Kamis, 14 Juni 2018

Pornos dan Moichos (13): Dapat Menyebabkan Pemborosan Harta


Jumat, 15 Juni 2018
Bacaan Alkitab: Lukas 15:28-30
Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. (Luk 15:30)


Pornos dan Moichos (13): Dapat Menyebabkan Pemborosan Harta


Perikop yang kita baca adalah perumpamaan mengenai anak yang hilang. Tentu hampir semua orang Kristen sudah pernah mendengar mengenai perumpamaan ini, dimana ada seorang bapa yang memiliki 2 orang anak (sulung dan bungsu). Anak bungsu meminta jatah warisannya lalu pergi meninggalkan bapanya. Ia akhirnya kehabisan harta dan kembali kepada bapanya sementara itu si sulung tetap tinggal di rumah bapanya. Tetapi anak sulung marah begitu tahu adiknya kembali dan bapanya menerima adiknya kembali bahkan mengadakan pesta bagi adiknya.

Kita memang tidak akan membahas seluruh ayat dalam perikop ini, tetapi hanya berfokus pada kata pornos yang ada di dalam perikop ini. Ketika anak sulung marah dan tidak mau masuk ke dalam rumah ayahnya (dimana sedang diadakan pesta menyambut kembalinya anak bungsu), maka ayahnya kemudian keluar dan berbicara dengan anak sulung tersebut (ay. 28). Kemungkinan besar pada saat itu ayahnya hendak membujuk anak sulungnya untuk mau masuk ke dalam rumah dan ikut berpesta menyambut kembalinya sang adik.

Namun anak sulung tersebut menjawab ayahnya, dan berkata bahwa telah bertahun-tahun ia melayani bapa dan belum pernah melanggar perintah bapa, tetapi bapa belum pernah memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatnya (ay. 29). Tetapi ketika adiknya datang, yaitu anak yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan para pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun untuk sang adik (ay. 30).

Menarik melihat bahwa si anak sulung cemburu karena bapanya tidak pernah memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabat si sulung, sementara justru ketika si bungsu pulang, bapanya langsung menyembelih seekor anak lembu tambun menyambut kedatangannya. Padahal, anak bungsu sudah sangat berdosa di hadapan bapanya. Ia telah meminta bagian harta warisan ayahnya kemudian menjualnya, serta menghabiskannya dengan berfoya-foya di negeri orang (Luk 15:13). Dalam ayat 13 memang tidak dijelaskan dengan gamblang mengenai tindakan berfoya-foya yang dilakukan oleh anak bungsu. Namun di ayat 30 ini, anak yang sulung mengatakan bahwa si bungsu telah memboroskan harta kekayaan bapanya dengan pelacur-pelacur.

Kata “harta kekayaan” pada ayat ini dalam bahasa aslinya menggunakan kata bion (βίον) dari akar kata bios (βίος) yang secara harafiah bermakna hidup/kehidupan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa si anak bungsu ini sebenarnya sedang menghabiskan “hidup” bapanya, karena harta milik bapanya itu adalah sumber daya (resources) yang menyokong kehidupan keluarga mereka. Kata “memboroskan” pun dalam bahasa aslinya adalah kataphagōn (καταφαγών) dari akar kata katesthió (κατεσθίω) yang memiliki makna eat till it is finished, devour, squander, annoy, injure (makan hingga habis tak bersisa, melahap, menghambur-hamburkan, memboroskan, mengganggu, melukai, merusak, merugikan). Jadi apa yang dilakukan oleh anak bungsu ini adalah menghabiskan bagian warisan ayahnya (kemungkinan besar tanah atau ladang mereka), menjualnya, lalu uangnya dihabiskan sama sekali hingga tak bersisa. Ini paralel dengan deskripsi si anak bungsu yang tidak punya apa-apa bahkan hingga ia harus memakan makanan babi ketika bekerja sebagai penjaga babi, tetapi tidak ada orang yang memberikan makanan babi kepadanya (Luk 15:16).

