Senin, 13 April 2020

Pengurapan dalam Perjanjian Baru: (10) Kuasa Kemenangan


Senin, 13 April 2020
Bacaan Alkitab: Wahyu 12:10-12
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata:  "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita." (Why 12:10)


Pengurapan dalam Perjanjian Baru: (10) Kuasa Kemenangan


Kita telah tiba pada bagian akhir dari serial renungan mengenai pengurapan dalam Perjanjian Baru. Bacaan Alkitab kita hari ini mungkin sudah cukup sering didengar oleh sebagian orang Kristen, khususnya bagi mereka yang berjemaat di gereja aliran pentakosta maupun karismatik, karena ada sebuah lagu pujian yang didasarkan pada ayat-ayat tersebut. Namun karena renungan kita terkait dengan pengurapan, maka kita akan mencoba belajar konteks ayat-ayat tersebut dalam kaitannya dengan kata pengurapan tersebut.

Kitab Wahyu tidak boleh hanya dipandang sebagai kitab yang bercerita mengenai hal-hal yang akan datang (futuristis) dari sudut pandang kita yang hidup di abad ke-21. Kita harus juga melihat konteks pada saat kitab ini ditulis, dimana sebagian besar memang bersifat futuristis ditinjau dari masa ketika Rasul Yohanes menuliskan kitab ini (yang kemungkinan ditulis pada akhir abad ke-1 masehi). Artinya, sebagian tulisan dalam kitab ini memang bersifat futuris ditinjau dari sudut pandang abad ke-1, tetapi mungkin juga ada yang sudah bersifat historis bagi kita yang hidup di abad ke-21. Sebagian lagi juga berbicara mengenai hal-hal yang sudah terjadi dari sudut pandang penulis kitab ini di abad ke-1.

Terkait dengan bacaan kita di pasal 12 dari kitab Wahyu, tentu kita akan bertanya, apakah ayat-ayat ini berbicara mengenai kejadian di masa yang akan datang (bisa dari sudut pandang abad ke-1 atau abad ke-21), ataukah bersifat historis dari sudut pandang abad ke-1? Dalam hal ini mereka yang berpandangan futuris, berbicara mengenai urut-urutan tulisan dalam kitab Wahyu yang seharusnya bersifat kronologis (misal: peristiwa di pasal 10 terjadi sebelum peristiwa di pasal 11, peristiwa di pasal 11 terjadi sebelum peristiwa di pasal 12, dan seterusnya). Jika demikian, maka pasal 12 ini tentu berbicara mengenai peristiwa futuris di masa yang akan datang (setelah ketujuh meterai dan ketujuh sangkakala di pasal-pasal sebelumnya), setidaknya ditinjau dari sudut pandang penulis di abad ke-1.

Akan tetapi, ada pula pandangan yang melihat bahwa urutan penulisan di kitab Wahyu tidaklah selalu berbicara mengenai kronologis. Sebagai contoh, bacaan Alkitab kita hari ini berbicara mengenai peperangan yang terjadi di surga, antara Mikael dan malaikat terang melawan naga (Iblis) dan malaikat yang telah jatuh (ay. 7). Kira-kira kapankah peristiwa ini terjadi? Apakah ini berbicara mengenai peristiwa yang akan datang? Menurut saya tidak. Ayat ini dapat dimaknai sebagai peristiwa pemberontakan Iblis (atau Lucifer) di surga, dimana akhirnya mereka kalah dan dibuang ke bumi. Hal ini didukung dengan kata “sekarang telah tiba” yang dalam bahasa aslinya menggunakan kata egeneto (ἐγένετο). Kata egeneto ini merupakan bentuk kata kerja aorist indicative middle dari akar kata ginomai (γίνομαι) yang memiliki makna “to come into being, to happen, to become” (terwujud, terjadi, menjadi). Kata kerja dengan sifat aorist menunjuk suatu peristiwa yang pernah terjadi/dilakukan terjadi di masa lampau pada suatu titik waktu dan tidak terjadi secara terus menerus/berulang kali.

