Kamis, 20 Februari 2020

Pornos dan Moichos (55): Pengadilan yang Maha Adil

Kamis, 20 Februari 2020
Bacaan Alkitab: Wahyu 19:1-9
Sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu. (Why 19:2)


Pornos dan Moichos (55): Pengadilan yang Maha Adil


Kita sudah cukup banyak membahas tentang wanita pelacur besar dalam renungan kita di hari-hari sebelumnya. Kita juga sudah dapat melihat bagaimana akhir dari wanita pelacur besar tersebut. Dalam hal ini kita harus memahami bahwa hukuman atas wanita pelacur besar itu memang sudah sepantasnya. Dikatakan bahwa setelah semua penglihatan ini ditunjukkan kepada Rasul Yohanes, terdengar suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di surga yang memuji Allah (ay. 1). Dalam pujian dan pengagungan mereka, disebutkan bahwa penghakiman-Nya adalah benar dan adil (ay. 2a). Itulah sebabnya pelacur besar yang telah merusakkan bumi dengan percabulannya telah dihukum dengan adil (ay. 2b). Bahkan hukuman itu sebagai salah satu bentuk “balasan” atas darah hamba-hamba Allah yang telah tertumpah (ay. 2c).

Kita telah membahas mengenai wanita pelacur besar (porné/πόρνη yang berarti pelacur wanita) yang telah merusakkan bumi dengan percabulannya (porneia/πορνεία). Perhatikan bahwa di kitab Wahyu ini lebih banyak menggunakan kata porneia/pornos dibandingkan kata moicheuo/moichos, khususnya sejak pasal 14 yang merujuk kepada wanita pelacur besar ini. Wanita pelacur besar ini yang menggambarkan spirit kuasa kegelapan telah membuat bumi menjadi rusak (dalam bahasa aslinya menggunakan kata phtheiró/ φθείρω yang berarti to destroy, corrupt, spoil, ruin atau menghancurkan, merusak, membuat busuk, menjadikan reruntuhan). Jelas bahwa percabulan yang dibawa oleh spirit ini adalah tindakan yang merusak, apalagi jika skalanya sudah sangat masif yaitu hampir seluruh penduduk bumi. Akibatnya bumi menjadi tempat yang sudah tidak nyaman lagi dihuni (khususnya bagi orang percaya yang berjuang untuk hidup kudus). Itulah sebabnya nanti (mulai pasal 20 dan seterusnya) dituliskan bahwa bumi ini akan dihancurkan menjadi lautan api, namun Allah telah menyiapkan suatu langit yang baru dan bumi yang baru, yang akan menjadi “surga” bagi orang-orang benar.

Disebutkan juga bahwa ada darah dari hamba-hamba Allah yang tertumpah karena wanita pelacur itu. Tidak terlalu jelas apakah spirit yang dibawa tersebut membuat terjadinya penganiayaan dan pembunuhan atas orang-orang percaya. Akan tetapi, selain dapat bermakna secara harafiah (yaitu terkait penganiayaan dan pembunuhan orang benar), hal ini juga dapat bermakna kiasan. Darah yang tertumpah juga dapat merujuk kepada beban dan penderitaan yang dialami orang-orang benar. Tidak perlu penganiayaan seperti pada zaman gereja mula-mula. Dengan segala kenyamanan dan kelimpahan hidup di masa modern ini, banyak orang percaya yang benar yang merasakan kesulitan untuk hidup benar di hadapan Tuhan, misalnya: memilih untuk meninggalkan percintaan dunia dan mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati. Segala kesulitan itu pun dapat dikategorikan sebagai suatu “darah” yang tertumpah yang melambangkan beratnya perjuangan anak-anak Allah yang benar untuk mencapai standar hidup yang berkenan di hadapan Bapa.

Dalam ayat selanjutnya, kita melihat bagaimana himpunan besar orang banyak di surga melanjutkan pujian dan penyembahan mereka, termasuk 24 tua-tua dan keempat makhluk surgawi (ay. 3-6). Inti dari perkataan pujian dan penyembahan mereka adalah kenyataan bahwa waktu bagi kerajaan Allah untuk nyata telah datang. Hari itu dilambangkan dengan hari perkawinan, yaitu perkawinan antara Anak Domba dengan pengantin-Nya (yaitu jemaat-Nya) (ay. 7).

