Selasa,
18Februari 2020
Bacaan Alkitab: Wahyu 18:1-4
Karena semua
bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah
berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh
kelimpahan hawa nafsunya. (Why 18:3)
Pornos dan Moichos (53): (Hampir) Semua telah Berbuat Cabul
Berbicara
tentang perempuan cabul yang dijelaskan dalam kitab Wahyu pasal 14 hingga 17,
kita dapat melihat bagaimana spirit percabulan ini memiliki dampak yang sangat
luas, bahkan dapat dikatakan bahwa hampir semua orang telah berbuat cabul
dengannya. Dalam kelanjutan kitab Wahyu di pasal 18, kita dapat melihat bagiamana
Rasul Yohanes kemudian melihat seorang malaikat lainnya turun dari surga. Ia
memiliki kekuasaan yang besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya (ay.
1). Kemudian malaikat tersebut berseru bahwa Babel, kota besar itu, telah
runtuh (ay. 2a). Babel pun kini menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan
tempat bersembunyi semua roh najis dan hewan-hewan yang najis (ay. 2b). Hal ini
menarik karena dikatakan bahwa sebelumnya Babel yang merupakan nama wanita
pelacur besar itu digambarkan sebagai sesuatu yang sangat kuat dan berkuasa.
Namun pada akhirnya, Babel harus runtuh dan menjadi sunyi. Hal ini merupakan
salah satu hukuman karena spirit Babel yang sudah menyebabkan banyak orang
menjadi berdosa.
Ayat selanjutnya
menyatakan bahwa semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya (ay.
3a). Kata “semua bangsa” menunjukkan bahwa secara kolektif, bangsa dan negara
telah menikmati anggur hawa nafsu percabulan dari Babel atau wanita pelacur itu.
Kata “anggur hawa nafsu cabul” memliki kata yang sama dengan yang digunakan
dalam pasal 14 (Why 14:8) yang dalam bahasa Yunani menggunakan kata tou oinou tou thymou tēs porneias. Penggunaan kata porneias (πορνείας) dari akar kata porneia (πορνεία)
yang berarti percabulan atau perzinahan dengan level yang sudah sangat parah.
Dikatakan bahwa semua bangsa (gambaran kolektivitas) telah minum anggur hawa
nafsu percabulan tersebut. Ini menunjukkan spirit Babel sudah merasuk tidak
hanya di negara-negara maju atau kapitalis, bahkan juga di negara-negara yang masih
berkembang atau bahkan di negara-negara kecil.
Dikatakan
pula bahwa raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengannya (ay. 3b). Raja-raja di
sini menggambarkan para pemimpin, tidak hanya pemimpin suatu bangsa atau negara
(raja, ratu, presiden, perdana menteri, kaisar, dan lain sebagainya), tetapi
juga pemimpin masyarakat atau kelompok lainnya (misalnya: gubernur, bupati,
menteri) serta tentunya juga pemimpin umat beragama. Sangat mungkin bahwa
spirit Babel ini juga sudah masuk ke dalam gereja dan mempengaruhi para
pemimpin umat Kristen seperti pendeta, gembala sidang, bahkan ketua sinode
gereja.
Jika
bangsa-bangsa sudah minum dari anggur hawa nafsu percabulan, maka para raja
(atau para pemimpin) ini dikatakan sudah berbuat cabul dengannya. Tentu saja tidak
ada orang yang mengaku sudah berbuat cabul dengan spirit Babel ini, apalagi para
pemimpin di dalam gereja. Namun jika kita melihat spirit Babel yang menekankan ketidaktundukan
pada Allah, tidak menghormati Allah, mencintai dunia dan diri sendiri daripada
mencintai Allah, maka kita akan mengerti bahwa memang banyak orang tidak
menyadari bahwa mereka sudah terkontaminasi (berbuat cabul) dengan spirit ini. Dalam
konteks jemaat, ketika seorang pemimpin sudah terkontaminasi spirit ini, maka
akan sangat mudah bagi jemaat untuk tertular “virus” ini. Jika tidak segera
disadari dan diatasi, seluruh jemaat dapat dengan mudah menjadi seteru-seteru
Allah. Tidak heran bahwa kata yang digunakan untuk kata “berbuat cabul” adalah porneuó (πορνεύω),
yaitu versi kata kerja (verba) yang sama dari kata porneia yang digunakan di bagian
awal ayat 3 ini.