Namun demikian, ada pula pandangan yang menyatakan bahwa sebenarnya hal ini berbicara mengenai kemenangan Kristus melalui karya keselamatan-Nya, sehingga Iblis tidak mendapatkan tempat di surga dan dilemparkan ke bumi (ay. 8-9). Hal ini bisa jadi terkait fakta bahwa kematian Yesus membuat Iblis dikalahkan, sehingga ia tidak dapat lagi berada di surga (kemungkinan seperti apa yang ditulis dalam Ayb 1:6-12, 2:1-7). Saya secara pribadi lebih condong kepada alternatif yang kedua ini, karena akan lebih “nyambung” dengan apa yang ditulis dalam ayat-ayat selanjutnya.

Dalam ayat selanjutnya dikatakan bahwa setelah Iblis dikalahkan, tidak mendapat tempat lagi di surga dan kemudian dilemparkan ke bumi bersama dengan malaikat-malaikat yang telah jatuh, maka terdengarlah suara yang nyaring di surga (ay. 10a). Suara tersebut berkata bahwa sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa, dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya (ay. 10b). Dalam bahasa aslinya, kata “Dia yang diurapi-Nya” menggunakan dua kata yaitu Christou autou (Χριστοῦ αὐτοῦ). Dalam konteks dengan kata sebelumnya, frasa “dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya” dalam terjemahan Alkitab bahasa Inggris digunakan kata “And the kingdom of our God, and the [ruling] authority (atau the power) of His Christ/His Messiah”. Jelas bahwa dalam ayat 10b ini ada 4 hal yang ditulis secara sejajar yaitu: 1) keselamatan; 2) kuasa; 3) pemerintahan Allah kita; dan 4) kuasa/pemerintahan Kristus-(nya/Nya).

Penggunaan kata Christou autou di sini tidak terlalu menjadi masalah seperti pembahasan di dalam ayat-ayat pada renungan sebelumnya, karena sebelum kata Christou autou telah dijelaskan bahwa adanya pemerintahan Allah Bapa (Theou/Θεοῦ). Jadi Kristus jelas merupakan Kristus yang berasal dari Allah Bapa, atau pribadi yang diurapi oleh Allah Bapa. Kekuasaan atau otoritas yang dimiliki Kristus jelas berasal dari Allah Bapa. Anak tidak dapat berbuat apa-apa tanpa Bapa, dan dalam segala hal, Bapa adalah pribadi yang memiliki kuasa dan menyerahkannya kepada Anak untuk memegang pemerintahan dalam kerajaan-Nya.

Keselamatan, kuasa, kerajaan Allah dan kuasa pemerintahan Kristus jelas nyata ketika Ia telah berhasil menang atas kuasa Iblis. Dikatakan bahwa Iblis adalah pribadi yang terus menerus mendakwa saudara-saudara kita di hadapan Allah Bapa (ay. 10c). Memang ada beberapa pendapat mengenai siapa yang dimaksud dengan saudara-saudara kita ini. Ada yang berkata bahwa ini adalah orang-orang kudus yang telah mati. Namun ada pula pendapat yang menyatakan bahwa ini adalah orang-orang yang diangkat hidup-hidup oleh Allah ke dalam surga (contoh: Henokh dan Elia). Tentu tatanan Allah menyatakan bahwa manusia harus mati karena dosa. Akan tetapi nyatanya Allah mengizinkan beberapa orang untuk diangkat ke surga dalam keadaan hidup. Dalam hal ini, bisa jadi iblis mendakwa saudara-saudara kita tersebut mengapa mereka diizinkan masuk surga. Kita dapat melihat bahwa di Perjanjian Lama, Iblis masih dimungkinkan datang ke hadapan Allah dan bahkan berbincang-bincang dengan-Nya (Ayb 1:6-12, 2:1-7). Mungkin saja salah satu topik pembicaraannya adalah dakwaan Iblis supaya orang-orang kudus yang diangkat Allah itu (contoh: Henokh dan Elia) dikembalikan ke dunia orang mati di bawah kuasa Iblis. Akan tetapi, melalui kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, maka Yesus memproklamirkan kemenangan-Nya atas maut. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa Iblis telah dikalahkan oleh dua hal: 1) oleh darah Anak Domba (yang membuat-Nya berhak menebus dosa manusia); dan 2) oleh perkataan kesaksian mereka (ay. 11a).

