Kamis, 01 Agustus 2013

Apa Alasanmu Menikah?



Kamis, 1 Agustus 2013
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 7:1-2
Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin.” (1 Kor 7:1)


Apa Alasanmu Menikah?


Saya sendiri memiliki bayangan, andai suatu saat saya menjadi pendeta atau gembala sidang, dan ada jemaat saya yang minta untuk dinikahkan, saya akan menerapkan “syarat berat” sebelum mereka saya nikahkan. Syarat tersebut antara lain mereka harus mengikuti bimbingan pranikah secara rutin minimal 3 bulan sebelumnya, karena saya tidak mau pernikahan yang instan tanpa persiapan. Andaikata ada jemaat saya yang “bermasalah” sekalipun saya tidak akan mau menikahkan mereka. Lebih baik mereka menikah di tempat lain dengan pendeta lain. Saya tidak mau kompromi dengan memberkati pasangan yang sudah “bermasalah” karena itu sama saja tidak menyelesaikan masalah.

Saya sendiri ketika menikah beberapa tahun yang lalu juga mengalami bimbingan pra nikah yang sangat singkat, dan saya merasa bahwa itu tidaklah cukup bagi saya. Oleh karena itu, jika suatu saat saya menjadi seorang pendeta atau gembala sidang (semoga), hal itu yang akan saya perbaiki. Salah satu pertanyaan utama yang akan saya tanyakan kepada pasangan yang mengikuti bimbingan pra nikah itu adalah 1 pertanyaan sederhana: “Apa alasanmu menikah?”. Satu pertanyaan sederhana tetapi cukup sulit untuk dijawab (terutama jika pasangan yang akan menikah tersebut belum “sungguh-sungguh” siap untuk menikah).
Apa alasan kita menikah? Apakah kita menikah hanya karena usia kita sudah menginjak kepala 3? Apakah kita menikah hanya karena kita malu dengan teman-teman kita yang sudah lebih dahulu menikah? Apakah kita menikah hanya karena orang tua kita ingin kita menikah, atau karena orang tua kita sudah sakit-sakitan dan kita ingin menyenangkan hati mereka dengan menikah? Apakah kita menikah hanya karena ingin punya anak? Dan ratusan bahkan ribuan alasan lainnya yang mungkin bisa kita jawab.

Tetapi apa kata Alkitab tentang pernikahan? Apakah baik bagi kita untuk menikah? Justru dalam bacaan Alkitab kita hari ini Paulus mengtatakan justru baik bagi laki-laki jika ia tidak kawin alias tidak menikah (ay. 1). Lho kok? Jadi yang benar yang mana? Tentu saja kita harus mengerti alasan Paulus menulis hal ini. Jika kita menyelidiki Alkitab maka kita akan mengerti bahwa Paulus sendiri juga tidak pernah menikah, sama seperti Yesus tidak pernah menikah. Alasan utama Paulus tidak menikah adalah karena ia ingin melayani Tuhan dengan sepenuh hatinya, ingin benar-benar menyenangkan Tuhan dengan sepenuh hati, karena orang yang sudah menikah biasanya juga ingin menyenangkan isteri atau keluarganya (1 Kor 7:33).

Walaupun demikian, Paulus pun ingat bahaya percabulan, sehingga ia pun menyatakan bahwa alangkah baiknya juga jika laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan perempuan pun mempunyai suaminya sendiri (ay. 2). Jadi apa kesimpulannya? Kedua-duanya (baik menikah maupun tidak menikah) itu sama-sama baik. Bahkan jika kita mau merujuk ke ayat lain, dikatakan bahwa siapa yang mendapatkan isteri, ia mendapatkan sesuatu yang baik, bahkan ia dikenan Tuhan (Ams 18:22). Jika kita mau melihat lebih seksama lagi, ada suatu tingkatan dari yang terendah sampai yang tinggi: Baik, berkenan, dan kemudian sempurna (Rm 12:12).

Jadi, walaupun memang tidak menikah adalah baik, dan menikah pun juga adalah baik, menurut pendapat saya secara pribadi, saya cenderung mengatakan bahwa menikah itu lebih baik, dengan catatan, kita mengerti betul bahwa apa tujuan kita menikah. Jika kita menikah hanya untuk memuaskan hawa nafsu kita, jelas bahwa itu adalah alasan yang salah. Kita harus menikah dengan dasar yang benar, barulah pernikahan kita akan menjadi pernikahan yang indah. Jika kita menikah dengan dasar yang salah (katakanlah karena hamil duluan), maka pernikahan kita juga bisa menjadi pernikahan yang indah,  tetapi diperlukan usaha yang ekstra dari masing-masing pasangan.

Oleh karena itu, jika ada di antara pembaca renungan hari ini yang belum menikah, marilah kita melihat ke dalam hati kita, apa sebenarnya alasan kita menikah. Sudahkah alasan kita adalah alasan yang benar di hadapan Tuhan? Jika belum, saatnya kita mengoreksi alasan kita menikah, sebelum semuanya menjadi terlambat. Bagi kita yang telah menikah, mungkin ini saatnya kita mengingat kembali masa-masa indah dalam pernikahan kita. Walaupun kita mungkin tidak mengawali pernikahan kita dengan indah, selalu ada kesempatan bagi kita untuk menjalani pernikahan kita dengan indah hingga sampai akhir. Ingat, pernikahan kita bukan suatu hal yang kebetulan saja, tetapi Tuhan telah merancangkan sedemikian rupa, sehingga kita boleh menikmati indahnya kehidupan pernikahan.


Bacaan Alkitab: 1 Korintus 7:1-2
7:1 Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin,
7:2 tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.