Lebih lanjut, si anak sulung mengatakan bahwa harta si bungsu habis karena diboroskan dengan para pelacur (ay. 30a). Kita tidak tahu bagaimana anak sulung mengetahui hal ini, apakah ia mendengar cerita dari orang lain yang menyampaikan kepadanya, atau ia hanya sekedar menebak-nebak saja. Tetapi jika mau jujur, memang besar kemungkinan anak bungsu ini masih belum memiliki pengalaman hidup sehingga ketika memiliki uang banyak hasil penjualan bagian warisannya, ia kemudian berfoya-foya dan mencari kepuasan dengan para pelacur. Dalam bahasa aslinya, kata “pelacur” menggunakan kata pornōn (πορνῶν) dari akar kata porné (πόρνη). Kata porné ini memiliki pengertian sebagai a woman who sells her body for sexual uses, a prostitute, a harlot, any woman indulging in unlawful sexual intercourse, whether for gain or for lust (perempuan yang menjual tubuhnya untuk urusan seksual, pelacur, perempuan yang melakukan hubungan seksual yang tidak sah, baik untuk mendapatkan keuntungan atau hanya untuk memuaskan nafsunya).

Tidak dapat dipungkiri bahwa biaya untuk menyewa pelacur dapat menghabiskan biaya yang cukup besar, apalagi jika pelacur tersebut adalah pelacur yang high class. Mengingat uang yang dibawa oleh si bungsu cukup banyak, maka bukan tidak mungkin para pelacur mengetahuinya dan “menjebaknya” untuk mendapatkan uangnya dengan cepat. Tidak heran jika anak bungsu bisa sangat cepat kehilangan seluruh hartanya dengan gaya hidup yang demikian. Herannya mengapa si bungsu tidak mencari wanita yang paling cantik di negeri orang tersebut kemudian menikahinya daripada menghabiskan uang dengan para pelacur.

Salah satu kesalahan si bungsu adalah ia tidak memiliki orang yang bisa memberikan nasehat yang benar kepada dirinya. Ketika ia masih bersama dengan bapanya, ia mungkin masih mendapatkan nasehat dari bapa dan kakaknya. Atau minimal pegawai bapanya masih bisa memberikan masukan kepada si anak bungsu. Namun ketika ia memutuskan untuk pergi ke negeri yang jauh, tanpa adanya orang yang bisa menasehatinya, maka ia sebenarnya sedang terhilang menuju kebinasaan. Kata “hilang” dalam perikop “anak yang hilang” ini pantas dimaknai sebagai tidak berada di tempat yang semestinya, atau terpisah dari keluarganya. Ketika si anak bungsu ini putus hubungan dengan keluarganya, maka tidak ada lagi saran atau masukan yang baik kepadanya sehingga ia akhirnya salah melangkah dan mengambil keputusan. Syukurlah ia masih memiliki kesempatan untuk kembali kepada bapanya dan tidak lagi terhilang dalam dosa dan kegelapan.

Jika mau jujur, banyak orang yang menjadi miskin karena dosa perzinahan ini. Sekali terikat dengan perzinahan, hal itu akan menjadi candu yang kuat dan mengikat sehingga sangat sulit sekali untuk lepas. Ketika sudah terikat, maka uang pun akan banyak habis untuk melakukan perzinahan tersebut. Apalagi jika dilakukan dengan para pelacur-pelacur yang memang mencari menjual tubuhnya demi keuntungan khususnya uang. Jangankan dengan para pelacur, memiliki istri simpanan pun juga dapat menghabiskan banyak uang. Oleh karena itu, satu hal yang perlu ditekankan adalah jangan sampai jatuh ke dalam dosa perzinahan karena hal tersebut adalah jahat di mata Tuhan. Uang dan harta kita adalah titipan Tuhan yang harus kita kelola sebaik-baiknya bagi kemuliaan nama Tuhan, untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya. Jangan biarkan uang kita habis untuk hal-hal yang tidak berguna, apalagi untuk hal-hal yang jelas-jelas merugikan diri kita.  




Bacaan Alkitab: Lukas 15:28-30
15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.