Rabu, 24
Juni 2020
Bacaan Alkitab: Matius 7:13-14
Masuklah
melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang
menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya (Mat 7:13)
Memilih Pintu yang Benar di Sepanjang Jalan
Kehidupan
Mungkin
saya sudah beberapa kali menulis renungan mengenai pintu yang lebar dan pintu
yang sesak itu. Kebanyakan dari kita juga sudah pernah mendengar lagu mengenai
ini sejak masa-masa sekolah minggu, yang liriknya kira-kira demikian: “Di dalam dunia ada dua jalan, lebar dan sempit, mana kau
pilih? Yang lebar api, jiwamu mati. Tapi yang sempit, jiwa berglori”. Mungkin lirik lagunya agak sedikit berbeda di
antara denominasi gereja. Tetapi sejak
kecil kita sudah diajarkan mengenai dua jalan ini. Apakah hal itu membawa
implikasi yang kuat kepada kita yang saat ini sudah dewasa?
Dahulu,
saya berpikir bahwa dua pintu itu adalah memilih agama. Pintu yang sempit atau
sesak adalah pintu agama Kristen. Pintu yang lebar adalah pintu agama lain.
Kita diharapkan untuk memilih salah satu pintu. Dan tentu saja, kita pasti
memilih pintu yang sempit atau sesak itu. Tetapi kenyataannya, kita mungkin
tidak pernah memilih, apalagi kita yang sudah lahir di keluarga yang beragama Kristen.
Kita menjadi seorang Kristen karena orang tua kita Kristen. Jadi sejak lahir
kita sudah beragama Kristen.
Bagi
orang-orang yang lebih dewasa, perkataan Tuhan Yesus tersebut mungkin lebih
dapat dihayati. Mereka harus memilih tetap menjadi orang Kristen atau memilih
pintu yang lain. Tetapi kebanyakan orang Kristen berpikir bahwa pintu tersebut
hanya ada satu kali (hanya satu kali memilih). Mereka yang merasa sudah memilih
pintu yang sesak merasa sudah selamat. Jika mau diakui, banyak orang beragama
Kristen merasa sudah selamat karena mereka sudah mengaku percaya kepada Tuhan.
Persoalannya,
apakah pilihan itu hanya sekali? Apakah ketika orang percaya kepada Tuhan maka
sepanjang umurnya ia tidak akan berkhianat? Bagaimana dengan para penjahat yang
beragama Kristen? Para koruptor yang mengaku beragama Kristen? Mengapa mereka
mengaku beragama Kristen tetapi kehidupan mereka tidak memancarkan keagungan
kekristenan yang seharusnya dimiliki?
Tuhan
Yesus berkata supaya kita masuk melalui pintu yang sesak (ay. 13a). Tuhan juga
menyatakan bahwa ada pintu lain yang lebar dan jalan yang luas di balik pintu
itu (ay. 13b). Namun jalan yang luas itu menuju kepada kebinasaan dan banyak
orang yang masuk melaluinya (ay. 13c). Dalam ayat selanjutnya Tuhan Yesus
berkata bahwa pintu yang benar adalah pintu yang sesak, dan ada jalan yang
sempit di balik pintu itu. Namun jalan itu menuju kepada kehidupan, dan hanya
sedikit orang yang mendapatinya (ay. 14).
Seringkali
orang Kristen merasa sudah masuk pintu yang sempit itu. Mereka merujuk kepada
orang-orang lain yang tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus dan dengan demikian
men-judge orang-orang tersebut yang sedang berjalan menuju kepada
kebinasaan. Mereka merasa sudah masuk melalui pintu yang benar dan sudah
berjalan di jalan yang sempit itu. Namun apakah benar demikian?
Dalam
ucapan Tuhan Yesus ini, tentu jelas bahwa di dunia ini hanya ada dua pilihan: pintu
dan jalan yang benar atau pintu dan jalan yang salah. Jika ada pepatah “banyak
jalan menuju ke Roma”, sesungguhnya hanya ada satu jalan yang benar kepada
Bapa, dan selain itu pasti bukan jalan yang benar. Memang dikatakan bahwa orang
harus memilih pintu yang mana yang akan ia buka? Ayat ini jika hanya dibaca
sekilas seakan-akan mengesankan bahwa pintu itu adalah keputusan memilih agama
Kristen atau bukan. Sebenarnya pintu itu adalah pintu iman percaya. Tetapi iman
percaya itu tidak boleh hanya dipahami sebagai memilih agama dengan mengaku
percaya kepada Tuhan Yesus. Mengaku percaya kepada Tuhan Yesus barulah langkah awal
dari proses keselamatan yang panjang, seperti suatu jalan panjang (dalam bahasa
Yunan: hodos atau lorong yang panjang).
Konsekuensi
logis dari memilih pintu adalah membuka pintu dan melewati jalan yang ada di
balik pintu itu. Percuma saja jika orang memilih pintu yang sesak tetapi tidak
mau melewati jalan yang sempit itu. Hal itu sama saja dengan tidak memilih
pintu yang sesak. Tidak memilih pintu yang sesak juga sama artinya dengan
memilih pintu yang lain. Keselamatan harus dipahami sebagai memilih pintu yang
sesak, membuka pintu, dan masuk melewati jalan sempit yang ada untuk menuju
kepada kehidupan. Dapat dikatakan bahwa membuka pintu sesak adalah langkah awal
dari keselamatan yang benar.