Dalam hal ini, poin pertama mungkin sudah cukup jelas bagi kita, karena sebagai orang Kristen kita sudah percaya dengan pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa kita. Sama seperti darah domba di masa Perjanjian Lama sebagai penebus dosa atau kesalahan bangsa Israel, maka di zaman Perjanjian Baru, darah Anak Domba Allah juga tercurah untuk menebus dosa seluruh umat manusia. Iblis tentu telah dikalahkan oleh kuasa darah Anak Domba Allah tersebut. Namun terkait dengan perkataan kesaksian di ayat 11 ini juga perlu kita perdalam lagi. Beberapa gereja membuka banyak ruang kesaksian di dalam ibadahnya dikarenakan pemahaman yang kurang tepat mengenai ayat ini. Tentu saya tidak melarang kesaksian-kesaksian tersebut. Tetapi dari pengalaman saya, sering terjadi ketika orang-orang yang masih baru bertobat bersaksi, ternyata kesaksiannya itu kurang tepat. Misal, kesaksian yang disampaikan selalu saja tentang bagaimana Tuhan menjawab doa, Tuhan menyembuhkan, Tuhan memberikan berkat jasmani, dan hal-hal lain yang sebenarnya tidaklah penting namun tetap disaksikan. Memang hal tersebut bisa menjadi berkat bagi orang lain yang mendengarnya. Tetapi jika setiap ibadah kita “dicekoki” dengan kesaksian mengenai Tuhan memberi berkat uang, kekayaan, promosi jabatan dan lain sebagainya, tanpa kita sadari, pola pikir kita akan terbangun bahwa kita juga harus bisa mengalami seperti apa yang orang lain alami. Akan muncul perasaan minder jika kita tidak memperoleh uang dalam jumlah besar seperti apa yang orang lain saksikan. Padahal jika kita mau jujur, uang dapat menjadi berhala dan menghambat kita untuk bertumbuh dengan benar.

Jika kesaksian hanya dipahami sebagai kesaksian menerima berkat Tuhan (terutama berkat jasmani seperti uang, kekayaan, dan lain sebagainya), saya ragu bahwa kesaksian tersebut dapat mengalahkan Iblis. Menurut saya, kesaksian yang benar itu tentu terkait dengan ayat selanjutnya, yaitu kesaksian hidup yang benar dimana orang-orang tidak lagi mengasihi nyawanya sendiri (ay. 11b). Kita melihat teladan dalam jemaat mula-mula yang mengalami aniaya yang begitu hebat. Mereka tidak hanya mati demi iman mereka kepada Kristus, tetapi juga dianiaya secara fisik dan psikis. Mereka dipukul, ditelanjangi, harta mereka dirampas, kewarganegaraan mereka dicabut, anak-anak mereka dibunuh di depan mata mereka sendiri, disiksa secara kejam, dikuliti, dibakar hidup-hidup, dan lain sebagainya. Apakah dalam aniaya tersebut mereka kemudian menyampaikan kesaksian bahwa: “Tuhan itu baik dan menjawab doa, Ia membuat mujizat dan melepaskan saya dari penderitaan, hidup saya selalu nyaman karena atas berkat-Nya saya bisa membeli banyak barang?”

Tentu tidak! Kesaksian mereka adalah kesaksian yang nyata, bahkan ketika mulut mereka sudah tidak sanggup berkata-kata lagi. Ketika dalam saat-saat terakhir menjelang kematian mereka (akibat tebasan pedang, kayu salib, kobaran api, atau binatang buas yang akan mencabik-cabik mereka), mereka tidak takut dan tidak menyangkali iman mereka. Mereka hanya diam, atau mungkin justru menyanyikan nyanyian pujian kepada Allah. Beberapa dari antara mereka justru mengucapkan kata-kata berkat dan mengampuni orang yang membunuh mereka. Itulah kesaksian yang seharusnya kita kenakan. Mereka hidup dengan benar dalam kesucian hidup, dan tetap percaya kepada Allah sekalipun Allah tidak menyelamatkan mereka dari aniaya. Sangat berbeda dengan kebanyakan doa yang diucapkan orang Kristen di masa-masa ini, dimana mereka menuntut Allah untuk menjawab doa mereka dengan berkata bahwa Allah itu baik, dan kebaikan Allah hanya diukur dari doa-doa yang dijawab (dan iebagian besar isi doa tersebut hanyalah pemuasan keinginan dan hawa nafsu, seperti ingin dapat uang banyak, ingin dapat istri cantik, ingin segera naik jabatan, ingin memiliki rumah atau mobil baru, dan lain sebagainya).

