Rabu, 15 April 2020

Menguji Karunia Nabi (1): Ditetapkan oleh Allah


Rabu, 15 April 2020
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 12:27-31
Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (1 Kor 12:28)


Menguji Karunia Nabi (1): Ditetapkan oleh Allah


Sebenarnya, pada awalnya saya hanya bermaksud menulis sebuah renungan mengenai karunia nabi. Dalam renungan tersebut saya hendak menulis bahwa kita harus menguji karunia nabi. Salah satu ayat yang terpikirkan dari awal adalah ayat dalam renungan hari ini. Akan tetapi, setelah saya membaca ayat tersebut, mencoba mencari makna dalam bahasa aslinya, serta ayat-ayat terkait, saya menjadi semakin bingung karena ternyata hal ini tidak sesederhana yang saya pikirkan pada awalnya. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk membahas topik ini dalam beberapa renungan supaya pembahasannya lebih mendalam.

Berbicara tentang nabi secara umum, kebanyakan orang Kristen akan langsung membayangkan orang yang bernubuat tentang suatu hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hal itu tentu tidaklah salah. Namun itu barulah sebagian dari apa yang harus dilakukan oleh seorang nabi. Lalu apa kaitannya antara nabi dengan karunia nabi? Hal itulah yang akan coba kita bahas dalam serial renungan ini.

Nabi adalah salah satu “jabatan” yang ditetapkan Allah dalam jemaat Tuhan. Kita semua harus sadar bahwa orang percaya adalah tubuh Kristus, dimana Kristus menjadi kepala dan kita semua adalah anggota tubuh-Nya (ay. 27). Kita semua yang merupakan bagian dari jemaat Tuhan, adalah anggota tubuh Kristus. Artinya kita memiliki peran di dalam tubuh tersebut, meskipun mungkin peran kita kecil dan tidak terlihat oleh orang lain. Sama seperti tubuh manusia, tentu ada anggota-anggota yang terlihat dari luar dan sepertinya berperan penting. Namun jika mau jujur terkadang bagian tubuh manusia yang paling kecil dan tidak terlihat dari luar justru adalah yang paling penting. Ambil contoh sel darah merah yang membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, atau sel darah putih yang bertugas melawan zat-zat asing yang mungkin membahayakan tubuh. Mereka tidak terlihat secara kasat mata karena begitu kecil, tetapi peran mereka justru sangatlah besar bagi tubuh kita.

Dalam kaitannya dengan tubuh Kristus, maka Allah juga telah menetapkan sejumlah “jabatan” atau “peran” khusus di dalam jemaat-Nya. Dalam bagian bacaan Alkitab kita hari ini, ada tiga peran yang disebutkan: rasul, nabi, dan pengajar (ay. 28a). Di dalam bagian lain Alkitab kita menemukan ada jumlah peran yang berbeda, seperti misalnya rasul, nabi, pemberita Injil, gembala, dan pengajar (Ef 4:11). Kita akan membahas hal ini pada renungan di hari-hari yang akan datang. Namun cukuplah kita menyatakan bahwa ada sejumlah peran khusus yang ditetapkan Allah dalam jemaat-Nya, yang antara lain adalah rasul, nabi, dan pengajar.

Penetapan Allah terhadap “jabatan” atau “peran” ini bukan berarti bahwa setiap orang percaya pasti memiliki salah satu dari peran ini. Jabatan yang ditetapkan Allah ini tentu adalah suatu jabatan khusus yang terkait dengan tangung jawab mereka dalam pelayanan yang Tuhan percayakan kepada orang-orang tersebut. Kata “nabi” dalam bahasa aslinya menggunakan kata prophētas (προφήτας) dari akar kata prophétés (προφήτης). Kata prophétés ini cukup sering digunakan di dalam Perjanjian Baru, yaitu lebih dari 100 kali penggunaan.

Berbicara tentang nabi, tentu kita sering membayangkan bahwa seorang nabi (atau nabiah jika orang tersebut adalah wanita) adalah orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan menubuatkan sesuatu, khususnya mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hal ini tentu tidak salah karena dari sudut pandang etimologi katanya, kata prophétés ini berasal dari kata pró (sebelum) dan phēmí (berkata/menyanpaikan). Jadi memang salah satu kekhususan jabatan nabi ini adalah mereka dapat menyampaikan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang (sebelum hal tersebut terjadi).