Salah satu
ciri spirit Babel ini adalah menekankan kenikmatan dan kekayaan/kelimpahan duniawi.
Dikatakan bahwa para pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh
kelimpahan hawa nafsunya (ay. 3c). Kata “pedagang” di sini menggunakan kata emporos
(ἔμπορος) yang dapat berarti “a
passenger on shipboard, a merchant, a trader” (penumpang
kapal, saudagar, pedagang). Tentu ini merujuk pada profesi yang umum pada masa
itu dimana seorang pedagang biasanya akan menggunakan kapal untuk memuat barang
dagangan dari satu kota ke kota lain (atau antar pelabuhan) untuk melakukan
jual beli barang dagangannya. Artinya seorang saudagar atau pedagang memang
hidup dari kegiatan berdagangnya. Pada waktu itu, seorang saudagar dapat sangat
kaya jika ia dapat membeli barang murah dan menjualnya dengan harga mahal. Tidak
heran mereka pun dapat melakukan segala macam cara (menipu, merampok, dan lain
sebagainya) untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.
Jika
dikatakan para pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya,
maka dapat dikatakan bahwa spirit ini menekankan mengenai fokus pada kekayaan
duniawi. Semua hal akan diukur dengan harta atau nominal uang. Semua hal dihitung
dengan untung rugi. Hal ini jika sampai masuk ke dalam gereja, maka sangat
mungkin bahwa ada pendeta yang berkhotbah mengenai kekayaan dan kelimpahan. Mungkin
juga isi khotbahnya hanya menekankan tentang bagaimana memberi lebih banyak kepada
gereja (yang biasanya juga sebagian akan masuk ke kantong pribadi pendeta
tersebut).
Oleh
karena itu, wajar jika kemudian ada suara dari surga yang menyuarakan kebenaran,
meminta umat Tuhan untuk pergi daripadanya (dapat berarti pergi menjauhi spirit
Babel ataupun pergi menjauhi orang-orang dan raja-raja/pemimpin-pemimpin yang
sudah terkontaminasi) (ay. 4a). Umat Tuhan yang benar pasti akan mendengar
suara Tuhan untuk menjauhi dosa dan tidak mengambil bagian dalam dosa yang
dilakukan orang lain. Saya yakin bahwa Tuhan masih terus bersuara kepada umat-Nya
untuk hidup dalam kekudusan. Namun ketika suara percabulan lebih kuat daripada
suara kekudusan, maka akan banyak orang yang terjerat dalam percabulan, baik
percabulan jasmani maupun rohani.
Tentu
Tuhan tidak ingin semakin banyak orang binasa. Adalah keinginan Tuhan untuk
menyelamatkan manusia sebanyak mungkin. Namun Tuhan adalah Tuhan yang agung dan
memiliki tatanan. Manusia yang sudah memiliki kehendak bebas wajib
mempergunakan kehendak bebasnya secara bertanggung jawab. Artinya, setiap
keputusan yang diambil oleh manusia harus dipertanggungjawabkan dalam
pengadilan ilahi suatu saat nanti. Oleh karena itu, umat percaya yang sudah memiliki
fasilitas pendukung yang lengkap (Injil yang lengkap serta Roh Kudus yang ada
di dalam hati), seharusnya dapat menjadi lebih peka terhadap kehendak Bapa,
dalam hal ini untuk tidak terlibat percabulan dengan keduniawian, tetapi untuk
hidup dalam kekudusan supaya terhindar dari hukuman Allah (ay. 4b).
Bacaan Alkitab: Wahyu 18:1-4
18:1 Kemudian dari pada itu aku melihat seorang malaikat lain turun dari
sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya.
18:2 Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: "Sudah rubuh,
sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh
jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala
burung yang najis dan yang dibenci,
18:3 karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan
raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi
telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya."
18:4 Lalu aku mendengar
suara lain dari sorga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari
padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu
jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.