalam Matius 5 (yaitu dalam khotbah Tuhan Yesus
di awal pelayanan-Nya), Tuhan Yesus sudah menjelaskan mengenai definisi “berzinah”
yang baru, yaitu tidak sampai melakukan hubungan seksual namun sudah
mengingini/tergerak syahwatnya juga sudah masuk kategori berzinah.
Dalam konteks perikop ini, menarik
melihat jawaban orang tersebut kepada Tuhan Yesus: “Guru, semuanya itu telah
kuturuti sejak masa mudaku” (ay. 20). Sangat jarang ada orang yang berani
berkata demikian kepada Tuhan Yesus. Jika orang ini sampai berani berkata
demikian, berarti orang ini adalah salah satu dari sedikit orang Yahudi yang
benar-benar menjaga hidupnya sesuai dengan tuntutan hukum Taurat. Ia tdiak
membunuh, tidak mencuri, tidak berbohong, bahkan tidak berzinah. Menariknya,
Tuhan Yesus juga tidak membantah ucapan orang tersebut. Ini dapat
mengimplikasikan bahwa apa yang diucapkan oleh orang tersebut memang benar.
Sejak masa mudanya, orang itu telah berjuang hidup tanpa melanggar hukum
Taurat. Tetapi Tuhan Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya (ay. 21a).
Tuhan lalu berkata kepada orang tersebut: “Hanya satu lagi kekuranganmu:
pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang
miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan
ikutlah Aku” (ay. 21b). Sayangnya, orang tersebut yang begitu menggebu-gebu
datang kepada Tuhan Yesus, kemudian ia menjadi kecewa lalu pergi dengan sedih
sebab banyak hartanya (ay. 22).
Dari percakapan antara Tuhan Yesus
dengan orang yang datang kepada-Nya, secara tidak langsung dapat disimpulkan
bahwa manusia memiliki kemampuan untuk melakukan hukum Taurat, minimal untuk hukum
ke-5 hingga ke-10. Dalam hal ini, manusia juga pasti mampu untuk tidak melakukan
dosa perzinahan. Kita dapat melihat bagaimana orang ini bisa menjaga hidupnya
dari dosa perzinahan sejak masa mudanya. Prinsip ini yang seharusnya dapat
dikenakan kepada setiap orang percaya yang lebih lagi telah diberikan karunia
Roh Kudus oleh Allah Bapa.
Seringkali banyak orang Kristen beralasan
bahwa dosa perzinahan ini sulit untuk dihindari. Ya, memang di akhir zaman ini
teknologi berkembang semakin maju sehingga bahaya pornografi semakin rentan
terpapar kepada orang muda bahkan anak-anak. Akan tetapi jika kita tahu bahwa
perzinahan adalah suatu dosa (yang sudah dinyatakan sejak zaman Perjanjian Lama
dan diredefinisi kembali oleh Tuhan Yesus), maka kita seharusnya dapat
menghindarinya. Hal ini sama halnya dengan kita bisa tidak berbohong, tidak
mencuri, tidak membunuh, dan lain sebagainya. Tentu hal ini hanya dapat dicapai
dengan kesadaran bahwa hal tersebut adalah dosa dan kita memiliki niat tinggi untuk
tidak melakukan apapun yang tidak menyukakan hati Tuhan.
Jika orang-orang di luar Kristen saja
ada yang bisa menjaga hidupnya bersih dari dosa perzinahan, tentu orang Kristen
yang telah menerima karunia penebusan Tuhan Yesus, Injil yang lengkap, serta Roh
Kudus dalam hati kita, seharusnya dapat mencapai standar kesucian hidup yang
lebih tinggi pula. Dalam hal ini, perlu ditekankan tentang pentingnya menjaga
kesucian hidup (khususnya terkait dosa perzinahan) kepada orang Kristen sejak
muda. Topik ini seharusnya lebih sering disampaikan kepada para pemuda dan
remaja, tentu dengan bahasa yang disesuaikan supaya mereka dapat menghindari
dosa dan bukannya semakin penasaran untuk mencoba dosa perzinahan. Sayangnya,
banyak gereja dan pendeta yang menghindari pembahasan ini karena alasan tabu.
Padahal, pemuda dan remaja Kristen seharusnya menerima pengetahuan tentang
seksualitas paling banyak dari gereja dan bukan dari sumber lain. Betapa
berbahayanya jika gereja alpa menyampaikan hal ini dan mereka justru lebih banyak
mendapatkan informasi (yang salah/keliru) dari sumber lain. Tidak heran jika
semakin banyak dosa perzinahan yang terjadi di lingkungan orang Kristen bahkan
di dalam gereja.
Bacaan
Alkitab: Markus 10: 17-22
10:17 Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah
seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia
bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup
yang kekal?"
10:18 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang
baik selain dari pada Allah saja.
10:19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh,
jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan
mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!"
10:20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah
kuturuti sejak masa mudaku."
10:21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata
kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang
kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan
beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
10:22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih,
sebab banyak hartanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.