Sabtu, 21 September 2019

Pornos dan Moichos (37): Bertentangan dengan Ajaran Sehat


Sabtu, 21 September 2019
Bacaan Alkitab: 1 Timotius 1:8-11
Bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat (1 Tim 1:10)


Pornos dan Moichos (37): Bertentangan dengan Ajaran Sehat


Sejak dahulu kala, Allah telah menuntun umat-Nya di Perjanjian Lama (yaitu bangsa Israel) dengan memberikan tuntunan berupa hukum Taurat kepada mereka. Tentu pemberian hukum ini dimaksudkan untuk membentuk karakter bangsa Israel yang terkenal keras kepala dan juga masih bermental budak karena baru saja keluar dari perbudakan selama 430 tahun di tanah Mesir. Oleh karena itu, Allah memberikan hukum yang sangat rinci yang mengatur tidak hanya bagaimana mereka harus hidup dan menjalin relasi dengan Allah, tetapi juga bagaimana mereka hidup bersama-sama dengan masyarakat yang lain.

Dengan hukum Taurat yang diberikan sekitar 3.200 tahun yang lalu (sekitar tahun 1.300 sampai 1.200 SM), maka hukum itu menjadi sumber utama dari hukum-hukum dalam agama samawi lainnya yang muncul setelah agama Yahudi lahir. Tidak heran bahwa ada beberapa kesamaan di antara hukum Taurat dengan hukum di agama lain seperti misalnya: tidak boleh memakan makanan yang haram, tidak boleh melakukan percabulan, dan lain sebagainya.

Ketika Paulus menulis surat pertamanya kepada Timotius, kita harus menyadari bahwa Timotius adalah separuh Yahudi. Ayah Timotius adalah orang Yunani, sementara ibunya adalah orang Yahudi. Oleh karena itu, tentu ia pasti pernah diajar mengenai hukum Taurat oleh ibunya. Ia pasti mengenal 10 hukum (dasa titah) dan juga kitab-kitab Taurat serta kisah mengenai para nabi. Oleh karena itu, Paulus yang mengerti bahwa Timotius memang mengenal hukum Taurat tanpa ragu mengatakan bahwa hukum  Taurat itu baik, jika digunakan dengan tepat (ay. 8).

Kalimat ini jika dibaca sekilas akan menimbulkan keraguan, apakah ada penggunaan hukum Taurat yang tepat dan yang tidak tepat? Jika ditarik ke kehidupan orang Kristen, akan muncul pula keraguan: Jadi apakah jangan-jangan Alkitab dapat digunakan dengan tepat dan tidak tepat pula? Untuk memahami hal ini, mari kita melihat dalam bahasa aslinya, dimana digunakan kata nomimós (νομίμως) yang berarti “rightly, lawfully, conformable to law” (sepatutnya, sah, sesuai hukum). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya hukum Taurat itu cocok bagi orang-orang yang memang menjadi tujuan pemberian hukum Taurat tersebut.

Dalam hal ini, hukum Taurat sebenarnya diberikan kepada bangsa Israel pada waktu mereka keluar dari tanah Mesir, yaitu suatu bangsa yang memiliki mental budak karena sudah 430 tahun diperbudak, dan membutuhkan suatu hukum dan tatatanan yang mengatur bagaimana mereka hidup. Jelas bahwa Paulus menulis kalimat selanjutnya: “yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar” (ay. 9a). Hukum Taurat diberikan kepada orang-orang yang masih belum benar, di antaranya adalah mereka yang masih durhaka, lalim, fasik, berdosa, duniawi, tak beragama, pembunuh, cabul, penculik, pendusta, dan lain sebagainya (ay. 9b-10). Apa maksudnya kalimat tersebut?

Menurut pendapat saya secara pribadi, hal ini memperkuat pendapat bahwa hukum Taurat memang dapat membuat orang jahat menjadi baik. Orang yang dahulu membunuh sekarang dapat menjadi tidak membunuh lagi ketika mengetahui bahwa hukum Taurat berkata “Jangan membunuh”. Orang yang dahulu tidak beragama, maka dapat mengenal Allah dalam hukum Taurat sehingga mereka menjadi beragama dan seharusnya menjadi orang baik karena menaati hukum Taurat.

Dalam ayat 10 juga digunakan istilah orang cabul dan pemburit. Kata “orang cabul” dalam ayat ini adalah pornois (πόρνοις) yang berasal dari akar kata pornos (πόρνος). Kata ini dapat bermakna “a man who prostitutes his body to another's lust for hire, a male prostitute”, yaitu seseorang (umumnya pria) yang melacurkan tubuhnya kepada hawa nafsu orang lain dengan cara disewakan/untuk menerima bayaran, atau seorang pelacur pria. Kata pornos ini juga dapat berarti “a man who indulges in unlawful sexual intercourse, a fornicator, a whoremonger” (seorang pria yang melakukan/terlibat dalam hubungan seksual yang tidak sah/melanggar hukum, seorang pezinah, orang yang banyak berhubungan dengan para pelacur).

