Jumat, 28 Februari 2020

Zakheus, Pemungut Cukai yang Benar


Jumat, 28 Februari 2020
Bacaan Alkitab: Lukas 19:1-10
Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Luk 19:8)


Zakheus, Pemungut Cukai yang Benar


Ketika mendengar kata Zakheus, apakah yang terlintas dalam pikiran kita? Mungkin ada di antara kita yang langsung terpikir mengenai fisiknya yang pendek, sehingga harus memanjat pohon ara untuk dapat melihat Yesus. Mungkin ada yang terpikir mengenai pekerjaannya sebagai pemungut cukai. Ada juga yang terpikir mengenai pertobatannya yang dipuji oleh Tuhan Yesus. Ya, peristiwa ini walaupun hanya dicatat dalam Injil Lukas, dapat dibahas dari banyak sudut pandang dengan tingkat kedalaman yang berbeda pula. Namun hari ini kita akan mencoba melihat apakah Zakheus adalah orang jahat yang bertobat? Mengapa orang banyak pada waktu itu bersungut-sungut? Dosa apakah yang dilakukan Zakheus sehingga ia harus bertobat?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat siapakah Zakheus seperti yang dijelaskan dalam Injil Lukas ini. Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai, dan seseorang yang kaya (ay. 2). Karena konteks perikop ini adalah ketika Tuhan Yesus masuk ke dalam kota Yerikho (ay. 1), maka besar kemungkinan ia tinggal dan bekerja di kota itu. Karena ia adalah kepala pemungut cukai, tentu ia dikenal oleh banyak orang di kota Yerikho, termasuk oleh orang-orang Yahudi maupun non-Yahudi. Jika kita membaca kamus Alkitab di bagian belakang Alkitab Bahasa Indonesia terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), kita akan menemukan keterangan bahwa pemungut cukai bertugas untuk memungut bea dan cukai (atau secara sederhananya adalah pajak) dari para penduduk untuk diserahkan kepada pemerintah Romawi yang saat itu menguasai tanah Palestina. Sebenarnya pemungut cukai tidak hanya ada di daerah Palestina (Yerusalem dan sekitarnya, dimana orang Yahudi tinggal), tetapi tentu ada di seluruh wilayah kekaisaran Romawi.

Dalam kamus Alkitab LAI ini juga ditambahkan keterangan bahwa seringkali para pemungut cukai ini memeras rakyat untuk menguntungkan diri mereka sendiri, sehingga mereka sering disamakan dengan kelompok orang berdosa. Akan tetapi kita melihat bahwa pada dasarnya, pekerjaan sebagai pemungut cukai ini sama halnya dengan petugas pajak atau petugas bea cukai pada masa modern ini. Mereka memang bertugas mengumpulkan pajak, bea, cukai, dan hal sejenisnya sebagai salah satu bentuk kewajiban dari warga negara yang taat pajak. Oleh karena itu, mungkin saja mereka dibenci karena: 1) Pada umumnya, orang tidak suka harus membayar pajak, meskipun ironisnya mereka justru sering menuntut pemerintah untuk memenuhi kebutuhannya; dan 2) Jika pemungut cukai adalah orang yang kaya, maka anggapan orang pada umumnya adalah bahwa mereka telah melakukan kecurangan yang memperkaya diri mereka sendiri. Memang benar bahwa ada oknum-oknum pemungut cukai yang tidak bertanggung jawab. Mungkin karena segelintir oknum itulah maka profesi sebagai pemungut cukai dipandang hina oleh banyak orang.

