Senin, 26 Agustus
2013
Bacaan Alkitab: Ibrani
12:1-2
“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan
awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa
yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang
diwajibkan bagi kita.” (Ibr 12:1)
Menanggalkan
Beban Supaya Dapat Maju
Suatu saat,
ketika saya sedang mengendarai sepeda motor saya menuju kantor, karena lalu
lintas yang tidak terlalu padat saat itu, saya mengendarai sepeda motor saya
dengan santai. Mungkin saat itu kecepatan saya sekitar 50 kilometer per jam
saja. Cukup pelan untuk ukuran kota Jakarta. Di suatu jalan, saya yang merasa
berjalan cukup pelan dan santai mengambil jalur sebelah kiri. Akan tetapi di
depan saya, ada sepeda motor matic yang berjalan tidak lebih cepat dari saya, namun
berada di tengah-tengah (di garis putus-putus pemisah jalur cepat dan lambat)
namun dengan lampu rem yang menyala merah. Saya heran melihat sepeda motor ini,
mengapa ia berjalan begitu lambat di tengah, dengan lampu rem yang menyala?
Namun ketika mendahului sepeda motor tersebut,
saya memperhatikan sesuatu yang menarik. Si pengendara motor tersebut memang
menarik throttle gas dengan tangan
kanannya dengan cukup kencang, tetapi ia lupa melepas tuas rem di tangan
kirinya (jika para pembaca pernah memperhatikan sepeda motor matic maka tuas rem depan ada di sebelah
handle sebelah kanan dan tuas rem
belakang ada di handle sebelah kiri).
Jadi bisa dibayangkan bahwa motor itu seperti berjalan dengan beban berat. Di
satu sisi ia “disuruh” melaju dengan cepat, tetapi di sisi lain, ia masih harus
menahan beban rem yang menghambatnya. Saya tidak bisa membayangkan kondisi
sepeda motor tersebut jika si pengguna melakukan hal yang sama setiap kali ia mengendarai
sepeda motor tersebut.
Hal yang sama ternyata tanpa kita sadari juga
sering kita lakukan dalam kehidupan kita. Paulus menggambarkan kehidupan kita
sebagai suatu perlombaan (ay. 1b). Suatu perlombaan akan kita akhiri ketika
kita menuju garis akhir. Oleh karena itu kita harus berusaha sungguh-sungguh
dan memfokuskan segala energi kita agar kita dapat berlari sekencang-kencangnya
menuju garis akhir. Namun, tanpa kita sadari, mungkin saja kita sudah merasa
mengerahkan seluruh energi kita untuk “berlari” tetapi pada kenyataannya kita
masih “berjalan di tempat” atau hanya “maju” sedikit saja. Apa yang salah
dengan hal ini?
Salah satu faktor yang mungkin kita lupakan adalah
faktor beban yang merintangi kita untuk dapat berlari lebih jauh. Paulus
menulis bahwa beban tersebut salah satunya adalah dosa-dosa kita (ay. 1a).
Dosa-dosa kita tanpa kita sadari membuat kita tidak dapat maju karena dosa itu
begitu berat membebani kita. Ketika kita mencoba untuk bangkit kembali,
dosa-dosa yang kita lakukan itu seakan-akan “menyeret” kita untuk kembali
melakukan dosa lagi, dan jatuh di dalam dosa. Lalu apa yang harus kita lakukan
dalam kondisi seperti ini?
Saya yakin setiap orang pasti pernah berbuat dosa.
Namun ada 2 kemungkinan setelahnya, apakah kita mau belajar dari dosa kita dan
bertobat serta tidak mengulangi dosa yang sama? Atau kita justru menikmati dosa
kita tersebut dan malas keluar dari dosa dan tetap “berkubang” di dalam dosa
itu? Pilihan ada pada kita. Tetapi hari ini saya mau sampaikan, bahwa kita
sebagai manusia memiliki potensi untuk dapat lepas dari ikatan dosa. Satu-satunya
jalan bagi kita untuk dapat lepas dari dosa adalah dengan memandang Yesus
senantiasa (ay. 2). Karena upah dosa adalah maut (Rm 6:23) dan Yesus telah
menang atas maut (1 Kor 15:26), maka satu-satunya jalan kita bisa lepas dari
dosa adalah dengan iman di dalam Yesus Kristus.
Ketika kita menyatakan diri kita beriman kepada
Yesus Kristus, maka kita pun adalah Kristus, dan kita pun harus hidup seperti
Kristus hidup (1 Yoh 2:6). Yesus Kristus tidak pernah sekalipun berbuat dosa
dalam hidupnya, dan inilah yang harus kita teladani. Mungkin kita masih belum
dapat 100% hidup seperti Kristus, tetapi minimal ketika kita dihadapkan pada
pilihan: mau memilih untuk berbuat dosa atau memilih untuk tidak berbuat dosa,
kita harus lebih sering memilih untuk tidak berbuat dosa alias menang terhadap
dosa. Ketika dalam pilihan itu kita masih lebih sering memilih untuk tetap
berbuat dosa, saya berani katakan hari ini bahwa mungkin saja kita masih belum
sungguh-sungguh mengikut Yesus Kristus, atau mungkin saja kita memang belum
mengikut Yesus Kristus.
Apa yang menjadi beban kita saat ini yang masih
membebani kita? Saya tidak tahu. Yang tahu adalah diri kita sendiri. Namun saya
berharap ketika kita membaca renungan hari ini, kita diingatkan kembali, bahwa hampir
mustahil untuk maju dan memenangkan “perlombaan” dalam hidup kita ketika kita
masih menarik “tuas rem” kita. Apapun dosa kita itu, tanggalkanlah dan
buanglah, sehingga tidak menjadi beban bagi kita, dan kita dapat lebih mudah
lagi untuk berlomba dalam perlombaan yang memang diwajibkan bagi kita.
Bacaan Alkitab:
Ibrani 12:1-2
12:1 Karena kita
mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita
menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba
dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
12:2 Marilah kita
melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam
iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan
mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi
Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.