Dari penjelasan di atas jelas bahwa seorang pornois/pornos adalah orang-orang yang sudah sangat rusak. Ia tidak melakukan percabulan hanya sesekali saja, tetapi sudah menjadi habit atau kebiasaan yang mengikat. Bahkan sampai taraf tertentu, orang ini dapat menjadi seorang pelacur pria, yang memberikan tubuhnya untuk memuaskan nafsu orang lain. Dalam hal ini, bagaimana menyadarkan orang yang sudah jatuh ke dalam dosa percabulan atau perzinahan tersebut?

Salah satu caranya adalah membuat orang yang berdosa itu sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan. Tentu orang yang sudah jatuh dalam dosa seperti ini, harus ditunjukkan bukti bahwa apa yang dilakukannya itu adalah salah. Itulah gunanya hukum Taurat, dimana hukum Taurat mengatur secara rinci mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Hal yang sama juga diatur tentang pemburit, yaitu tindakan homoseksual (pria dengan pria). Jelas bahwa hukum Taurat melarang tegas tindakan ini. Dan semua tindakan yang dilakukan di ayat 9 dan 10 ini adalah bertentangan dengan ajaran yang sehat.

Ajaran sehat bukan hanya sekedar moral umum yang sering diajarkan di sekolah-sekolah pada umumnya. Di Indonesia, beberapa tindakan di ayat 9 dan 10 tersebut adalah suatu hal yang melanggar norma umum, seperti tindakan cabul, pemburit (homoseksual), dan pembunuh. Namun di beberapa negara lain, tindakan homoseksual misalnya, sudah dipandang sebagai suatu tindakan yang wajar, bahkan mereka memiliki hak yang sama dengan yang lain, termasuk dalam hal melangsungkan pernikahan sesama jenis.

Oleh karena itu ajaran yang sehat harus didefinisikan ulang menurut standar yang benar. Selama ini seringkali pengajaran Kristen tidak jauh berbeda dengan pengajaran moral etika secara umum. Namun seharusnya pengajaran Kristen didasarkan pada pikiran dan perasaan Bapa, yang mengarah kepada kehendak-Nya untuk dilakukan. Oleh karena itu, Paulus dengan tegas mengatakan bahwa hukum Taurat itu sebenarnya sudah tidak lagi relevan bagi orang percaya/orang Kristen, karena orang percaya seharusnya sudah tidak lagi hidup di dalam dosa-dosa seperti yang dijelaskan dalam ayat 9-10, seperti membunuh, berzinah, dan menculik. Orang Kristen seharusnya juga sudah tidak lagi berdusta, tidak fasik, bahkan seharusnya juga sudah tidak lagi duniawi.

Itulah sebabnya orang Kristen seharusnya sudah tidak lagi sibuk memikirkan tentang hukum Taurat (Perjanjian Lama), karena kurikulum orang Kristen seharusnya adalah Injil (Perjanjian Baru). Injil itulah anugerah dari Allah yang memungkinkan orang percaya tidak hanya berkelakuan baik tetapi juga sampai kepada tingkat berkenan kepada Bapa di surga (ay. 11). Injil adalah anugerah yang dipercayakan Allah kepada manusia, dan oleh sebab itu manusia juga harus mempertanggungjawabkan anugerah yang telah diberikan Allah tersebut. Tidak ada anugerah tanpa tanggung jawab. Memang bukan karena perbuatan baik, manusia dapat diselamatkan. Tetapi karena anugerah dari pengorbanan Kristus di kayu salib, maka manusia dapat diselamatkan.

Oleh karena itu, setelah menerima anugerah keselamatan tersebut, manusia seharusnya tidak lagi melakukan tindakan apapun yang mendukakan hati Allah. Manusia harus berjuang mengerti kehendak Bapa dan berjuang pula untuk melakukannya. Seharusnya, orang Kristen yang benar (yang sudah menerima anugerah keselamatan), tidak lagi melakukan dosa. Tidak boleh lagi ada orang Kristen yang masih melakukan dosa-dosa yang mendukakan hati Bapa, apalagi yang tidak sesuai dengan nilai moral umum. Mereka yang masih berdusta, harus berjuang untuk berkata jujur dan benar. Mereka yang masih hidup dalam keduniawian, maka harus berjuang meninggalkan keduniawian dan mengarahkan pandangannya kepada kekekalan. Mereka yang masih melakukan percabulan dan perzinahan, harus meninggalkannya dan hidup dalam kekudusan. Dengan demikian, orang percaya akan memiliki kualitas hidup yang luar biasa, tidak hanya di mata manusia, tetapi juga di mata Allah. Inilah yang dimaksud dengan ajaran yang sehat dalam kekristenan.



Bacaan Alkitab: 1 Timotius 1:8-11
1:8 Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan,
1:9 yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya,
1:10 bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat
1:11 yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.