Selain alasan umum sebagaimana dibahas di atas, bangsa Yahudi sangat membenci pemungut cukai setidaknya karena: 1) Bangsa Yahudi merasa sedang dijajah oleh bangsa Romawi, sehingga mereka sangat membenci siapapun yang ada di pihak penjajah Romawi (meskipun sebenarnya bangsa Yahudi juga memperoleh fasilitas yang baik seperti jalan raya dan sistem pengairan yang baik di zaman Romawi. Bahkan Bait Allah di Yerusalem dipugar dan diperindah secara luar biasa oleh Raja Herodes sebagai perpanjangan tangan kekaisaran Romawi); 2) Bangsa Yahudi merasa bahwa seharusnya mereka hanya membayar pajak kepada raja dan imam karena mereka menganut sistem theokrasi. Namun, karena mereka dijajah, mau tidak mau mereka harus membayar pajak kepada penjajah Romawi; 3) Bangsa Yahudi merasa bahwa bangsa Romawi adalah bangsa yang kafir, karena mereka menyembah banyak dewa, serta makan makanan yang dipandang haram oleh bangsa Yahudi. Oleh karena itu mereka sangat tidak ikhlas membayar pajak yang nantinya akan digunakan oleh bangsa Romawi untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum Taurat; dan 4) Sebagian pemungut cukai adalah bangsa Yahudi, dan para pemungut cukai ini dianggap sebagai pengkhianat bangsa/agama karena bekerja bagi penjajah kafir. Dalam hal ini Zakheus hampir pasti adalah seorang Yahudi, karena pada waktu itu sangat besar larangan bagi orang Yahudi untuk masuk ke dalam rumah orang yang bukan Yahudi. Nanti kita akan membahas bukti lainnya yang menunjukkan dengan kuat bahwa Zakheus adalah orang Yahudi.

Kembali kepada perikop mengenai Zakheus tadi, kita melihat bagaimana Zakheus sangat ingin untuk melihat seperti apakah Yesus itu (ay. 3a). Ia tentu telah mendengar berita mengenai Yesus dari Nazaret yang membawa pengajaran yang berbeda dari kebanyakan ahli Taurat. Ia tentu juga telah mendengar bagaimana Yesus membuat banyak mujizat dalam pelayanan-Nya. Mungkin juga ia pernah mendengar bagaimana Yesus dekat dengan orang-orang berdosa. Sebagai orang yang “terasingkan” dalam masyarakat, tentu dalam hatinya ia sangat berharap dapat menjadi salah satu dari orang-orang yang beruntung untuk dapat bertemu bahkan berbicara dengan Yesus. Namun, karena badannya pendek, ia tidak berhasil melihat karena kerumunan orang banyak di depannya (ay. 3b).

Namun Zakheus tidak hilang akal. Ia berusaha mendahului orang banyak (dengan memperhitungkan kira-kira ke arah mana nanti Tuhan Yesus berjalan) dan kemudian memanjat pohon ara untuk dapat melihat Yesus (ay. 4). Menariknya ketika Tuhan Yesus berjalan dan melihat tempat dimana Zakheus memanjat pohon, Ia pun melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu" (ay. 5). Perhatikan bahwa Tuhan Yesus menggunakan kata “harus” bukan hanya sekedar “akan”. Dalam Alkitab Terjemahan Lama, digunakan kata “tak dapat tiada” yang kira-kira “tidak bisa tidak”. Ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus memang harus makan dan menumpang di rumah Zakheus.

Bayangkan perasaan Zakheus pada saat itu. Ia mungkin awalnya hanya berharap dapat melihat wajah Yesus, atau mendengar-Nya berkhotbah. Namun ketika Tuhan melihat Zakheus (dan tentu Ia dapat melihat kesungguhan hati Zakheus dari tindakannya tersebut), maka Tuhan berkata bahwa Ia harus datang dan menumpang di rumah Zakheus. Tentu Zakheus sangat gembira, bahkan mungkin perasaannya tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Meskipun ia adalah seorang yang kaya, namun apa yang ia rasakan saat itu mungkin jauh lebih bahagia daripada ketika ia memperoleh uang dalam jumlah banyak.