Jalan
yang harus kita tempuh sebenarnya adalah suatu jalan salib, suatu jalan panjang
yang penuh dengan penderitaan ketika kita memilih untuk melakukan kehendak
Bapa. Jalan inilah yang sudah dilalui oleh Tuhan Yesus ketika Ia berinkarnasi
menjadi manusia sekitar 2.000 tahun yang lalu. Tidak heran Tuhan Yesus berkata
bahwa Ia adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorang pun yang datang
kepada Bapa jika tidak melalui diri-Nya (Yoh 14:6). Jika Tuhan Yesus adalah
Jalan itu sendiri, artinya jalan sempit di balik pintu yang sesak itu adalah
jalan kehidupan yang dicontohkan oleh Tuhan Yesus: bagaimana Ia mengosongkan
diri-Nya dan menjadi manusia, bagaimana Ia belajar sejak masa kecilnya,
bersedia dibaptis, melakukan pekerjaan yang harus ditunaikan-Nya, hingga
ketaatan-Nya yang tanpa batas sampai mati di atas kayu salib. Kehidupan Tuhan
Yesus ketika menjadi manusia adalah teladan yang harus kita lakukan. Inilah
jalan salib yang menjadi bagian kita. Tuhan Yesus sudah melewatinya hingga
garis akhir sekitar 2.000 tahun yang lalu. Sekarang, kita yang mengaku Tuhan
Yesus sebagai Juruselamat, kita juga harus mengikuti jejak Tuhan Yesus yaitu
melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan yang Bapa berikan secara
spesifik dalam hidup kita.
Persoalannya,
dahulu saya berpikir bahwa setelah saya memilih pintu yang sesak lalu masuk
melaluinya dan mulai berjalan dalam jalan yang sempit dan sukar itu, maka saya
tinggal berjalan melaluinya. Ibarat jalan tol yang hanya tinggal menjalaninya
saja menuju kemuliaan kekal di akhir jalan itu. Akan tetapi, semakin saya
melewati jalan hidup saya, saya merasa jalan ini semakin sempit dan semakin
sukar. Dalam perjalanan hidup saya tersebut, saya melihat bahwa sepanjang jalan
seakan-akan selalu ada pintu yang lebar. Pintu-pintu yang lebar itu sekaan-akan
menggoda saya untuk membukanya karena ada jalan yang lebar di baliknya. Dapat
diilustrasikan bahwa sepanjang jalan yang sempit itu, kita selalu dihadapkan
pada pilihan: pintu yang sesak dan pintu yang lebar. Mana yang kita pilih?
Ketika
kita memilih pintu yang lebar, kita sebenarnya sedang menjauh dari jalan yang
benar. Namun jika Tuhan masih memberi kita kesempatan, maka akan ada lagi
pilihan: pintu yang lebar atau pintu yang sesak. Jika kita memilih pintu yang
sesak, maka kita bisa kembali masuk ke jalan yang benar, yaitu jalan yang sempit.
Dan begitu terus berulang di sepanjang jalan kehidupan: dengan level yang
semakin tinggi, semakin besar juga godaan untuk memilih pintu yang lebar itu
mengingat semakin sempit dan sukar jalan yang harus kita lalui
Dalam
ayat yang hampir mirip, Tuhan Yesus berkata bahwa kita harus berjuang untuk masuk
ke dalam pintu yang sesak itu. Banyak orang akan berusaha tetapi tidak dapat
(Luk 13:24). Mereka yang berusaha saja belum tentu dapat memasuki pintu itu,
apalagi jika pilihan itu ada di sepanjang jalan kehidupan kita. Tentu kita tidak
dapat melangkah tanpa kasih karunia dan anugerah Tuhan. Kita membutuhkan
tuntunan Roh Kudus dalam melalui jalan yang sempit itu. Tetapi ketika kita
dihadapkan pada pilihan, di situ kita harus bertanggung jawab atas pilihan
kita. Jika selama ini kita sudah sering memilih pintu yang lebar, maka
hendaknya kita dengan rendah hati bertobat dan memohon ampun kepada Tuhan, serta
selanjutnya berjuang kembali ke jalan yang benar, dengan memilih pintu yang
sesak dan menjalani jalan yang sempit itu. Jika kita masih mengeraskan hati,
maka kita akan semakin jauh terhilang dari jalan yang benar. Jika tidak sungguh-sungguh
mau bertobat, hampir mustahil kita dapat kembali ke jalan yang benar itu. Mereka
yang sudah terbiasa memilih pintu yang lebar, akan sangat sulit bagi mereka untuk
memilih pintu yang sesak ketika dihadapkan pada pilihan di sepanjang jalan
kehidupan mereka.
Bacaan Alkitab: Matius 7:13-14
7:13
Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan
yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
7:14 karena
sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit
orang yang mendapatinya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.