Selasa, 20 Agustus 2013

Nasehat bagi Orang yang Lebih Tua


Kamis, 22 Agustus 2013
Bacaan Alkitab: Titus 2:1-5
Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.” (Tit 2:2)


Nasehat bagi Orang yang Lebih Tua


Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, ditulis dalam konteks budaya orang Israel atau orang Yahudi. Dalam hal ini, orang Yahudi hampir mirip dengan orang Indonesia atau orang Asia, yaitu menghargai senioritas. Inti dari budaya tersebut sebenarnya sangat sederhana: orang yang muda harus tunduk kepada orang yang lebih tua dan menghargai serta menghormati mereka. Budaya ini memang adalah budaya yang sangat baik jika dibandingkan dengan budaya bebas atau budaya liberal yang ada di negara-negara barat. Namun sayangnya, budaya ini juga mengandung beberapa kelemahan, yaitu orang yang lebih tua umumnya enggan untuk dinasehati oleh orang yang lebih muda. Orang yang lebih tua merasa bahwa mereka lebih banyak tahu dibandingkan orang yang lebih muda sehingga jika generasi tua ini melakukan hal yang salah, dampaknya akan dengan mudah menurun kepada generasi muda.

Hal yang sama terjadi kepada bangsa Israel atau bangsa Yahudi. Ketika satu generasi tidak taat kepada Tuhan, biasanya generasi di bawahnya juga akan tidak taat kepada Tuhan. Oleh karena itu dalam suratnya kepada Titus, Paulus memberi suatu nasehat kepada Titus, yaitu suatu ajaran yang sehat yang harus disampaikan Titus kepada jemaat yang dipimpinnya (ay. 1). Isi dari nasehat Paulus itu sebenarnya adalah hal yang biasa saja, yaitu:

Pertama, orang (laki-laki) yang lebih tua harus hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih, dan dalam ketekunan (ay. 2). Ayat 2 ini sebenarnya jika mau dibahas satu persatu dan mendalam akan sangat luar biasa. Tetapi karena di renungan ini saya tidak memiliki banyak tempat untuk menjelaskan semuanya, saya menyimpulkan ayat 2 ini dengan satu kalimat sederhana: orang (laki-laki) yang lebih tua harus mampu hidup dengan memberi teladan yang benar, yaitu teladan Kristus. Mengapa Paulus menulis ayat 2 ini untuk terutama untuk laki-laki? Karena laki-laki yang tua pada umumnya adalah para ayah. Mereka menjadi pemimpin bagi keluarganya. Salah satu tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin adalah memimpin para anggotanya ke arah yang benar. Sama seperti Kristus telah memimpin jemaat dan memberikan teladan yang benar, maka laki-laki tua juga harus bertindak yang demikian. Cara hidup mereka harus mencerminkan cara hidup yang benar, jika memungkinkan tanpa cela sedikitpun, sehingga generasi di bawahnya dapat mencontoh kehidupan mereka.

Kedua, orang (perempuan) yang lebih tua, selain harus hidup sebagai orang yang beribadah, tidak memfitnah, hidup bijaksana dan suci, rajin, baik hati, dan lain sebagainya, tetapi juga harus cakap mengajar hal-hal yang baik kepada generasi muda (ay. 3 & 5). Mengapa Paulus menulis ayat 3 ini terutama untuk para perempuan? Karena dalam kebudayaan Israel atau Yahudi, perempuan umumnya tinggal di rumah dan mendidik anak-anak mereka. Pendidikan iman Kristiani yang paling penting bukanlah pendidikan agama Kristen di sekolah, bukanlah ibadah sekolah minggu di gereja-gereja, tetapi adalah pendidikan secara informal oleh orang tua (baca: ibu) kepada anak-anaknya, bahkan si anak masih berusia dini sekalipun. Oleh karena itu, seorang perempuan yang lebih tua tidak hanya dituntut untuk hidup benar, tetapi juga untuk cakap mengajarkan kebenaran tersebut. Hal ini diperkuat juga bahwa tugas perempuan yang lebih tua adalah untuk mendidik perempuan-perempuan muda agar hidup dalam kasih (ay. 4).

Ini adalah suatu nasehat dari Paulus yang luar biasa, mengingat Paulus sendiri tidak pernah menikah. Walaupun demikian, Paulus mampu memberikan nasehat yang sangat bijaksana, dan pertama-tama ditujukan kepada orang-orang yang lebih tua. Orang yang lebih tua harus dapat memberi teladan dan juga mendidik orang yang lebih muda agar hidup dalam jalan kebenaran Firman Tuhan. Tentunya semua itu harus dilakukan dengan motivasi yang benar, yaitu agar nama Tuhan tidak dihujat orang (karena hidup kita tidak sesuai dengan Firman Tuhan dan kita justru menjadi batu sandungan bagi orang lain), tetapi justru agar nama Tuhan dimuliakan lewat hidup kita.

Bagaimana dengan kita? Seberapapun mudanya usia kita, pasti ada generasi di bawah kita yang harus kita didik bukan? Walaupun kita belum memiliki anak sekalipun, ada adik-adik kita, atau orang-orang yang lebih muda dari kita. Merekalah tanggung jawab kita. Kita harus hidup  benar sehingga mereka juga dapat mencontoh kehidupan kita. Terlebih kita yang diberi tanggung jawab berupa anak dari Tuhan. Kita pun perlu mendidik anak kita dalam kebenaran Firman Tuhan sedari kecil. Sudahkah kita melakukannya?


Bacaan Alkitab: Titus 2:1-5
2:1 Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat:
2:2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.
2:3 Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik
2:4 dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya,
2:5 hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.