Zakheus pun segera turun, menemani Yesus dan rombongan menuju rumahnya, dan menyiapkan segala sesuatu supaya ia dapat menerima dan melayani Tuhan Yesus rumahnya dengan sebaik-baiknya (ay. 6). Apa yang dilakukan oleh orang banyak yang sebelumnya sangat antusias menyambut kedatangan Tuhan Yesus di kota Yerikho? Mereka justru bersungut-sungut karena menganggap bahwa Tuhan Yesus menumpang di rumah orang berdosa (ay. 7). Besar kemungkinan bahwa ada orang Farisi dan ahli Taurat yang ada di situ. Mereka tentu tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dan berusaha untuk memprovokasi orang banyak untuk juga menjadi tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus.

Kita bayangkan situasi saat itu yang mulai memanas, karena orang banyak mulai mencemooh Tuhan Yesus dan tentunya Zakheus yang menyediakan rumahnya bagi Yesus. Bisa jadi sudah ada cemoohan, umpatan bahkan kata-kata kasar yang ditujukan kepada Zakheus. Melihat kondisi yang sudah tidak enak, akhirnya Zakheus berkata dengan lantang kepada Tuhan Yesus (dengan didengar orang banyak tersebut): “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat” (ay. 8).

Perhatikan fakta dalam kalimat yang diucapkan oleh Zakheus: 1) Setengah hartanya akan diberikan kepada orang miskin; dan 2) Jika ada orang yang pernah dia peras, maka kepada orang itu akan dikembalikan empat kali lipat. Mengingat Tuhan Yesus kemudian memuji apa yang diucapkan Zakheus, maka besar kemungkinan bahwa Zakheus tentu akan melakukan apa yang diucapkannya. Lagipula ia mengucapkannya di depan orang banyak yang juga sama-sama mendengarnya. Apa maksud dari perkataan Zakheus ini?

Terkait setengah hartanya yang akan diserahkan kepada orang miskin, tentu itu adalah sesuatu yang baik. Saya sendiri juga rasanya belum sanggup untuk melakukan sampai ke level itu. Namun yang lebih hebat lagi adalah ucapannya yang berkata bahwa jika ada orang yang pernah ia peras, maka kepada orang itu akan dikembalikan sebesar 4 kali lipat. Bayangkan kalau saya adalah orang yang hobi korupsi atau memeras orang lain. Beranikah saya berkata seperti itu? Tentu tidak mungkin, karena saya tentu tidak punya uang sebanyak itu (kecuali jika uang hasil korupsi itu saya investasikan dengan imbal hasil yang tinggi). Zakheus berani berkata seperti itu karena ia tahu bahwa ia tidak pernah memeras orang dengan sengaja. Ia selalu menjalankan tugasnya dengan baik dan benar sesuai prosedur. Namun karena pandangan orang yang sudah apriori terlebih dahulu kepada pekerjaan pemungut cukai, maka stigma perampok, koruptor, serakah dan lain sebagainya sudah melekat kepada Zakheus. Dengan ucapan ini setidaknya ia berkata: “Saya kaya bukan karena hasil korupsi dan memeras orang. Saya bekerja dengan benar. Kalau ada orang yang (tidak sengaja) kuperas, maka akan kukembalikan 4 kali lipat”. Ini menunjukkan bahwa Zakheus kaya bukan karena ia memeras orang lain. Ia mungkin kaya karena lahir dari keluarga yang kaya, atau kaya karena kerja kerasnya dalam bekerja. Namun ketika Tuhan Yesus datang ke rumahnya, ia langsung mengambil keputusan untuk menjadi orang yang dermawan. Baginya kesempatan sekali seumur hidup untuk bertemu dan menjamu Tuhan Yesus di rumahnya jauh lebih berharga daripada seluruh harta kekayaan yang selama ini ia miliki.

Tuhan Yesus merespon bahwa pada hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini (dan seisinya) karena orang ini pun adalah anak Abraham (ay. 9). Maksud dari perkataan ini adalah, seringkali pada masa itu pemungut cukai sudah dicap sebagai orang berdosa, dan tidak layak lagi menjadi bagian dari bangsa Yahudi. Siapa yang memberi cap atau stempel tersebut? Tentu saja diberikan oleh para pemuka agama Yahudi pada waktu itu. Dengan segala pengetahuan teologis dan ayat-ayat dalam hukum Taurat yang mereka miliki, serta “posisi dan kekuasaan” yang mereka punyai, mereka dapat dengan mudah berkata kepada orang lain: “kafir”, “berdosa”, bahkan “sesat”.