Namun kita juga melihat bahwa di ayat yang sama, Allah tidak hanya menetapkan sejumlah “jabatan” atau “peran” khusus di dalam jemaat, melainkan juga menetapkan adanya orang-orang yang memperoleh karunia-karunia tertentu. Jika kita membaca ayat-ayat sebelumnya di pasal 12 ini, kita akan mengerti bahwa karunia ini tentu adalah karunia yang terkait dengan Roh Kudus, atau yang kita kenal secara umum dengan karunia Roh (meskipun sebenarnya istilah karunia Roh tidak ada dalam bahasa asli Alkitab – hal ini akan kita bahas kemudian). Karunia ini adalah anugerah yang diberikan Allah melalui Roh-Nya (Roh Allah atau Roh Kudus) kepada orang-orang di dalam jemaat-Nya.

Dalam bahasa aslinya, digunakan kata karunia (charismata) untuk menggambarkan karunia menyembuhkan (iamatōn), melayani (antilēmpseis), memimpin (kybernēseis), dan berkata-kata dalam bahasa roh (gene glōssōn). Itulah karunia-karunia yang disebutkan di ayat 28. Namun antara “jabatan/peran” dan “karunia” yang disebutkan di ayat 28 ini, ada sebuah kata yaitu dynameis (δυνάμεις) yang diterjemahkan sebagai mujizat, meskipun juga dapat diterjemahkan sebagai kuasa (power). Perlu dipahami bahwa terdapat penggunaan kata participle dalam ayat 28 ini yang menunjukkan urutan dan kemudian hubungan dengan kata-kata sebelumnya. Dalam terjemahan bebas yang saya sederhanakan, ayat 28 ini dapat berbunyi: “pertama: rasul, kedua: nabi, ketiga: pengajar, selanjutnya kuasa/mujizat, selanjutnya karunia untuk menyembuhkan, melayani, memimpin, dan berkata-kata dalam bahasa roh”. Jadi ada 5 bagian dalam ayat 28 ini, dimana bagian 1-3 berbicara mengenai urutan jabatan, bagian 4 yang berbicara mengenai kuasa/mujizat, dan bagian 5 yang berbicara mengenai orang-orang yang memperoleh karunia. Hal ini sangat jelas jika melihat pengulangan di ayat selanjutnya, dimana bagian 1-3 dan 4 disebutkan dalam ayat 29 sementara bagian 5 (walaupun tidak semuanya) disebutkan di ayat 30.

Saya belum 100 persen paham mengapa Paulus membagi-bagi penjelasan di ayat 28 ini dalam 5 bagian. Namun dari apa yang saya pahami, Paulus hendak menyatakan bahwa ada jabatan-jabatan tertentu dalam jemaat (contohnya: rasul, nabi, dan pengajar), ada orang-orang yang menerima kuasa (yang antara lain digunakan untuk membuat mujizat), dan ada orang-orang yang menerima karunia. Dalam hal ini, setelah karunia-karunia tersebut dijelaskan panjang lebar dalam ayat-ayat sebelumnya, Paulus hanya menggunakan beberapa karunia sebagai contoh dalam tulisannya di bagian akhir pasal 12 ini. Bahkan karunia yang disebutkan di ayat 30 juga lebih sedikit daripada karunia yang disebutkan di ayat 28. Beberapa karunia di ayat 28 ini juga hanya disebutkan di ayat 28 dan tidak dijelaskan pada pembahasan karunia di ayat-ayat sebelumnya, misalnya: karunia untuk melayani (antilémpsis, yang dapat diartikan sebagai melayani/menolong/membantu) atau karunia untuk memimpin (kubernésis, yang dapat diartikan sebagai memimpin/mengatur/mengarahkan).

