Rabu,
26 Februari 2020
Bacaan Alkitab: Yohanes 6:60-66
“Tetapi di
antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang
tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. (Yoh 6:64)
Apakah Tuhan Yesus Tahu dari Awal bahwa Yudas
Pasti akan Berkhianat? (1)
Judul
renungan hari ini terdengar agak kontroversial. Namun tentu saya perlu membahas
hal ini terkait renungan hari sebelumnya mengenai motif Yudas menjual Yesus. Hal
ini tentu adalah topik yang cukup sensitif bagi beberapa orang maupun kalangan.
Mereka yang selama ini berpendapat bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan, pasti
beralasan bahwa karena Ia Tuhan, pasti Ia Maha Tahu. Dalam hal ini pastilah
Tuhan tahu bahwa Yudas pasti berkhianat, oleh karena itu kemudian Ia tetap memilih
Yudas sebagai salah satu dari 12 orang murid-Nya.
Namun hari
ini saya akan mencoba untuk membahas hal ini dari sudut pandang yang mungkin
agak berbeda dari kebanyakan orang. Dalam hal ini saya bukan tidak menghormati
Yesus sebagai Tuhan. Saya justru sangat menghormati Yesus sebagai Tuhan saya,
Juruselamat dan Penebus umat manusia. Namun perlu saya saya sampaikan juga bahwa
ketika berinkarnasi menjadi manusia, Yesus juga adalah manusia seutuhnya. Ia dapat
merasakan emosi, lapar, dahaga, dan dalam segala hal dipersamakan dengan kita
(manusia), supaya Ia pun dapat merasakan pencobaan-pencobaan yang dialami
manusia (Ibr 2:17-18).
Dalam hal
ini, saya bukan meragukan bahwa Tuhan Yesus kemudian bukan Tuhan. Tentu harus
dibedah dahulu apa yang dimaksud dengan Tuhan, apa definisi Tuhan dalam hal
ini. Tuhan Yesus tentu juga dapat mengetahui banyak hal yang tidak diketahui
oleh orang lain. Contohnya, Ia tahu bahwa perempuan Samaria tersebut sudah
memiliki lima suami (Yoh 4:17-18). Namun dalam hal pemilihan kedua belas murid-Nya,
apakah Tuhan Yesus sudah tahu bahwa Yudas nanti akan berkhianat? Sebenarnya hal
ini sama sekali tidak bermaksud untuk merendahkan Tuhan Yesus atau membuat Ia seakan-akan
“tidak Maha Tahu”. Namun pertanyaan ini harus dipersoalkan untuk menjawab
hipotesis yang saya ajukan sebelumnya. Oleh karena itu, mari kita sepakat
mengenai konteks dari pertanyaan ini, yang hanya spesifik dalam kaitan
pengkhianatan Yudas kepada Tuhan Yesus.
Sebagian
besar orang Kristen tentu berpendapat: “Ya pastilah Tuhan tahu kalau Yudas
berkhianat. Itulah sebabnya Ia memilih Yudas”. Dahulu saya pun juga berpikir
seperti ini. Tetapi kemudian saya berpikir keras, apakah Tuhan sejahat itu
karena Tuhan sekaan-akan “menjebak” Yudas untuk “diarahkan” agar ia berkhianat
kepada-Nya. Tentu hal ini terkait dengan pemahaman mengenai takdir. Jika memang
Tuhan tahu bahwa Yudas pasti berkhianat, maka seakan-akan Yudas sudah “ditakdirkan”
untuk berbuat jahat, berkhianat, mati, lalu masuk neraka. Sementara orang-orang
lain seperti Petrus, Yohanes, Tomas, dan lain sebagainya, sudah ditakdirkan
untuk selamat.
Ayat yang
digunakan oleh kelompok ini antara lain adalah ayat nats renungan kita hari
ini: “Sebab Yesus tahu dari semula,
siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia” (ay. 64). Mereka juga
menggunakan ayat-ayat nubuatan di Perjanjian Lama yang digenapi dalam peristiwa
kematian Yesus. Misalnya saja mengenai 30 uang perak (Mat 27:9), orang yang
makan roti bersama kemudian mengangkat tumit melawan Yesus (Yoh 13:18), atau orang
yang berkhianat adalah bagian dari pelayanan kedua belas murid Yesus (Kis 1:16-17).