Namun Tuhan Yesus berkata bahwa Zakheus pun adalah anak Abraham (yang merujuk bahwa pasti Zakheus pun adalah orang Yahudi, karena tidak mungkin orang non Yahudi dikatakan sebagai anak Abraham, bisa-bisa Tuhan Yesus dilempari batu karena dianggap menghujat agama Yahudi). Oleh karena itu Zakheus berhak juga untuk menerima keselamatan. Mengapa Tuhan Yesus dengan mudah berkata bahwa Zakheus telah menerima keselamatan? Semudah itukah keselamatan? Dalam hal ini kita harus melihat bagaimana Zakheus bekerja sebagai pemungut cukai namun ia tidak melakukan kejahatan dalam pekerjaannya. Ia tidak menjadi tamak dan kemudian memeras orang lain dengan sengaja. Kalau boleh menggunakan bahasa saya sendiri, Zakheus adalah seorang pemungut cukai yang benar, yang takut akan Allah. Tentu ia juga sudah selamat, apalagi ditambah dengan sikapnya yang berani untuk memberikan setengah hartanya kepada orang miskin.

Sebenarnya apa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus ini juga dapat merupakan bentuk sindiran kepada orang banyak, khususnya orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka menjalankan kewajiban ibadah mereka dengan ketat, tetapi tidak memiliki hati yang mengasihi orang lain. Mereka bahkan seakan-akan membangun pagar dari orang lain yang mereka pandang berdosa. Mereka rajin beribadah tetapi tidak memiliki hati yang penuh belas kasihan kepada orang-orang berdosa. Bukankah seharusnya sebagai ahli-ahli agama mereka harus menjangkau orang banyak, khususnya orang yang berdosa yang akan binasa? Nyatanya mereka hanya bisa berteori, berteologi, berapologetika/berdebat, dan lain sebagainya tanpa tindakan nyata. Itulah mengapa Tuhan Yesus berkata dalam ayat terakhir: Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (ay. 10). Dalam bahasa lain, Tuhan Yesus seakan-akan sedang berkata kepada para pemuka agama tersebut: apakah yang kamu lakukan kepada orang-orang berdosa dan terhilang?

Sebetulnya inilah yang harus menjadi bahan perenungan kita dari membaca kisah Zakheus ini. Jangan hanya fokus kepada badannya yang pendek, cara Zakheus naik ke atas pohon, dan lain sebagainya. Intinya adalah bagaimana kita bisa menarik pelajaran yang mengubah diri kita menjadi lebih baik lagi. Kalau kita belum seperti Zakheus yang dapat hidup dengan jujur di marketplace, tentu kita harus belajar menjadi professional di bidang kita masing-masing, tetapi dengan tetap memegang teguh kebenaran yang menjaga kita supaya tidak berbuat kesalahan. Jika kita saat ini masih seperti orang banyak yang mencemooh orang berdosa, maka mari kita berusaha melakukan sesuatu supaya mereka juga dapat menerima anugerah keselamatan. Tentu dosa adalah tetap dosa, dan kita harus menolak dosa itu. Tetapi di sisi lain, kita harus merangkul dan menerima orang berdosa, apalagi mereka yang benar-benar telah bertobat (dalam hal ini dibutuhkan kepekaan rohani untuk mengetahui apakah orang tersebut sudah sungguh-sungguh bertobat atau hanya ucapan manis di bibir saja). Belajarlah dari Zakheus, supaya kita dapat menjadi pribadi yang benar, dan tetap mengerjakan keselamatan kita masing-masing.



Bacaan Alkitab: Lukas 19:1-10
19:1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.
19:2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
19:3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
19:4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."
19:6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
19:7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
19:9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.
19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.