Rabu, 19 Juni 2019

Pornos dan Moichos (24): Bukti Kasih


Rabu, 19 Juni 2019
Bacaan Alkitab: Roma 13:8-9
Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! (Rm 13:9)


Pornos dan Moichos (24): Bukti Kasih


Kasih. Siapa yang tidak kenal dengan kata tersebut? Apalagi bagi orang Kristen yang katanya hidup di dalam kasih. Namun jika membahas mengenai kasih, ada begitu banyak pendapat dan buku yang justru malah memusingkan pembaca yang masih belum memahami dengan mendalam.

Perintah untuk saling mengasihi memang sudah ada sejak zaman Perjanjian Lama (misal: Ul 6:5). Namun demikian, saya rasa hampir semua orang Kristen setuju bahwa hukum kasih lebih ditekankan lagi ketika Tuhan Yesus berinkarnasi menjadi manusia dan mengabarkan Kabar Baik kepada orang banyak. Sejak zaman Perjanjian Baru, kasih menjadi dasar utama dari ajaran kekristenan yang diajarkan mula-mula oleh Kristus dan selanjutnya diteruskan oleh murid-murid-Nya.

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, kita juga melihat bagaimana Rasul Paulus mendorong jemaat supaya saling mengasihi (ay. 8b). Dalam hal ini kalimat tersebut diawali supaya kita tidak berhutang apapun kepada orang lain (ay. 8a). Kata berhutang dalam bahasa aslinya adalah opheiló (ὀφείλω) yang selain berarti berhutang, juga dapat diartikan sebagai “memiliki kewajiban”.

Dalam konteks ayat tersebut, maka Paulus hendak menekankan bahwa jangan sampai kita memiliki kewajiban terhadap orang lain, atau melakukan sesuatu hal kepada orang lain dengan terpaksa. Kita harus mengasihi orang lain bukan karena itu adalah kewajiban, tetapi karena itu adalah bagian dari karakter manusia ilahi yang telah diselamatkan. Orang yang sudah diselamatkan (dikasihi oleh Allah) tentu harus pula mengasihi orang lain. Jika Allah Bapa sudah memberikan contoh bagaimana Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia karena kasih, dan Allah Anak (Tuhan Yesus) sudah memberikan teladan bagaimana Ia rela mati demi menebus dosa manusia. Dengan contoh yang diberikan pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal, bagaimana mungkin seorang Kristen tidak bisa mengasihi sesamanya?

Sebenarnya esensi dari hukum Taurat yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Yahudi adalah kasih (ay. 8c). Hukum Taurat yang terlihat sangat kaku dan ketat sebenarnya didasarkan pada kasih itu sendiri. Tuhan Yesus sendiri pernah mengatakan bahwa ada 2 hukum yang terutama, yaitu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” serta “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:36-40). Kalimat tersebut dikutip Tuhan Yesus dari ayat-ayat di Perjanjian Lama, salah satunya adalah di kitab Ulangan yang juga adalah bagian dari hukum Taurat.

Jelas bahwa sebenarnya kasih adalah pemenuhan atau kegenapan dari hukum Taurat (Rm 13:10). Oleh karena itu sangat wajar jika kita tidak mungkin mengasihi sesama kita manusia sebelum kita mengasihi diri kita sendiri. Dalam hubungan antar manusia, terdapat sejumlah hukum di Perjanjian Lama (hukum Taurat) yang mengatur mengenai hal tersebut. Sebagai contoh: jangan berzinah (), jangan membunuh, jangan mencuri, dan jangan mengingini (ay. 9a). Dalam hal ini, seseorang yang mengasihi dirinya sendiri tentu tidal melakukan perzinahan karena hal tersebut akan merusak dirinya dan juga merusak orang lain. Seseorang yang mengasihi dirinya sendiri tentu tidak ingin dia diselingkuhi, dan sebagai akibatnya maka orang tersebut juga tidak akan berselingkuh. Hal yang sama juga dapat diterapkan dalam contoh di atas: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak mengingini milik orang lain, dan hukum lainnya yang seperti itu.

Jadi adalah tidak masuk akal jika ada seseorang yang berzinah dengan orang lain di luar pasangannya, dan kemudian ia malah menyalahkan pasangannya. Hal itu menunjukkan bahwa orang tersebut belum mengasihi diri sendiri. Orang yang tidak mengasihi diri sendiri tidak mungkin dapat mengasihi sesamanya. Orang yang tidak mengasihi dirinya sendiri juga tidak mungkin dapat mengasihi Tuhan secara proporsional. Oleh karena itu, marilah kita memperkarakan apakah kita sudah mengasihi Tuhan dengan benar, mengasihi orang lain dengan benar, dan terlebih mengasihi diri kita sendiri dengan benar? Jika kita memiliki kasih dan hidup di dalam kasih, pastilah perkataan dan perbuatan kita (bahkan pikiran kita) tidak akan bertentangan dengan kehendak Bapa. Orang yang mengasihi dengan benar pasti akan dibuktikan dari tindakannya yang benar, antara lain tidak berzinah, tidak membunuh, tidak mencuri, dan tidak mengingini milik orang lain.



Bacaan Alkitab: Roma 13:8-9
13:8 Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
13:9 Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.