Kesaksian seperti itulah yang harus dimiliki orang percaya jika mereka mau sungguh-sungguh menang. Dengan memiliki kesaksian hidup yang agung, tidak bercacat dan tidak bercela, berarti mereka menghormati pribadi Allah Tritunggal yang Maha Suci, serta kuasa, keselamatan, dan kerajaan-Nya yang kekal. Ketika Anak Allah menang atas kuasa Iblis, maka Iblis dilemparkan ke bumi (artinya tidak lagi memiliki hak di surga, seperti pada zaman Perjanjian Lama). Iblis pun tahu bahwa waktunya telah singkat. Tentu Iblis ingin dapat menyesatkan sebanyak-banyaknya orang supaya mereka melawan Allah dan kerajaan-Nya. Tidak heran, Iblis mencoba menyesatkan banyak orang percaya di waktu yang singkat ini (ay. 12). Penyesatan bisa datang melalui aniaya (dengan harapan orang percaya akan murtad karena aniaya), dengan godaan dosa (korupsi, berzinah, mencuri, membunuh), dan bahkan dengan godaan harta dan kenikmatan dunia, sehingga mereka merasa masih berstatus sebagai orang percaya, tetapi hati mereka sudah terikat dengan dunia ini.

Yang harus kita pahami bahwa Kristus sudah menang melalui ketaatan-Nya yang sempurna hingga mati di atas kayu salib. Kebangkitan-Nya membawa pengharapan baru bahwa kuasa Iblis telah dikalahkan dan kerajaan Allah telah nyata. Tentu kerajaan Allah akan sempurna ketika bumi ini dihancurkan dan manusia-manusia yang hidup benar akan dibangkitkan untuk memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus dalam kekekalan. Oleh karena itu, tugas kita sebagai orang percaya adalah untuk berjuang hidup dalam kemenangan Tuhan Yesus ini.

Ingat bahwa Tuhan Yesus sudah menang, tetapi kita tentu masih belum dapat dikatakan menang. Kemenangan kita baru akan terlihat ketika kita mengakhiri hidup kita nanti, apakah kita sudah memilih apa yang benar dalam hidup kita dan menjauhi apa yang salah? Apakah sepanjang hidup kita, kehendak Allah sudah kita lakukan dengan sempurna? Jika kita menghayai karya keselamatan Kristus melalui darah-Nya yang tercurah di atas kayu salib, tentu bagian kita adalah memiliki perkataan kesaksian yang benar. Dalam hal ini perkataan kesaksian tidak boleh hanya dimaknai bahwa kita harus bersaksi di gereja setiap hari Minggu. Jika demikian, nanti ibadah di gereja hanya diisi dengan kesaksian-kesaksian dari seluruh jemaat yang hadir tanpa ada pemberitaan firman yang benar. Dalam hal ini kesaksian harus dipandang sebagai keadaan hidup kita setiap hari, bahkan setiap saat, yang mempermuliakan nama Allah. Ketika Tuhan memerintahkan kita untuk menjadi saksi sampai ke ujung bumi, itu berarti bahwa dimanapun kita berada, kita harus tetap menjadi saksi Tuhan yang benar, sehingga setiap orang lain yang melihat hidup kita akan mempermuliakan nama Allah. Percuma kita sering bersaksi di gereja tetapi dalam hidup kita sehari-hari, kita justru mempermalukan Tuhan melalui perkataan dan Tindakan kita yang sembrono. Berjuanglah supaya kuasa kemenangan Tuhan Yesus juga dapat kita kenakan dalam hidup kita setiap saat, hingga suatu saat nanti kita didapati sebagai pribadi yang layak masuk ke dalam kerajaan-Nya.



Bacaan Alkitab: Wahyu 12:7-12
12:7 Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu  dibantu oleh malaikat-malaikatnya,
12:8 tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga.
12:9 Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.
12:10 Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata:  "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.
12:11 Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba,  dan oleh perkataan kesaksian mereka.  Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.
12:12 Karena itu bersukacitalah,  hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya,  celakalah kamu, hai bumi dan laut!  karena Iblis telah turun kepadamu,  dalam geramnya yang dahsyat,  karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.