Rabu, 19 Februari 2020

Pornos dan Moichos (54): Diratapi dan Ditangisi

Rabu, 19 Februari 2020
Bacaan Alkitab: Wahyu 18:9-10
Dan raja-raja di bumi, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam kelimpahan dengan dia, akan menangisi dan meratapinya, apabila mereka melihat asap api yang membakarnya. (Why 18:9)


Pornos dan Moichos (54): Diratapi dan Ditangisi


Ketika membaca bagiaan bacaan ayat Alkitab kita hari ini, saya membayangkan adanya seorang wanita cantik yang terkenal, dimana banyak pria sudah pernah terjerat untuk berbuat cabul (berzinah) dengan wanita tersebut. Pada suatu saat, wanita ini akhirnya tertangkap basah dan dijatuhi hukuman berat. Pada saat si wanita dijatuhi hukuman tersebut (dimana peristiwa ini diliput banyak media massa), kira-kira apa yang ada di pikiran orang-orang yang pernah berbuat cabul dengannya? Mungkin ada yang merasa kasihan, ada yang merasa cuek, ada yang mencoba menghilangkan jejak bahwa ia pernah berselingkuh dengan wanita itu, ada yang kemudian berbalik memaki dan mengutuk wanita itu, ada yang merasa tertipu, dan lain sebagainya.

Ilustrasi ini menggambarkan bahwa dalam kondisi normal, mungkin hanya sedikit orang yang bersimpati atas kemalangan orang yang dipandang jahat. Akan tetapi dalam ayat yang kita baca hari ini, kita melihat bagaimana raja-raja di bumi (atau para pemimpin) menangisi dan meratapi Babel yang telah runtuh dan hancur (ay. 9). Dikatakan bahwa raja-raja di bumi itu telah berbuat cabul dan hidup dalam kelimpahan dengan dia. Kata berbuat cabul dalam ayat ini menggunakan kata kerja porneuó (πορνεύω) yang menggambarkan tingkat percabulan yang sangat parah. Kata ini (termasuk kata benda yang sejajar dengan porneuó) juga digunakan di ayat-ayat lain yang menggambarkan wanita pelacur atau Babel di dalam kitab Wahyu sebagaimana yang telah kita pelajari sebelumnya.

Dikatakan bahwa raja-raja di bumi tidak hanya berbuat cabul dengannya, tetapi hidup dalam kelimpahan dengan dia. Kata “kelimpahan” dalam ayat ini menggunakan kata stréniaó (στρηνιάω), berbeda dengan kata “kelimpahan” yang digunakan oleh Tuhan Yesus yaitu perissos (περισσός) (Yoh 10:10). Jika kata perissos menunjuk pada suatu kondisi yang lebih (khususnya secara kualitas), maka kata stréniaó dapat diartikan sebagai living in sensual, lustful behavior, live luxuriously, revel, riot (hidup dalam sensualitas, perilaku yang penuh nafsu, hidup dalam kemewahan, bersukaria, hidup dalam kegaduhan). Jelas bahwa apa yang ditawarkan oleh spirit duniawi ini berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menawarkan kelimpahan secara kualitas, dari sudut pandang kerajaan surga. Namun banyak manusia lebih memilih kelimpahan yang ditawarkan dunia.

Tuhan Yesus sendiri juga pernah ditawari keindahan, kelimpahan dan kenikmatan dunawi oleh iblis. Untungnya Tuhan Yesus menolak tawaran tersebut (Mat 4:8-10). Akan tetapi hampir semua manusia telah terpikat oleh tawaran keindahan dan kelimpahan dunia ini. Itulah mengapa ketika Babel dihukum dan dihancurkan, banyak raja-raja yang justru menangisi dan meratapinya. Memang benar mereka berdiri jauh-jauh karena takut akan hukuman yang diterima oleh Babel itu. Mereka juga mengucapkan kalimat “dukacita” mengenai hukuman Babel yang sangat tiba-tiba (digambarkan dengan ukuran satu jam) (ay. 10). Namun dibalik itu semua, mereka masih merasa iba dan mengharapkan dapat memperoleh kenikmatan di balik rasa kelimpahan duniawi itu.

Jika orang sudah terikat dengan sesuatu, bagaimanapun pasti akan sulit untuk melepaskan rasa ikatan tersebut. Sama halnya dengan orang yang sudah terikat dengan segala kekayaan dan kenikmatan dunia, pasti akan sulit untuk melepas rasa itu. Padahal Alkitab sudah sangat jelas menyebutkan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yak 4:4). Ini sejajar dengan pernyataan Tuhan Yesus bahwa manusia tidak mungkin dapat mengabdi kepada dua tuan, namun harus memilih salah satu. Meskipun akhir dari dunia ini juga sudah dengan jelas dinyatakan (Why 20-22), namun kenyataannya banyak manusia yang tidak mau memilih kerajaan surga karena hati mereka sudah terikat dan tertambat dengan kenyamanan dunia ini. Tidak heran bahwa akan ada orang-orang yang meratapi musnahnya dunia yang nyaman ini namun mereka lupa untuk meratapi diri sendiri yang belum berkenan di hadapan Allah.



Bacaan Alkitab: Wahyu 18:9-10
18:9 Dan raja-raja di bumi, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam kelimpahan dengan dia, akan menangisi dan meratapinya, apabila mereka melihat asap api yang membakarnya.
18:10 Mereka akan berdiri jauh-jauh karena takut akan siksaannya dan mereka akan berkata: "Celaka, celaka engkau, hai kota yang besar, Babel, hai kota yang kuat, sebab dalam satu jam saja sudah berlangsung penghakimanmu!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.