Sebenarnya di sini persoalannya bukanlah pada “Kapan hari itu akan terjadi?” atau “Apa saja peristiwa yang akan terjadi pada hari itu?”. Hal yang lebih penting lagi yang kita perkarakan adalah apakah kita sudah siap untuk menghadap Allah pada hari itu? Pengadilan Allah adalah pengadilan yang maha benar dan maha adil. Kita akan menghadap tahta pengadilan Allah dengan membawa seluruh hidup kita, apa yang kita lakukan, apa yang kita katakan, bahkan apa yang kita pikirkan. Untuk menjadi jemaat yang siap menjadi mempelai Kristus (yang merupakan gambaran dari hari perkawinan Anak Domba), maka kita harus mempersiapkan diri dengan benar. Bagaimana caranya?

Ayat selanjutnya berkata bahwa ada gambaran kain lenan halus yang berwarna putih bersih dan berkilau-kilauan (ay. 8a). Lenan ini merupakan gambaran dari perbuatan yang benar dari orang-orang kudus (ay. 8b). Persoalannya, siapa yang harus mengenakan kain lenan ini? Ada yang berpendapat bahwa karena lenan ini menggambarkan perbuatan benar orang-orang kudus, maka lenan ini menggambarkan perbuatan baik yang dilakukan orang-orang kudus yang mati sebelum zaman anugerah, dimana mereka dihakimi menurut perbuatan mereka. Dalam bahasa aslinya pun tidak digunakan kata yang bersifat maskulin atau feminim sebagai petunjuk lebih lanjut. Namun saya sendiri lebih cenderung berpendapat bahwa lenan itu adalah suatu pakaian yang harus dikenakan oleh jemaat yang mau menjadi mempelai Kristus. Hal ini diperkuat dengan terjemahan Bahasa Inggris seperti KJV, NIV, dan lain-lain yang hampir semuanya menggunakan kata “she” atau “her” untuk merujuk kepada mempelai wanita (yaitu jemaat Tuhan).

Oleh karena itu jelas bahwa undangan untuk menjadi mempelai Kristus terbuka kepada seluruh orang percaya.  Namun demikian, yang menjadi persoalan apakah kita sudah memantaskan diri untuk layak menjadi mempelai-Nya? Dalam salah satu khotbahnya, Tuhan Yesus pernah menyampaikan perumpamaan tentang perjamuan kawin, dimana tamu-tamu yang awalnya diundang tetapi tidak ada yang mau datang dengan berbagai alasan. Akhirnya, tuan rumah memutuskan untuk mengundang orang-orang yang ada di jalan untuk datang ke pesta perkawinan tersebut. Datanglah orang banyak berbondong-bondong masuk ke dalam ruangan pesta. Namun demikian, ada seorang tamu yang tidak memakai pakaian pesta. Ketika ditanya, orang itu pun diam saja. Akhirnya orang ini pun diusir dan dihukum oleh tuan rumah (Mat 22:1-14). Ini menggambarkan keadaan dimana keselamatan melalui pengorbanan Tuhan Yesus ditawarkan kepada semua orang yang mau percaya. Namun demikian, standar “pakaian pesta” tetap ada. Orang yang mengaku percaya tidak cukup hanya sekedar meyakini di dalam pikiran atau perkataan saja (pada saat dibaptis atau sidi), tetapi harus nampak dalam keseluruhan hidup orang percaya tersebut, dalam perkataan dan perbuatan kita sehari-hari. Kita harus menyiapkan “kain lenan” kita untuk dapat menjadi mempelai Kristus. Jika selama hidup kita selalu memperkarakan apakah hidup kita sudah berkenan di hadapan-Nya, maka pada saat kita menutup mata saat kita mati, maka kita akan mendapati adanya suara yang lembut menyambut kita: “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba” (ay. 9). Tidak ada hal yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan kenyataan bahwa kita diperkenan untuk menjadi mempelai Kristus, karena selama hidup kita sudah berjuang untuk menjadi pribadi yang berkenan kepada Bapa, melakukan kehendak Bapa, dan meneladani jalan hidup Tuhan Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang berkenan kepada-Nya hingga akhir.



Bacaan Alkitab: Wahyu 19:1-9
19:1 Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita,
19:2 sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu."
19:3 Dan untuk kedua kalinya mereka berkata: "Haleluya! Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya."
19:4 Dan kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu tersungkur dan menyembah Allah yang duduk di atas takhta itu, dan mereka berkata: "Amin, Haleluya."
19:5 Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: "Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!"
19:6 Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
19:7 Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
19:8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
19:9 Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.