Memang dari ayat-ayat tersebut jelas bahwa salah satu dari murid yang dipilih
Tuhan Yesus, yang bahkan pernah makan roti bersama-sama akan berkhianat kepada-Nya,
dan menjualnya dengan nilai 30 uang perak. Namun menjadi pertanyaan, apakah memang
hal itu sejak awal sudah merujuk pada Yudas atau sebenarnya secara umum berlaku
kepada murid-murid yang lain dan seiring berjalannya waktu, ternyata memang Yudas
yang akhirnya berkhianat? Jika mau jujur, ketiga ayat perjanjian Lama di atas juga
tidak secara langsung merujuk kepada Yudas, tapi lebih berbicara secara umum.
Namun bagaimana dengan pernyataan Yesus dalam ayat 64 tersebut?
Untuk membahas
hal ini tentu kita harus melihat konteks dari ayat tersebut. Perikop dimana
ayat ini berada berbicara mengenai apa yang terjadi setelah Tuhan Yesus
menyampaikan salah satu khotbah-Nya yang paling keras, yaitu tentang memakan
daging Anak Manusia dan meminum darah-Nya (Yoh 6:60-59). Setelah peristiwa
tersebut dikatakan bahwa banyak dari murid-murid Yesus yang bersungut-sungut
dan mengundurkan diri karena perkataan Yesus yang dipandang terlalu keras bagi
mereka saat itu (ay. 60). Kita harus memahami bahwa yang dimaksud dengan murid-murid
Yesus di sini adalah selain kedua belas murid utama, mengingat mereka tidak ikut mengundurkan diri (Yoh 6:67-71).
Yesus tahu bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut karena khotbah yang
disampaikan-Nya. Ia kemudian menantang mereka. Jika hanya mendengar khotbah tersebut
iman mereka sudah goncang, bagaimana jika mereka melihat Anak Manusia naik ke
tempat di mana Ia sebelumnya berada? (ay. 61-62). Jelas bahwa Tuhan Yesus ingin
menegaskan bahwa apa yang mereka dengar ini mungkin masih belum ada apa-apanya
ketimbang melihat rentetan karya keselamatan Kristus, yang dimulai sejak
penangkapan-Nya, penyiksaan-Nya, penyaliban-Nya, kematian-Nya, hingga kebangkitan-Nya
dan kenaikan-Nya ke surga. Nyatanya, murid-murid utama Yesus saja tercerai
berai ketika Tuhan Yesus ditangkap. Tuhan Yesus pun melanjutkan bahwa karena
manusia hidup karena roh yang memberi hidup (bukan daging/tubuh jasmani), maka
mereka harus mulai berpikir dengan sudut pandang rohani (ay. 63). Mereka harus
mulai memberi makan manusia rohani mereka ketimbang manusia jasmani mereka. Dalam
konteks khotbah sebelumnya, Tuhan Yesus sebenarnya tidak sedang berbicara
mengenai daging dan darah secara jasmani, tetapi itu hanyalah kiasan/lambang/simbol
yang memiliki makna rohani (dalam hal ini merujuk kepada perjamuan kudus yang
melambangkan keikutsertaan kita dalam penderitaan Tuhan Yesus).
Setelah ayat-ayat tersebut, barulah Tuhan Yesus berkata bahwa “Tetapi di
antaramu ada yang tidak percaya” (ay. 64a). Kepada siapakah kalimat ini
ditujukan? Kepada murid-murid yang mundur atau kepada kedua belas murid Yesus (dimana
ada Yudas di dalamnya)? Jika kita mau jujur, kita dapat melihat bahwa pertanyaan
ini ditujukan kepada murid-murid yang mengundurkan diri (di luar kedua belas
murid utama). Oleh karena itu, kalimat selanjutnya juga seharusnya tidak
terkait dengan 12 murid Yesus, melainkan masih terkait dengan murid-murid yang
lain (yang mengundurkan diri).