Jadi dalam hal ini Paulus tidak sedang berusaha merinci karunia-karunia tersebut, tetapi hanya memberi contoh bahwa ada jabatan/peran, kuasa, dan juga karunia. Dalam ayat 29 dan 30 Alkitab terjemahan bahasa Indonesia, digunakan kata-kata “Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat?” (ay. 29). Dalam bahasa aslinya, sebenarnya secara bebas dapat diterjemahkan: “Tidak semua adalah rasul, tidak semua adalah nabi, tidak semua adalah pengajar, tidak semua adalah orang-orang yang menerima kuasa (untuk melakukan mujizat)” atau “Apakah semuanya adalah rasul? Apakah semuanya adalah nabi? Apakah semuanya adalah pengajar? Apakah semuanya adalah orang-orang yang menerima kuasa (untuk melakukan mujizat)?”. Demikian pula dalam ayat 30, yang menggunakan pola yang serupa dengan pola kalimat di ayat 29.

Dari apa yang saya pahami, Allah memberikan kepada orang-orang dalam jemaat-Nya suatu jabatan, kuasa, bahkan karunia yang unik, yang sebenarnya tidak dapat dibanding-bandingkan. Orang yang ditetapkan sebagai rasul tidak boleh menganggap dirinya lebih mulia dan lebih berharga daripada orang-orang yang ditetapkan sebagai nabi. Demikian pula orang-orang yang menerima kuasa (untuk membuat mujizat) tidak boleh menganggap dirinya lebih hebat daripada mereka yang diberi karunia untuk melayani/membantu pelayanan. Semua orang adalah unik dan segala jabatan, kuasa, dan karunia yang diberikan oleh Allah tersebut harus digunakan dengan maksimal karena suatu saat kita juga harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah.

Jika demikian, apakah yang harus kita lakukan? Apakah kita harus pasrah saja menunggu penetapan dari Allah atau menunggu karunia yang diberikan oleh Allah? Dalam ayat terakhir dari perikop ini, Paulus menulis agar orang-orang di dalam jemaat Tuhan harus berusaha untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama (ay. 31a). Sekilas seakan-akan Paulus menyuruh orang Kristen untuk memburu karunia-karunia tersebut. Tidak heran beberapa gereja juga mewajibkan orang-orang setidaknya memiliki satu karunia, bahkan mewajibkan mereka yang belum memiliki karunia tersebut untuk memburu karunia tersebut. Benarkah demikian?

Kata “berusahalah” dalam bahasa aslinya adalah zēloute (ζηλοῦτε) dari akar kata zéloó (ζηλόω). Kata zéloó ini dapat memiliki makna: berhasrat, sangat mengingini, cemburu. Kata ini mungkin saja terkait dengan kata jealous dalam bahasa Inggris yang juga berarti cemburu. Kata ini dapat bersifat positif atau negatif, tergantung dari konteks kalimatnya. Sama seperti kata cemburu yang bisa bermakna negatif, tetapi juga dapat bermakna positif (misal seorang istri yang cemburu dengan suaminya karena memang seharusnya hanya ialah satu-satunya wanita dalam hidup suaminya – bandingkan dengan 2 Kor 11:2). Kata zēloute ini bersifat imperatif yang artinya adalah suatu kata perintah bagi orang percaya untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama.

Sebenarnya kata “paling utama” dalam bahasa aslinya menggunakan kata meizona (μείζονα) dari akar kata megas (μέγας) yang dapat berarti “large, great, in the widest sense” (besar/luas, hebat/utama, dalam arti luas/seluas-luasnya). Sejumlah terjemahan bahasa Inggris menerjemahkan kata meizona dengan kata greater/higher (lebih besar/lebih luas/lebih tinggi/lebih utama), namun sebagian juga menggunakan kata the best (yang paling baik/paling utama). Saya sendiri lebih cenderung menggunakan kata greater (lebih besar/lebih luas). Saya mengatakan hal ini karena di balik karunia-karunia tersebut, Paulus mengatakan bahwa ada jalan yang lebih utama lagi (lebih utama ditinjau dari apa yang disebutkan di bagian sebelumnya, yaitu karunia yang lebih besar/lebih utama) (ay. 31b).