Lalu bagaimana dengan kalimat selanjutnya yang tertulis “Sebab Yesus
tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia”
(ay. 64b)? Bukankah ada kata-kata “menyerahkan” di situ? Memang benar bahwa ada
kata-kata “menyerahkan” di ayat itu, dan kata yang digunakan pun sama persis
dengan kata “mengkhianati” yaitu menggunakan kata paradidómi (παραδίδωμι)
yang kita telah bahas di renungan hari sebelumnya. Memang kata itu pun dapat
berarti mengkhianati atau menyerahkan (seperti Yudas yang menyerahkan Yesus).
Namun mengkhianati atau menyerahkan juga dapat bermakna luas. Ketika seorang murid
sudah meninggalkan gurunya, bukankah itu sama artinya dengan mengkhianati? Dalam
sebagian besar Alkitab Bahasa Inggris, digunakan kata “betray Him” pada
ayat ini. Sementara pada ayat lainnya, misalnya Mrk 14:10 yang telah kita bahas
pada renungan hari sebelumnya, rata-rata menggunakan kata “betray Him to
them” atau “betray Jesus into their hands”. Ini berarti ada
pengkhianatan dengan menyerahkan seseorang kepada pihak lain (melibatkan pihak
lain), dan ada pula pengkhianatan yang tidak melibatkan pihak lain.
Jadi jelas bahwa ayat 64 ini tidaklah ditujukan kepada Yudas, melainkan
kepada murid-murid-Nya secara umum. Tuhan Yesus juga tidak menyebut dengan
spesifik siapa-siapa saja yang tidak percaya dan yang akan mengkhianati
diri-Nya. Itulah sebabnya Tuhan kemudian berkata: “Tidak ada seorang pun dapat
datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya” (ay. 65). Jika
hari ini kita dapat percaya kepada Yesus, itu adalah karena Bapa telah memberikan
anugerah supaya kita beroleh kesempatan mendengar Injil. Bayangkan jika kita
lahir di pedalaman hutan yang belum terjangkau, mungkin kita akan menganut
agama adat dan tidak akan pernah menjadi Kristen. Bayangkan jika kita lahir
sekitar 3.000 tahun yang lalu, mungkin kita akan menganut agama kuno lain dan
tidak mengenal karya keselamatan.
Murid-murid Yesus adalah mereka yang mendapatkan kesempatan dan anugerah
yang luar biasa untuk dapat melihat, mendengar, bahkan mengikut Yesus secara
langsung. Ini adalah kesempatan yang luar biasa yang bahkan kita tidak dapatkan.
Namun kesempatan dan anugerah itu mereka buang dengan percuma ketika mereka
tidak sanggup mendengar khotbah Yesus yang keras. Pada akhirnya mereka pun
mundur dan tidak lagi mengikut Yesus (ay. 66). Ini menunjukkan bahwa ayat 64 telah
“gugur” jika dijadikan alasan bahwa Yesus tahu bahwa Yudas yang akan berkhianat
kepada-Nya.
Jika demikian, apakah Tuhan Yesus tidak Maha Tahu? Tentu Tuhan Yesus
adalah Tuhan yang Maha Tahu. Namun Kemahatahuan yang dimiliki Tuhan Yesus pun
berbeda dengan Kemahatahuan yang dimiliki Allah Bapa. Misalnya, Tuhan Yesus
tidak tahu kapan waktu kedatangan-Nya untuk kedua kalinya, hanya Bapa yang tahu
(Mat 24:36). Jelas bahwa hal ini menunjukkan adanya semacam “hirarki” dalam
pribadi-pribadi pada Allah Tritunggal. Secara kesatuan, tentu Allah adalah Allah
yang Maha Tahu. Namun kemahatahuan antara Tuhan Yesus dan Allah Bapa bisa jadi
berbeda. Sangat mungkin bahwa hal ini juga terkait dengan peristiwa
pengkhianatan Yudas.
Bacaan Alkitab: Yohanes 6:60-66
6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang
berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?"
6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya
bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan
itu menggoncangkan imanmu?
6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di
mana Ia sebelumnya berada?
6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.
Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari
semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.
6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada
seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya
kepadanya."
6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan
tidak lagi mengikut Dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.