Jika di dalam ayat 31a digunakan kata meizona yang diterjemahkan sebagai “paling utama”, maka dalam ayat 31b digunakan kata hyperbolēn (ὑπερβολὴν). Kata hyperbolēn (yang mungkin merupakan asal kata hiperbola) memiliki makna excess, surpassing excellence, preeminence, beyond measure (melebihi, melewati/melampaui hal yang sudah baik atau sudah unggul, melampaui/mengungguli lainnya, melewati ukuran yang umum). Dari apa yang saya pahami, kata hyperbolēn memiliki makna yang lebih unggul atau lebih penting daripada meizona. Jadi, meskipun orang percaya harus berusaha memperoleh karunia-karunia yang lebih baik (meizona), sebenarnya ada jalan lain yang jauh melebihi itu semua, yang akan dijelaskan oleh Paulus dalam pasal 13.  Dalam hal ini, makna dari perintah Paulus di ayat 31a dapat memiliki dua kemungkinan yaitu: 1) orang percaya diharapkan memiliki karunia yang lebih luas lagi (tidak hanya terfokus pada satu karunia); atau 2) orang percaya diharapkan memiliki karunia yang lebih utama/lebih penting.

Jadi, kembali lagi, apakah jabatan-jabatan dalam jemaat itu penting? Tentu jawabannya adalah ya. Apakah kuasa adalah hal yang penting untuk dimiliki orang percaya? Tentu jawabannya adalah ya. Apakah karunia-karunia juga penting bagi orang percaya? Tentu jawabannya adalah ya. Jika demikian manakah yang paling penting? Jabatan atau karunia? Jika karunia, maka karunia mana yang paling penting? Tentu terkait jabatan dan karunia, masing-masing harus mengukur dirinya sendiri, mempersoalkan apakah ia diberikan jabatan khusus oleh Allah, dan karunia apa yang orang tersebut miliki. Karunia bisa dicari (tentunya dengan pergumulan kuat dan tetap dalam pimpinan Roh Kudus), tetapi untuk jabatan, karena hal tersebut terkait dengan peran dan tanggung jawab, maka mungkin agak sulit untuk memburu jabatan. Meskipun bisa saja seseorang memiliki lebih dari satu jabatan/peran dalam jemaat (hal ini akan kita bahas nanti dalam renungan-renungan hari sebelumnya). Namun semua hal tersebut (jabatan, kuasa, dan karunia), adalah penetapan Allah yang unik bagi setiap manusia, sehingga kita tidak boleh saling iri dan menyerang orang lain, tetapi harus saling mendukung sebagai sesama anggota tubuh Kristus.

Dalam hal ini kita tentu perlu menilai apakah memang orang-orang yang mengaku memiliki jabatan, kuasa, dan karunia adalah benar-benar berasal dari Allah atau bukan. Memang Alkitab juga menuliskan bahwa akan ada rasul-rasul palsu (2 Kor 11:13), nabi-nabi palsu (Mat 7:15, 24:11) dan pengajar/guru-guru palsu (2 Ptr 2:1-3), dan itu adalah suatu keniscayaan. Tetapi kita tidak berhak menghakimi, karena penghakiman itu adalah hak Tuhan. Kita sendiri juga pasti memiliki suatu jabatan/kuasa/karunia yang ditetapkan Allah bagi kita, dan kita tentu akan dihakimi Tuhan atas apa yang telah Ia percayakan kepada kita. Sebaiknya kita tidak perlu sibuk mengurusi apa yang orang lain lakukan. Kalaupun dalam konteks menjaga domba-domba yang Allah percayakan kepada kita, kita harus mendidik domba-domba kita untuk dapat membedakan mana yang asli dan yang palsu, dan bukannya saling menyerang di media sosial, atau saling mengatakan orang lain sesat. Dari buahnya, kita akan mengenal manakah nabi-nabi yang benar dan manakah nabi-nabi yang tidak benar. Oleh karena itu, lebih baik kita meminta hikmat Tuhan untuk dapat membedakan nabi palsu dari buah yang dihasilkannya, dan tentu kepada orang-orang yang dipercayakan kepada kita supaya mereka juga dapat membedakan mana buah yang benar dan mana buah yang palsu.



Bacaan Alkitab: 1 Korintus 12:27-31
12:27 Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.
12:28 Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.
12:29 Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat,
12:30 atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?
12:31 Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.